Perjalanan Sahabat Ilmu Jambi ke Desa rukam dan Sakean
Assalamualaikum...
Udah lama aku gak posting blog, padahal koneksi internet
lancar-lancar aja sih tapi mood nulisnya yang nggak lancar huhuhuh.
Aku mau cerita tentang perjalananku bersama komunitas
Sahabat Ilmu Jambi (SIJ) ke Desa Rukam dan Sakean. Oh ya sebelumnya aku udah
pernah cerita tentang komunitas SIJ di blog ini.
Beberapa waktu lalu antara bulan Januari-Februari beberapa
wilayah di kota Jambi terkena musibah banjir yang disebabkan curah hujan yang
tinggi dan meluapnya permukaan sungai terpanjang di pulau Sumatera, sungai
batanghari.
Alhamdulillah tempat tinggal aku nggak kena karena jauh dari
sungai. Kebanyakan yang kena itu wilayah yang dekat dengan sungai. Jadilah kami
komunitas SIJ melakukan penggalangan dana untuk membantu korban banjir.
Penggalangan dana cuma sekitar 4 hari tapi Alhamdulillah banyak sekali uluran
tangan orang-orang yang berbaik hati yang mau menyumbang melalui SIJ. Aku
sendiri nggak nyangka kami bisa memperoleh sumbangan dana lebih dari dua belas
juta rupiah. Belum lagi bantuan baju bekas layak pakai. Alhamdulillah banget.
Akhirnya setelah dimusyawarahkan SIJ sepakat untuk
menyalurkan bantuan yang kami dapat ke empat wilayah, yaitu desa Rukam, desa
Sakean, Sebrang ,dan desa di dekat area candi Muara Jambi.
Dana yang kami peroleh kami belanjakan sembako berupa beras,
minyak, air mineral, mie instan, kopi, teh, dll. Kenapa dibeliin sembako?
Karena wilayah yang akan kami datangi ini sebenarnya sudah langganan terkena
musibah banjir ,mereka sudah antisipasi dengan membangun rumah panggung. Tapi
tetep aja kalau udah banjir besar, air akan menggenangi seluruh halaman mereka
bahkan ada yang sudah masuk rumah sampai semata kaki padahal tonggak rumah
mereka sendiri tingginya 2 m atau lebih.
Dengan begitu mereka susah kemana-mana, apalagi desa nya desa yang jauh dari
kota mereka susah untuk beli sembako kebutuhan mereka. Kalau pun ada yang jual,
harganya pasti melambung tinggi karena memanfaatkan sikon.
Jadilah tanggal 28 februari lalu aku dan beberapa relawan
SIJ (bang Maul, bang Diding, kak Rieo, Fani, Rara, Rini dan Tiara) menyalurkan
bantuan ke desa Rukam dan desa Sakean. Sedangkan relawan lainnya menyalurkan
bantuan ke Sebrang dan Muaro Jambi.
Pertama kami ke Desa Rukam, perjalanan kesana melalui jalan
darat 1,5 jam trus disambung jalan air naik ketek (perahu) sekitar 40 menit.
Kalau nggak banjir bisa sebenarnya pakek jalan darat aja tapi berhubung banjir
jadi akses jalannya keputus.
Aku dan temen-temen relawan kesana naik mobil pick up. Iya,
kita duduk di bak pick up plus dengan kardus-kardus mie, beras berkarung-karung
dan sembako lainnya. Sempil-sempilan sih, tapi seru kok karena sepanjang jalan
kita sambil becanda dan ketawa.
Lebih seru lagi pas bagian naik perahu, ada relawan SIJ yang
parno naik perahu sampe-sampe sepanjang jalan di atas perahu dia terus nutup
mata sambil megang ujung bajunya sekuar-kuatnya. Oke, itu bukan aku ya. Soalnya
kalau aku sendiri seneng-seneng aja naik perahu. Seru.
Sampe di desa Rukam kita semua miris. Karena desa mereka itu
tepat di tepi sungai, dan ketika air sungai meluap rumah panggung mereka
seolah-seolah menjadi rumah terapung. Halaman mereka air semua. Ih ngeri banget
deh, salah-salah bisa kecemplung di sungai. Tapi Alhamdulillah banjir di desa
mereka nggak ada memakan korban. Kerennya, anak-anak kecil disana udah lihai
banget naik atau ngedayung perahu. Mungkin udah biasa kali ya, nggak kayak anak
SIJ yang parnoan naik perahu *colek Fani*
Senengnya lagi, disana kami disambut anak-anak SD disana.
