Cerita Persalinan (Pengalaman Operasi Caesar)
Saya yakin setiap ibu hamil terutama pada kehamilan pertama pasti
menginginkan persalinan secara normal. Kalau bisa intervensi seperti induksi
bahkan operasi caesar dihindari. Saya juga begitu ketika hamil, saya sangat
berharap bisa normal apalagi setiap saya kontrol ke dokter atau bidan hasilnya
saya dan janin sehat-sehat saja, bahkan menjelang HPL (Hari Perkiraan Lahir)
hasil USG mengatakan bahwa baby dalam keadaan sehat, ketuban cukup, posisi bagus, secara keseluruhan waktu itu
saya yakin banget bisa lahir normal. Makanya saya santai nggak riset Rumah
Sakit, hanya janjian dengan bidan saja untuk lahiran di rumah.
Namun manusia hanya bisa berencana dan Allah SWT juga yang
menentukan.
Baca juga : 6 PERSIAPAN PERSALINAN YANG SERING TERLUPAKAN
H-3 HPL saya keluar lendir darah. Secara teori dan pengalaman ibu-ibu hamil,
keluarnya lendir darah merupakan tanda akan segera lahirnya bayi. Saya
sudah senang dan buru-buru ke bidan, Ibu Bidannya bilang memang ini pertanda
akan segera terjadi persalinan, dengan catatan disusul kontraksi yang
teratur datangnya.
Baca juga : 6 PERSIAPAN PERSALINAN YANG SERING TERLUPAKAN
Saya dan suami pulang dari rumah bidan dengan perasaan senang
campur deg-degan, karena akan bertemu dengan dia yang kami nantikan selama ini.
Malamnya saya nggak bisa tidur karena memang kontraksi datang tapi durasinya
tidak teratur. Selain itu ada air yang terus merembes, saya yakin ini air
ketuban. Saya tetap berdoa semoga segera datang kontraksi agar saya bisa
cepat-cepat ketemu anak saya. Namun dua hari berjalan tetap saja kontraksi
nggak muncul dan air ketuban terus merembes. Bidanpun menyuruh saya ke Rumah
Sakit. Di Kabupaten tempat saya tinggal hanya ada satu Rumah Sakit Umum Daerah,
jadi saya tidak punya pilihan lain. Ketika kontrol dan mengutarakan apa yang
saya alami beberapa hari terakhir ini dokter menganjurkan untuk induksi karena
memang janin juga sudah cukup bulan (39weeks 6 days).
Padahal menurut pengalaman orang-orang di sekitar saya yang pernah
induksi bilang bahwa induksi itu sakitnya berkali-kali lipat daripada kontraksi
normal. Tapi demi bisa lahir normal saya mau juga diinduksi.
Induksi adalah proses untuk merangsang kontraksi rahim sebelum kontraksi alami terjadi dengan tujuan mempercepat proses persalinan. Prosedur ini tidak dapat dilakukan sembarangan karena mengandung lebih banyak risiko dibandingkanpersalinan normal. Mereka yang menjalaninya sebaiknya mendapat informasi selengkapnya tentang alasan, prosedur, dan risiko yang mungkin dihadapi. -alodokter.com-
Manusia hanya bisa berencana namun Allah yang Maha Kuasalah
yang punya takdir terbaik untuk hambaNya. Setelah kurang lebih tiga belas jam
induksi, dan hampir botol ke empat saya menyerah dan minta dioperasi caesar
saja. Kenapa? Karena meski sudah diinduksi belasan jam, masih stuck dibukaan empat. Lagipula benar artikel
yang saya baca bahwa rasa sakit diinduksi membuat diri saya terputus koneksi
dengan baby di dalam perut dan orang-orang di sekitar saya. Saya sudah sulit
memberikan sugesti positif ke diri saya dan masukan dari orang-orang sekitar
rasanya sudah nggak terdengar yang ada hanya perasaan ingin cepat-cepat
melahirkan agar rasa sakit ini juga berakhir bukan lagi karena ingin cepat
bertemu buah hati.
