Tak Pernah Menyangka Akan Menjadi Begini
Sedari kecil, semenjak aku mengenal apa yang dinamakan
cita-cita, Semenjak guru di sekolah atau orang-orang terdekat menanyakan akan
menjadi apa ketika aku besar nanti, Semenjak aku tahu begitu banyak ragam jenis
profesi di dunia ini, tak pernah sekalipun terlintas di pikiran aku akan
menjadi seorang pegawai pengamanan pemasyarakatan atau biasa disebut sipir.
Sewaktu di Sekolah Dasar, aku bercita-cita jadi Dokter
karena aku pikir mereka yang berjas putih dan dapat menyembuhkan penyakit orang
lain itu sangatlah keren. Di pikiran seorang anak SD waktu itu, dokter adalah
pekerjaan yang paling mulia di dunia. Setelah beranjak ke bangku SMP, aku sadar
ternyata jadi Dokter itu emang keren dan mulia tapi prosesnya nggak gampang. Kuliahnya
lama, butuh otak yang pintar di atas rata-rata dan biaya menempuh pendidikan
dokter pun sangat mahal. Mengingat otak dan kemampuan finansial orangtuaku yang
pas-pasan maka aku mencoret profesi dokter dari keinginan dan cita-citaku.
Setelah menghapus mimpi jadi dokter, aku mencoba merubah
cita-cita ingin menjadi pengusaha. Aku pengen suatu saat nanti buka toko kue. Aku
emang nggak bisa bikin kue, tapi aku suka makan kue. Mungkin cukuplah hobi
makan sebagai modal awal :p
Tapi di bangku SMA, cita-cita aku berubah lagi. Aku pikir
memang asyik jadi pengusaha. Tapi, kayaknya modal hobi makan aja nggak cukup. Aku
pernah nyoba bikin kue, aku ternyata nggak sabaran. Hasilnya, bentuk dan rasa
kue yang aku bikin abstrak dan nggak layak dikonsumsi -___-. Untuk itu aku merubah
cita-cita menjadi guru. Guru matematika. Untuk cita-cita yang satu ini aku
terinspirasi dari seorang guru matematika sewaktu aku duduk di kelas XI. Nama guru
tersebut, Beti. Bu Beti adalah seorang guru yang tegas
tapi cara ngajarnya asyik banget. Rumus yang njelimet sekalipun bisa dijabarkan
dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami murid-muridnya termasuk aku.
bu Beti juga punya rumus-rumus singkat yang membuat kami mampu mengerjakan
soal-soal matematika dengan waktu yang nggak lama. Meskipun tegas, bu Beti juga
suka humor. Jadi disela-sela mengerjakan soal-soal mtk, beliau sering
melontarkan lelucon yang membuat murid-muridnya tertawa. Pokoknya waktu itu aku
benar-benar jatuh cinta sama matematika. Dengan beliau, awalnya nilai
matematika yang tidak cukup bagus di kelas X, menjadi jauh meningkat di kelas
XI. Sungguh cara mengajar bu Beti membuat aku jatuh cinta dan bertekad ingin
menjadi seperti dia. Menjadi guru yang dicintai murid-muridnya, tegas tapi juga
lembut dan punya selera humor yang nggak garing, bu Beti juga nggak segan
mendengarkan cerita murid-muridnya, bu Beti bener-bener guru matematika yang
mampu meluruskan benang kusut rumus-rumus matematika.
Selain karena bu Beti, menjadi guru juga merupakan pekerjaan
yang tak kalah mulianya dengan profesi dokter. Apapun pekerjaan di dunia ini,
ada karena jasa guru. dokter, pegawai, pengusaha, bahkan presiden sekalipun ada
berkat jasa guru. Apalagi kalau ilmu yang diajarkan sang guru benar-benar
bermanfaat dan diaplikasikan oleh muridnya maka itu akan menjadi amal jariah
bagi sang guru. Guru, sosok yang diguguh dan ditiru, menjadi inspirasi dan
panutan oleh banyak orang. Maka dari itu, aku bertekad menjadi guru.
Tekad itu
membawaku memilih jurusan pendidikan matematika di bangku kuliah. Aku sudah
membayangkan, suatu hari nanti aku akan memakai pakaian layaknya seorang guru,
mengajar di depan kelas, menjelaskan rumus-rumus matematika di depan
murid-muridku, memotivasi semangat murid-muridku yang menganggap matematika itu
sulit, membuat mereka semangat meraih cita-cita, ah sungguh indah bayangan itu
di dalam kepalaku.