Mereka tuh pada semangat, ceria, dan antusias. Kita semua main games,
nyanyi-nyanyi, rasa lelah menempuh perjalanan kesana sirna seketika melihat
wajah-wajah mereka yang polos, lugu, ngegemesin, menyenangkan lah pokoknya
.
Tapi ada satu kejadian yang bikin miris, waktu itu ada
seorang anak kecil nangis terus ditanya sama relawan SIJ, kak Rieo “Adek kenapa
nangis?” “Haus” “Kenapa nggak minum?” “Nggak ada air minum”. Langsung aja kak
Rieo ngambil air mineral yang kami bawa. Sedih euy, karena haus dia sampe
nangis tersedu-sedu gitu. Padahal kalau di rumah aku sendiri bisa minum
sebanyak apapun tanpa khawatir air akan habis.
Ya, di Desa Rukam air bersih sulit karena banjir. Listrik
pun nggak ada disana. Kalau penduduk sana butuh listrik mereka menggunakan
mesin diesel. Sekolah pun cuma ada SD dan SMP. Jadi kalau anak-anak disana mau
melanjutkan SMA ya mesti ke kota Jambi. Sinyal handphone disana juga cuma ada
dua provider, itupun dikit-dikit. Dengan segala kesederhanaaan itu, aku
menyukai desa Rukam dengan penduduknya yang ramah-ramah.
Selain main sama anak-anak disana, kita nggak lupa foto-foto
bareng :D
Eh, sebelum pulang semua kami juga di jamu makan di rumah salah satu warga disana. Enak banget kita makan nasi pakek lauk tempoyak, favorit aku. setelah itu baru deh kita pamit sama warga disana dan bilang semoga bantuannya bermanfaat. Mereka juga ngucapin makasih berkali-kali karena bantuan datang ya cuma dari SIJ ini. mungkin banyak yang gak tau tentang keadaan desa Rukam karena memang desa tersebut rada terpencil.
Kami bilang, kami dari SIJ pasti bakal balik lagi ke Desa
Rukam dengan relawan yang lebih banyak untuk melakukan pendampingan bersama
anak-anak disana. Rukam, tunggu kami kembali ya :”)
Keluar dari desa Rukam, langit udah gelap. Badan rasanya udah capek pakek banget. Masih diatas bak pick up, kita semua masih harus ke desa Sakean. Sampe di desa Sakean kira-kira Jam 8 malam. Untunglah di desa Sakean ternyata banjir sudah hampir surut, dan keadaan disana nggak separah di desa Rukam. Karena udah malem, kita nggak lama-lama disana. Setelah nurunin sembako, kita pamit pulang sama pak Sekdes disana. Kita juga dikasih oleh-oleh rambutan sama bapaknya.
Hari itu jadi hari yang berkesan bagi aku, bang Maul, bang
Diding, kak Rieo, Fani, Rara, Rini dan Tiara sebagai relawan SIJ. Walau capek, kita
ngerasa bahagia. Bisa main sama anak-anak di desa Rukam, bisa sedikit
meringankan beban korban banjir Desa Rukam dan Sakean. Sesungguhnya berbagi
memang nggak pernah bikin rugi justru sebaliknya, ada perasaan bahagia yang
menyusup kedalam hati kami masing-masing.
Oh ya, karena kecapekan di jalan pulang aku sambil tiduran
di bak pick up. Aku lihat langit malam itu indah banget banyak bintang. Aku
memang pernah berkhayal untuk berbaring menghadap langit menikmati kerlip
bintang di atas rerumputan yang nyaman tapi pada kenyataannya aku menikmati
langit penuh bintang di atas bak mobil pick up. Ya sudahlah ya hahaha -___-
Akhirnya aku sampai rumah jam 11 malem. Pulang-pulang
langsung mandi, sholat, trus aku tidur dengan badan yang capek tapi dengan hati
yang senang.
Oh iya, aku cerita ini bukan karena Riya’ tapi memang
sebagai bahan laporan untuk para donatur dan juga catatan untuk blog
komunitasku. Kunjungi ya blog Sahabat
Ilmu Jambi.
-Berbagi, tak pernah rugi. Berbagi berarti kita kaya, karena
punya cukup untuk diri sendiri dan berlebih untuk kemudian ada yang kita beri-
Get notifications from this blog