Dokter pun mengizinkan saya untuk operasi dan segala sesuatu
mulai disiapkan. Jujur awalnya saya juga sempat menangis sesegukan sebelum
operasi dimulai bukan karena takut sakit tapi karena saya merasa “gagal”
memberikan yang terbaik untuk anak saya, gagal melahirkan normal. Saya menelpon
kakak saya yang sudah berpengalaman punya dua anak dan semuanya melalui operasi
caesar, dia bilang mau normal atau caesar, itu semua hanya langkah awal. Masih
ada proses panjang untuk menjadi ibu ialah merawat anak dengan baik. Disitu
saya tersadar, menjadi ibu yang baik bukanlah dinilai dari proses lahiran
normal atau operasi tapi bagaimana kita bisa mencurahkan segenap kasih sayang
dan cinta saat merawat dan membesarkan anak. Lagi pula di akhir tulisan ini saya akan ceritakan bahwa ternyata operasi caesar tidak seseram seperti mitos yang beredar di kalangan awam.
Setelah itu saya merasa lebih siap untuk masuk ke kamar
operasi. Sebagaimana prosedur pada umumnya pasien yang akan dioperasi tentu
akan disuntik beberapa kali, diambil darah, dll. Jujur saya sudah nggak berasa
lagi sakitnya, menurut saya suntikan itu Cuma kayak digigit semut sedikit
apalagi sebelumnya saya sudah merasakan sakitnya diinduksi jadi kalau cuma soal
disuntik sih bukan masalah untuk saya.
Alhamdulillah dokter anastesinya sih baik-baik, menyapa
dengan ramah sambil ngajak ngobrol ringan mungkin biar saya nggak tegang kali
ya. Setelah dibius, butuh waktu kira kira 15 menit saya merasakan kaku dari ujung kaki sampai perut rasanya seperti kesemutan, sampai nggak bisa merasakan apa-apa saat disentuh atau dicubit.
Saya deg-deg-an sih sebenarnya tapi perasaan untuk
cepat-cepat bertemu anak mengalahi rasa nervous saya. Apalagi dokternya sudah
berpengalaman kali ya, secara mereka mengoperasi sambil ngobrol soal kerjaan,
tentang gaji, persis kayak orang lagi nongkrong di cafe sambil ngopi jadi bisa
ngobrol santai gitu. Sisi positifnya sih
kalau dokternya anteng banget operasi sambil ngobrol gitu berarti memang sudah
biasa dan operasi akan berjalan lancar.
Kurang lebih 10 menit berjalannya operasi saya mendengar
suara tangisan, aduuuh nyesss banget rasanya hati. Itu pasti anak kami yang
selama ini ditunggu-tunggu. Sayangnya karena ini operasi caesar jadinya anak
saya langsung dibawa salah seorang petugas medis (yang kebetulan tetangga saya)
untuk dibersihkan dan dokter tetap melanjutkan proses operasi.
Saya menangis harus sambil mengucap syukur, setelah
perjuangan panjang akhirnya anak saya lahir dengan selamat. Masih dalam posisi
berbaring dan dokter menyelasaikan proses jahitan, bidan membawa anak saya yang
sudah dibersihkan dan dibedong. Bidan tersebut menyodorkan anak saya untuk saya
cium. Duuuh haru banget deh bisa cium pipi gembulnya. Nggak nyampe semenit,
anak saya dibawa lagi ke ruang bayi.
Operasi kurang lebih berjalan Cuma 30 menit, setelah
semuanya selesai saya diantar lagi ke ruang rawat inap. Proses operasi memang
benar-benar nggak sakit alias nggak berasa. Tahu-tahu anak kita lahir aja gitu.
Disuntik bius pun bagi saya nggak sakit.
Hanya saja ada hal yang membuat saya sempat down waktu itu.
