Lebih Hijau Belum Tentu Lebih Baik
Kita pasti sudah sering mendengar ungkapan “rumput tetangga selalu lebih hijau daripada
rumput di halaman sendiri”. Ungkapan tersebut berarti apa yang orang lain
punya selalu kelihatan lebih hebat, lebih bagus, lebih kece, dan lebih
segalanya dari apa yang kita punya. Padahal belum tentu lebih baik.
Berhubung postingan ini akan collab dengan salah satu Parenting Blogger Indonesia, yaitu mbak
Yenni Sovia, maka kali ini saya ingin membahasnya dari sudut pandang sebagai
seorang istri dan ibu.
Nggak jarang saya mengeluh dengan keadaan. Misalnya saya mengeluh karena demi mengikuti suami ke daerah kecil jadinya akses pergaulan saya terbatas. Pikir saya alangkah enaknya ibu-ibu yang tinggal di kota, ada mall, bisa meet up komunitas, bisa nongkrong cantik bareng teman-temannya di cafe yang Instagramable.
Belum lagi urusan anak, kalau lihat Instagram ibu-ibu lain
kok anaknya kalau makan lahap banget, anak saya kadang udah dibikinin menu
empat bintang, lima bintang, bintang kejora, malah dilepeh. Terus adalagi anak
teman yang anteng banget, nggak kayak anak saya belum dipakaikan popok aja dia
udah ngacir ke teras.
Kadang saya juga ngeluh capek karena harus kerja Senin-Sabtu, pulang ngurus anak, belum lagi kalau ada tugas kuliah. Saya kesal
kalau nggak sempat ngeblog karena rutinitas itu, padahal sudah banyak ide di
dalam kepala. Lantas hati kemudian membatin “ah
enaknya ya kalau jadi ibu rumah tangga saja. Bisa punya lebih banyak waktu
ngeblog sambil urus anak”.
Lain waktu saya bertemu dengan teman yang cerita tentang
kesuksesannya, rumah ada tiga, mobil ada dua, belum termasuk aset lainnya. Saya
langsung nyeletuk dalam hati “duh, enaknya
dia. Sedangkan saya masih tinggal di rumah dinas. Mobil aja masih nyicil. Utang Bank juga ada dan masih lama lunasnya”.
Gilaaaa ya, kalau diturutin nggak habis-habis. Sampai saya
pernah di titik nggak mau buka media sosial, nggak mau ketemu orang. Keluar rumah
cuma buat kerja aja terus pulang. Karena saya nggak mau terus-terusan kepikiran dan jadi iri dengan apa yang orang lain punya.
Tapi momen itu justru bikin saya mikir banyak.
source: Pixabay |
Saya coba untuk menuliskan semua unek-unek saya , saya baca
lagi dan akhirnya saya sadar bahwa nggak ada gunanya membandingkan diri sendiri
dengan orang lain. Nggak akan ada habisnya, dan hanya menyakiti hati saya
sendiri. Sampai saya lupa untuk bersyukur.
Padahal meski kelihatannya rumput tetangga lebih hijau belum
tentu lebih baik.
Ikut suami meski ke daerah kecil, tentu akan Allah gantikan
pahala berlipat ganda jika saya ikhlas. Lagipula suami tipe yang ringan tangan
menolong tugas-tugas rumah tangga. Nggak pernah berbuat kasar juga. Hal itu
yang harusnya saya syukuri.
Membandingkan tumbuh kembang anak dengan anak orang lain
serasa nggak bijak. Allah sudah kasih anak yang sehat saja itu sudah menjadi rezeki yang luar biasa.
Mungkin bekerja kantoran adalah yang terbaik untuk saya.
Buktinya bulan lalu ketika gajian telat masuk saya sudah kelimpungan dan
khawatir, gimana kalau freelancer yang tidak tetap penghasilannya? Allah Maha
adil.
Bakalan capek hati kalau selalu membandingkan diri sendiri
dengan orang lain.
Sampai akhirnya saya punya kalimat untuk mensugesti diri sendiri :
“stop membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Karena nggak akan ada habisnya. Kalau masih butuh perbandingan, bandingkanlah dengan diri sendiri di masa lalu”
Kalimat itu selalu berhasil mengademkan hati saya ketika melihat atau bertemu dengan orang-orang yang mempunyai “kelebihan”. Saya memang harus lebih baik, tapi bukan
dengan orang lain, tapi dengan diri sendiri di masa lalu.