Tapi, pada kenyataannya garis takdir menjauhkan aku dari
bayangan dan cita-cita menjadi seorang guru. Di semester tiga bangku
perkuliahan, aku diminta Ayah untuk coba-coba ikut tes CPNS dari Kementrian
Hukum dan HAM Republik Indonesia. Awalnya aku ogah-ogahan, karena yang dibuka
lowongannya adalah formasi pengamanan permasyarakatan yang tugasnya akn menjadi
pegawai pengamanan di lembaga pemasyarakatan. Tapi dorongan orangtua membuat
aku luluh. Mungkin do’a dan semangat orang tua jugalah yang membuat aku begitu
dimudahkan dalam mengikuti tahap-tahap seleksi CPNS sampai aku dinyatakan
lolos.
Awalnya aku sempat merenung, entah apa rencana yang sedang
disiapkan Alllah untukku. Kenapa aku yang sudah mantap menjadikan profesi guru
sebagai tujuan hidup kini harus menjalani profesi yang sama sekali nggak pernah
terlintas di dalam pikiranku bahkan semenjak aku kecil dan mengenal arti
cita-cita.
Kemudian aku teringat kalimat bijak “Allah memberikan apa
yang kita butuhkan, tidak sekedar yang kita inginkan”. Akhirnya aku sadar,
mungkin ini adalah jalan yang memang sudah dipersiapkan oleh-Nya. Disaat teman-teman
sebayaku masih menempuh bangku kuliah yang masih memakai biaya dari orangtua,
aku sudah mempunyai pekerjaan tetap dan akan mempersembahkan hasil keringatku
nanti kepada kedua orangtua, sebagai balas jasa kasih sayang mereka yang tak
terhingga sedari aku lahir sampai detik ini. Mungkin ini adalah jawaban dari do’a
ku kepada Allah untuk membahagiakan wanita dan lelaki yang paling aku cintai di
dunia ini, yaitu ayah dan ibu.
Lagipula, aku sadar nggak ada pekerjaan paling keren atau
paling mulia di dunia ini. Setiap pekerjaan (yang halal) mempunyai keberkahan
dan kemulian tersendiri. Profesi tukang sapu jalanan sekalipun adalah pekerjaan
yang mulia karena olehnya lingkungan menjadi bersih. Tugasku sekarang adalah
menjadi sipir yang bertugas menjaga keamanan di lembaga pemasyrakatan wanita di
Muara Bulian, Jambi. Dimana aku turut mengamankan dan membina para narapidana
wanita. Sekarang aku benar-benar tahu bagaimana kehidupan di balik sel, jauh
berbeda dari apa yang digambarkan di film dan sinetron
.
Kerja emang capek, apalagi terikat dengan kedinasan dan
pemerintahan. Disiplin dan taat peraturan adalah kunci utama dalam mencapai
kesuksesan. Namun aku selalu punya kalimat penyemangat, yaitu “semua lelah akan
dibayar dengan rupiah” ditambah pahala jika ikhlas menjalankannya.
Hidup memang aneh, selalu penuh kejutan. Kadang kenyataan
sangat jauh dari bayangan dan harapan. Namun apapun yang terjadi, yakinlah Dia
selalu memberi apa yang kita butuhkan. Menjalani kewajiban dengan baik adalah
bagaimana cara kita bersyukur atas rahmat yang telah diberikan Allah SWT. Thanks
god, thanks for everything.
tebak aku yang mana cobaaa? :P |
Get notifications from this blog
Wahh mba Enny selamat ya.. hidup memang penuh dengan kejutan :D
ReplyDeleteiya hanan sama2, sukses juga untuk kamu :)
Deletekamu beruntung bgt bsa jdi pns 2012,,aku ikut tes itu juga tpi aku tidak seberuntung kmu,,aku gagal..tpi selamat ya eni,,smoga jadi abdi negara yg baik...damin amin Ya Robbal alamin
ReplyDelete100..
ReplyDeleteini bisa jadi motivasi ku dalam menjalani hidup..
dan smoga kita smua sukses pada bidangnya masingmasing...
.
tengkiu ein
sama-sama di :D
DeleteAku yg paling kiri. Hehe
ReplyDeleteAku yg paling kiri. Hehe
ReplyDeletebaru liat ini, hai abang :")
Delete