Karena prosedur di RSUD Tebo tempat saya melahirkan mengharuskan bayi yang
lahir dari operasi caesar untuk dirawat terpisah dengan ibunya yaitu di ruang
khusus bayi. Sedangkan saya yang masih ada efek bius dari perut sampai kaki
disuruh bed rest 24 jam.
Nah ini saran untuk bumil – bumil di luar sana, please
cari tahu dulu RS yang akan jadi tempat ibu-ibu melahirkan apakah kalau
prosesnya caesar bayi dipisah atau dirawat di ruang khsusus seperti pengalaman
saya. Karena kakak kandung saya dua kali operasi caesar, bisa bonding bersama baby pasca operasi meskipun tidak full 24 jam, ya minimal 1 – 4 jam bayi didekatkan untuk bonding bersama ibu.
Lah, di RS saya melahirkan kemarin nggak boleh dengan alasan bayi pasca caesar
butuh perawatan khusus dan ibu yang pasca operasi caesar mesti istirahat total.
Saya sempat mewek karena pengen ketemu anak, tapi suami saya
membesarkan hati dengan bilang yang penting bayi kami selamat dan sehat. Suami
sayapun juga memperlihatkan foto-foto anak saya di ruang bayi.
Satu jam setelah operasi saya sempat demam dan menggigil,
kasur saya sampai goyang – goyang karena sangkit kuatnya saya menggigil. Saya
benar-benar nggak bisa kontrol tubuh saya. Dari kaki sampai perut mati rasa,
dari perut sampai kepala menggigil. Mertua saya manggil suster, dan susternya
bilang memang itu efek operasi dan saya sudah diberikan obat penurun panas.
Memang sejam setelahnya panas saya turun dan sudah nggak menggigil.
Sekitar 5-6 jam setelahnya obat bius mulai menghilang, saya ngerasa kaki pegal tapi pengen gerak walau sedikit saya coba untuk angkat kaki dan ternyata susah. Sepanjang malam pegalnya terus berasa
akhirnya suami dan ibu mertua bergantian terjaga untuk mijitin dan
ngelus kaki saya.
Besoknya ketika visit dokter yaitu dr.Marno, Sp.Og , beliau
tanya bagaimana perasaan saya dan saya menjawab sudah jauh lebih baik dari
kemarin. Beliau minta saya untuk pelan-pelan latihan duduk di tempat tidur,
berdiri kemudian berjalan. Selebihnya beliau bilang semua baik-baik saja. Lega
banget dengarnya saya jadi makin nggak sabar untuk ketemu anak saya di ruang
bayi.
Awalnya belajar duduk setelah 24 jam hanya berbaring saja
itu rada ngilu, tapi karena keinginan saya kuat harus bisa ketemu sama anak
rasa sakitnya nggak begitu menganggu. Sampai saya bisa berdiri dan berjalan
sambil dipapah suami ke ruang bayi. Saya nggak mau pakai kursi roda, saya
merasa fisik saya kuat. Ternyata memang semakin dilatih berjalan, lama-lama
rasa sakitnya berkurang.
Begitu sampai di ruang bayi dan melihat anak saya lagi tidur
di dalam baby box, rasanya aduhaaaai adem banget dari ujung kepala sampai ujung
kaki. Tiba-tiba ngilu pasca operasi nggak berasa, hehe. Saya mulai menggendong
anak kami yang kami beri nama Mukhlas Al Ghiffari. Pipinya yang tembem
ngegemesin banget minta dicium. Saya juga mulai belajar menyusui dia untuk
pertama kali. Rasanya canggung banget karena
ini pengalaman pertama. Bidan
yang jaga di ruang bayi membantu mengajarkan posisi yang pas untuk menyusui.
Namun secara naluriah Mukhlas bisa kok menghisap meski diapun dalam tahap
belajar. Saat itu yang keluar hanya kolostrum belum ASI yang lancar. Sehingga
tetap saja anak saya harus dibantu dengan susu formula.