Dengan begitu saya bisa menjadi istri/ibu yang lebih
bersyukur meski saya tahu saya nggak sempurna.
Buibuk pernah
nggak merasakan hal yang sama? Terus gimana caranya untuk menjadi pribadi yang
lebih bersyukur versi buibuk? Share
di kolom komentar, ya.
Get notifications from this blog
Bukan hanya buibu saja, pakbapak juga kadang merasakan hal seperti itu kok hehe
ReplyDeleteTapi kalau direnungi kembali, saya biasanya tersadar Allah selalu memberikan apa yang kita butuh kok. Yang kita butuh sama yang kita ingin, kan beda ya
Wah ada suara dari pakbapak nih. Iya mas intinya memang kita butuh rehat sejenak untuk berpikir dan bersyukur :D
Deletecaptionnya ngena banget mba..
ReplyDeletemembandingkan diri sendiri sama orang lain gak ada akhirnya..
lebih menghargai apa yang dicapai sekarang dan harus berusha lebih baik.
Betul mba, sebelum kehilangan segalanya lebih baik syukuri semuanya.
DeletePernah Bun dulu saya juga pernah membanding-bandingkan diri saya waktu saya awal jadi ibu rumah tangga. Ada perasaan minder ama ibu yang bekerja, dan nggak Percaya Diri Bun hihihi. Tapi sekarang nggak lagi hihihi karena setiap orang punya tantangannya masing-masing. Semangat terus kita Bun
ReplyDeleteLucu ya bun kadang-kadang, IRT iri sama Mom Working, dan sebaliknya. Padahal semua ada kebaikannya masing-masing.
DeletePerasaan gitu sih manusiawi, apalagi zaman sekarang ada ajah yang bikin terperangah. Faktor umur kali yee sekarang sudah cuek dan woles aje gitu
ReplyDeleteBetul juga bun, umur ikut mendewasakan hahaha
DeleteSetuju,daripada membandingkan dengan orang lain (kita nggak tahu daleman hidupnya), mending fokus pada potensi diri sendiri :) Apalagi bikin semangat berkarya.
ReplyDeleteBukan cuma buibu aja, embak2 juga ngalamin nih hahahha, kalimat "rumput tetangga lebih hijau" cuma diucapkan oleh org yg kurang bersyukur, kalau kita banyak bersyukur, insya allah kita nggak pernah iri sm apa yg dimili tetangga hihihi
ReplyDeleteWah, ini posting bikin saya semangat lagi. Seminggu ini masih down gara-gara nyembuhin trauma. Eh pas baca kutipan sugesti diri, kalo dipikir ada benarnya.
ReplyDeleteMembandingkan diri sendiri dari masa lalu dengan sekarang, sebenernya lebih ampuh. Kita anggap diri punya rumput yang udah dari sononya hijau. Cuma gara-gara liat rumput orang, jadinya layu sendiri. Si rumput kan butuh tumbuh juga, butuh kesegaran juga supaya tetap bertahan. Dan, ya, rumput orang yang hijau emang bener belum tentu lebih baik. Siapa tau dipakein obat instan haha :)
Kadang merasa seperti itu juga. Tapi sekali lagi mencoba berpikir dari sudut pandang lain dan lebih banyak bersyukur dengan yang dimiliki. Hehehe
ReplyDeleteBener membandingkan diri dengan orang lain emang ga akan ada habisnya, yang ada malah sedih sendiri huhuh :w
ReplyDeletewah terinspirasi sekali dengan pernyataan ini, membuat saya sedikit berpikir dan memahami karakter sifat seorang perempuan yang begitu mulia.
ReplyDeleteSaya juga sempat seperti mba nya sampai nutup semua akun social media cuma gara gara ga mau jadi iri. Tapi hal itu buat saya jadi nyadar kalo orang lain yg (maaf) di bawah kita aja masih banyak. Harusnya kita bersyukur dengan apa yang kita dapat. Alhamdulillah sekarang saya hidup aman tentram aja
ReplyDeleteDari awal tahun 2018 motto saya " compete with my self " mbak .. lawan saya diri sendiri.. hihi.. saya orangnya kurang kompetitif, dan gak mudah terintimidasi.. jadi mau rumput tetangga lebih hijau, yo wes gpp.. hahhaaa... Yang penting saya lebih baik dari saya yang dulu. ðŸ¤ðŸ¤ðŸ¤
ReplyDelete