Mukhlas umur tiga hari, sudah dibawa pulang ke rumah. |
Nah ngomong-ngomong susu untuk anak, kita semua mungkin
sudah tahu bahwa ASI adalah yang terbaik. Mau secanggih apapun pabrik dan
teknologi nggak ada yang bisa mengalahkan keunggulan ASI buatan Tuhan yang Maha
Kuasa. Hanya saja nggak semua ibu langsung lancar ASInya setelah melahirkan.
Eits, perlu diingat juga bahwa mitos yang beredar bahwa ibu yang melahirkan dengan proses
operasi caesar itu ASInya nggak keluar itu salah besar ya. Ibu yang melahirkan
secara normalpun banyak yang mengalami dua atau tiga hari pasca melahirkan baru
ASInya keluar dengan lancar. Begitu juga dengan yang saya alami, di hari ketiga baru produksi ASI
saya banyak itupun distimulasi dengan cara di kompres air hangat dan air dingin
bergantian sambil dipijit lembut dan minum pil pelancar ASI (untuk booster
ASInya direview lain waktu yaaa).
Awalnya saya sempat sedih dengan kenyataan anak saya harus
diberikan sufor di hari-hari pertamanya, padahal impian saya ingin dia dapat
ASI ekslusif sejak dia lahir. Namun mempertimbangkan takutnya dia dehidrasi dan
bisa berakibat fatal maka saya mencoba mengikhlaskan. Sampai beberapa waktu
lalu ada berita viral di internet tentang ibu yang kehilangan bayinya karena
kekeuh mau memberikan ASI ke anaknya sampai tiga hari, sedangkan ASI ibunya
belum juga lancar. Akhirnya sang anak harus kembali kepada sang pencipta karena
dehidrasi, penjelasan selengkapnya bisa dibaca disini. Saat baca berita itu
saya jadi bersyukur waktu mukhlas lahir saya nggak ngotot minta dia jangan
dikasih sufor. Jangan sampai idealisme kita ingin memberikan ASI ekslusif sampai
mengabaikan hal yang lebih penting : Kesehatan dan keselamatan bayi.
So, nanti mommy yang ketika melahirkan ASInya belum keluar
jangan khawatir ya. Tipsnya cobalah untuk terus menyodorkan payudara ke anak, hisapannya
akan menjadi stimulasi (rangsangan) agar ASI bisa keluar. Makan sayuran hijau,
berfikir positif bahwa sebagai ibu secara alami kita pasti bisa menyusui, minum
obat pelancar ASI bila diperlukan, dan bisa juga dibantu dengan alat pompa.
Alhamdulillah pengalaman saya hari ketiga ASI mulai banyak dan deras sampai
sekarang. Semenjak itu saya stop memberikan sufor ke Mukhlas.
Itu mitos terkait ASI ya, ada juga yang bilang bahwa ruginya
melahirkan dengan operasi caesar akan ada bekas jahitan dan itu bikin kulit
nggak bagus. Kalau menurut saya itu balik lagi ke orangnya masing-masing .
Mereka yang melahirkan normal juga ada resiko dijahit lho, dibagian pereniumnya
(antara anus dan vagina). Nah bekas
jahitan di tubuh memang harus kita maklumi. Toh bekas luka nggak Cuma bisa
berasal dari operasi caesarkan, luka saat kita jatuh waktu kecilpun bisa
membekas lama. Tergantung bagaimana kita menyikapinya dan merawat kulit. Kalau
saya pribadi cuek aja, toh yang lihat hanya saya dan suami. Suami saya oke-oke
aja dan menerima apa adanya.
Lanjut tentang mitos bahwa sakit pasca operasi caesar bisa
berbulan-bulan lamanya dibanding mereka yang melalui persalinan normal. Nah, ini
balik lagi tergantung masing-masing individu. Sepengalaman saya, memang
hari-hari pertama setelah operasi masih sering terasa ngilu apalagi kalau saya
batuk atau ketawa ngakak. Namun ketika saya pulang dari RS (hari ketiga pasca
operasi) di rumah saya langsung
disibukkan dengan aktivitas mengurus anak seperti menyusui, menggendong,
memandikan, dll. Itu semua saya lakukan sendiri dengan aktivitas duduk bersila,
berdiri-duduk, jongkok, dll. Sampai sayalupa kalau saya ini baru aja operasi
sangking saya merasa tubuh saya baik-baik aja seperti sebelum hamil. Seminggu
pertama memang susah untuk tidur miring jadi saya hanya tidur dengan satu
posisi yaitu telentang. Namun setelahnya kembali lagi kepada saya yang dulu,
tidurnya miring kanan, miring kiri, jungkir balik, hihi. Semua itu nggak berasa
sakit atau berpengaruh ke bekas luka.
Tipsnya, memang
ketika pulang dari RS bekas luka kita akan ditutup plester anti air dan tidak
dibuka sampai kita kontrol minggu depannya lagi. Nah saya berusaha hati-hati
saat mandi agar plesternya tidak terkena air atau sabun. Saya juga makan sayur,
telur, yang katanya bisa mempercepat penyembuhan dan minum obat yang diresepkan
dokter. Alhamdulillah ketika saya kontrol kembali, plesternya sudah dibuka dan
bekas jahitannya sudah mengering jadi setelahnya saya bisa mandi seperti biasa.
Oh ya, apakah wanita dengan persalinan caesar juga mengalami
nifas? Jawabannya iya. Meskipun sang bayi tidak lahir lewat vagina, tapi tetap
saja yang namanya melahirkan ada darah kotor yang keluar setelahnya selama
kurang lebih empat puluh hari seperti saat kita haid. Meskipun menurut saya
darahnya tidak banyak seperti yang orang lahiran normal ceritakan. Jadi saya
hanya pakai pembalut biasa ngak perlu pakai pembalut khusus melahirkan yang
besar itu.
Intinya sepengalaman saya ternyata operasi caesar tidak seseram
mitos yang beredar. Pasca operasi pun saya juga merasa bisa pulih dengan cepat.
Semoga cerita saya nggak membuat bumil diluar sana cemas ketika ada indikasi
yang mengharuskan untuk lahiran dengan proses operasi caesar. Yakinlah anak memilih caranya sendiri untuk
lahir. Lagipula bukankah teknologi ada atas izin Allah SWT juga? Itu berarti
kemajuan perkembangan medis ini untuk membantu agar ibu dan bayi tetap sehat
dan selamat, kan?.
Saya pernah menonton suatu program tv yang bintang tamunya
adalah dokter kandungan yang cukup terkenal yaitu dr. Ivander Utama, F.MAS, SpOG. Ada
kalimat darinya yang membuat saya sempat merasa tidak memberikan yang
terbaik untuk anak saya karena melahirkan dia dengan operasi berubah menjadi
lega dan menerima keadaan seutuhnya sampai saya membuat tulisan ini. adapun
yang dokter katakan adalah “Tujuan akhir
dari kehamilan itu bukan lahir normal atau caesar. Tapi bagaimana anak dan
ibunya bisa selamat dan sehat”. Setuju banget kan sama apa yang beliau bilang?
Toh setelah melahirkan, sebagai orang tua kita masih punya PR yang lebih besar
yaitu bagaimana mengasuh anak dengan penuh kasih sayang dan memberikan
pendidikan agama dan ilmu dunia yang terbaik untuknya.
Nah kalau ada bumil yang lagi baca, semangat terus ya untuk
memberdayakan diri dengan cari
pengetahuan tentang kehamilan dan
persalinan sebanyak-banyaknya. Makan
makanan yang sehat, dan berolahraga. Yakinlah mau lahiran normal ataupun
operasi semuanya sudah diatur takdirnya oleh yang Maha Kuasa.
Sekian cerita persalinan ini , saya tuliskan agar bisa abadi
dalam kenangan.
Baca : Surat Untuk Mukhlas Al ghiffari -tahun pertama
Baca Juga :
Gatal-Gatal Pada Kulit Bumil
Mengatasi Kram Betis Pada Ibu Hamil
Pregnancy Story : Drama
Mual dan Muntah
Mematahkan Mitos Menyusui
Korset Nyaman Pasca Melahirkan
Pengalaman Mastistis dan USG Payudara
Baca : Surat Untuk Mukhlas Al ghiffari -tahun pertama
Mukhlas Al Ghiffari |
Baca Juga :
Gatal-Gatal Pada Kulit Bumil
Mengatasi Kram Betis Pada Ibu Hamil
Pregnancy Story : Drama
Mual dan Muntah
Mematahkan Mitos Menyusui
Korset Nyaman Pasca Melahirkan
Pengalaman Mastistis dan USG Payudara
Get notifications from this blog
Gemes lihat muchlas, peengen nyubiiit. Hihihi
ReplyDeleteAku setuju banget soal melahirkan normal dan sc itu, yg penting anak dan ibunya sehat selamat, pake jalan yg mana jg ok wae ^_^
Soal asi vs sufor pun sepertinya ga penting banget jadi bahan momwar, setiap ibu pastinya kan ingin yg terbaik untuk anaknya :)
saya juga setuju dengan pendapat dr. Ivander Utama,
ReplyDeleteKeselamatan Ibu dan Bayi harus jadi Prioritas dalam persalinan/proses melahirkan.
Setuju bgt dg apa yg mbak tulis..
ReplyDeleteSaya termasuk ibu yg agak radikal menurut banyak orang hehe..karna lebih berfikir rasional dan ilmu pengetahuan ketimbang mitos atau sekedar "kata orang jaman dulu"
Hanya saya jg lagi galau ni mbak.. hamil anak ke 3 sudah masuk 39 minggu masih adem ayem aja baby yg di dalem..
Padahal pengalaman 2 anak sebelumnya 38 minggu sudah lahir normal..
Pengen rasanya cepet lahiran.. terserah mau cesar atau normal yg penting sehat semuanya..
Baca blok mbak jadi bersemangat dan makin mantep.. kalopun harus cesar gak terlalu worry walo sudah banyak temen jg yg bilang kalo cesar baik baik saja..
iya mba walau udah beberapa kali hamil biasanya selalu ada pengalaman yang berbeda, sehat2 ya mba sampai lahiran. Iya selow aja apapun cara lahirnya yang penting ibu dan bayi sehat selamat ^^
DeleteSaya punya pengalaman Caesar tgl 16 Maret 2017, padahal sebelum nya saya sudah 2 kali melahirkan normal, rasanya berbeda, sensasi ngeden saat lahiran normal, dan merasakan di miss V ada sesuatu yg keluar, merupakan pengalaman yg berharga bagi saya, namun melahirkan Caesar demi keselamatan janin tidak ada salah nya jika usaha untuk lahiran normal sudah di jalani tetapi ada kendala.
ReplyDeletewah cuma beda 8 hari ya mba saya tanggal 8 maret 2017.
Deletebetul mba, semoga kelak anak kedua saya bisa lahiran normal :)
Ya allah.... terharu banget bacanya... saya 7 hari yg lalu juga caesar... awalnya mau normal tapi apa mau di kata.... ketuban udah pecah di tambah ga bisa ngeden lagi pdhal udh pembukaan 8, akhirnya dokter memutuskan di caesar... 7 hari ini q udah bisa jalan miring kanan kiri bangun juga tiduran... menyusui dan gendong dede juga bisa tapi kalau melakukan kegiatan lain seperti mencuci masak atau banyak gerak q takut sama jaitannya... sempet down karna merasa gagal dan orang sekitar bilang q bisa normal seperti dulu kalau sudah 1 bulan... rasanya lama sekali,
ReplyDeleteYa allah.... terharu banget bacanya... saya 7 hari yg lalu juga caesar... awalnya mau normal tapi apa mau di kata.... ketuban udah pecah di tambah ga bisa ngeden lagi pdhal udh pembukaan 8, akhirnya dokter memutuskan di caesar... 7 hari ini q udah bisa jalan miring kanan kiri bangun juga tiduran... menyusui dan gendong dede juga bisa tapi kalau melakukan kegiatan lain seperti mencuci masak atau banyak gerak q takut sama jaitannya... sempet down karna merasa gagal dan orang sekitar bilang q bisa normal seperti dulu kalau sudah 1 bulan... rasanya lama sekali,
ReplyDeleteKenapa ya... akhir akhir ini setiap mau lahiran banyak yg harus operasi caesar... di RT ku sendiri aja sejak 2 tahun terakhir ini sudah ada 5 orang termasuk istriku...mulai dr tetangga , istriku, sepupu.. dan bahkan adik iparku yg saat ini juga jam 22:00 tgl 14 okt 2017...mau melahirkan harus operasi caesar juga..... alasan yg mengharuskan caesar kasusnya hampir sama....padahal mereka berlima ( pasien) sebelumnya saat melahirkan anak pertama ato kedua lahirnya normal aja.. ada apa sebenarnya dgn bidan ato dokter skrg..??? padahal jaman dulu dr jaman ibuku gak ada tuh yg namanya melahirkan caesar...(dikelurahanku) semuanya lahir normal kalo dibilang bnyk yg mati melahirkan..sama sekali tidak...krn jaman dulu bidan ato dukun beranak...sangat telaten dan terlatih... tp kalo skrg kok lain ya...lgsung divonis harus caesar demi keselamatan bayi dan bundanya katanya...ya emang sih itu benar,dan saya sangat bersyukur istri dan anakku selamat walaupun dgn proses SC ...tp knp kok sepertinya beda banget ya dgn proses persalinan jaman skrg....ah entahlah...hanya mereka yg tau alasannya
ReplyDeleteSaya SC 8 21 Maret 2017 mba...
ReplyDeleteAlhamdullilah.... semua itu terlewati..
Btw , nanti lahiran kedua pengennya normal. / vaginal birth after cesarean (VBAC)
Doakan mba yaa..
Oya Dede Mukhlas unyu-unyu.. emezhh.. pengen towel towel
Gagal fokus ama tulisannya gegara si dede yang maksimal gemes nyaaa 😍
ReplyDeleteBunda terimakasih pengalaman nya ya.. merasa lega.. 😘
ReplyDeleteTerima kasih Bund sdh berbagi ceritanya... Saya dulu jg gitu... Mirip bgt sama kisah Bunda... Mulai dari keluar lendir darah, induksi, kontraksi yg lama tp bukaannya ga lengkap2, akhirnya sc, ga bisa imd, baru ketemu dan gendong + menyusui si dedek besoknya krn ruangan yg terpisah, asi yg blm lancar, selama bbrp hari si dedek minum sufor sama asi... Serasa senasib sama Bunda... Terima kasih Bund...
ReplyDeleteiya bun, begitulah perjuangan kita menjadi Ibu. Makasih sudah mampir dan baca :)
DeleteWah terima kasih mba tulisannya, sangat berpengaruh untuk saya yang bulan depan akan lahiran.
ReplyDeletealhamdulillah kalau bermanfaat, makasih sudah baca mba :D
Deletesaya komen lagi nih mbak hahahahha...saya tiga kali operasi sesar tiga ana. dan pengalamannya sama bgt terutama soal dokter ngobrol santai saat operasi.seakan2 mereka lagi di warteg..ya ampunn deh yaaa hahaha..
ReplyDeleteya sudahlah.yang penting selamat dan sehat hingga hari ini..alhamdulillah
Baby-nya lucu sekali mbak :) sehat dan bahagia selalu ya mbak
ReplyDelete