√ Jadi Sipir Itu Rasanya.... - Duduk Paling Depan

Jadi Sipir Itu Rasanya....



Sebelum masuk kerja, aku sempat was-was dan mikir "ya Allah... yang bakalan aku hadapin itu para narapida. Penjahat. Kalau ada yang gahar gitu gimana ya?". 

Beneran deh, aku jadi kebayang kayak adegan-adegan di sinetron yang menggambarkan kehidupan di penjara yang keras. Ada narapidana yang lemah dan tertindas kemudian ada narapida yang berkuasa karena dia kuat dan banyak tattonya. 

Aku mikir gimana ya cara menangani kalau ada narapidana yang ngamuk terus melayangkan bogem mentahnya ke aku. Aku harus apa coba? nggak ada satu bela diripun yang aku kuasai. Kalaupun ada jurus yang aku pelajari palingan cuma jurus "pukul-pukul-bahu-manja"

Ternyata sinetron emang cuma rekayasa. Pada kenyataannya nggak gitu kok. Aku kerja di Lembaga Pemasyrakatan khusus anak dan wanita. 

Ternyata mereka semua baik-baik. Memang sih, kalau mereka baik-baik mereka nggak akan ada di dalam sana. Tapi aku yakin, mereka semua orang baik. Cuma, di luar sana terlalu banyak faktor yang membuat mereka berbuat jahat dan akhirnya bertemu sipir kece kayak aku di lapas *nyelipin kenarsisan dikit boleh dong ya*


Kerjaan sipir itu gampang-gampang susah. Resiko paling besar yang ditakuti semua sipir adalah kalau ada tahanan yang kabur *naudzubillah min dzalik, jangan sampai terjadi*. Jadi sipir juga mesti waspada dengan segala tindak-tanduk narapidana. Tapi sipir juga harus siap jadi konsultan karena sering dijadiin tempat curahan hati para narapidana.

Untuk selanjutnya kata narapidana aku ganti menjadi warga binaan ya, karena memang mereka ada di dalam lapas untuk dibina. Balik lagi ke perasaan aku sebagai sipir. Awalnya ketar ketir, takut-takut ngomong sama warga binaan. 

Tapi lama-lama terbiasa dan jadi nyantai aja sih. Malah ya, aku suka nggak nyangka dan nggak abis pikir karena kalau dilihat dari perawakan, gaya bicara dan sikap mereka, aku gak percaya bahwa  kasus narkoba, korupsi dan tindakan kriminal lainnya yang membawa mereka bertemu aku.

Aku sering dicurhatin sama ibu-ibu warga binaan di lapas. Mereka sering curhat tentang keluarganya, betapa kangennya mereka sama anak, suami, orang tua dan sanak saudara. Lebih seru lagi kalau denger cerita kisah hidup mereka yang membuat mereka terpaksa melakukan tindakan kriminal dan akhirnya harus menebus kesalahan dengan menginap di hotel prodeo.

Selain mendengarkan dengan baik, aku juga sering ngasih nasehat. Kadang-kadang di dalem hati suka geli sendiri sih, gimana mungkin aku yang umurnya jauh lebih muda dari pada ibu-ibu itu dan masih suka nangis karena putus cinta bisa nasehatin warga binaan dengan kata-kata bijak, hehehehe.

Yasudahlah, lagian mereka kadang nggak butuh solusi dari aku, yang mereka butuhkan hanya sosok yang mau mendengar dan tetap memandang mereka sebagai seutuhnya manusia yang baik meski pernah melakukaun sesuatu yang buruk.

Dari cerita-cerita mereka aku banyak belajar, bahwa pada kenyataannya hidup ini memang keras dan kejam. Kejadian-kejadian yang sering aku lihat di tv atau di fim ternyata emang kejadian pada kehidupan nyata mereka. Faktor ekonomi, lingkungan dan sosial yang membawa mereka memilih jalan pintas untuk mencari kesenangan.

Dibalik kisah masa lalu mereka, aku pribadi percaya pada dasarnya semua warga binaan itu baik. Mereka memang manusia biasa yang nggak luput dari kesalahan yang harus dipertanggung jawabkan. Sebenarnya setiap manusia kan pasti punya kesalahan yang harus dipertanggung jawabkan kepada Tuhan. 

Hanya saja di dunia ini ada aturan yang mengatur agar manusia yang berbuat salah di mata hukum, harus mempertanggung jawabkan kesalahannya dengan menghabiskan beberapa masa di balik terali besi.


Mereka yang takdirnya harus mencicipi kehidupan di dalam lapas, bukan berarti mereka masyarakat yang hina yang harus dikucilkan. Mereka yang di dalam sana, belum tentu lebih buruk dari mereka ada di luar.

Oh ya, balik lagi ke perasaan jadi sipir. Aku turun 5 kg lho semenjak kerja. Mungkin karena sipir ada jaga malemnya dan harus begadang. Di tempat aku nggak ada mamang-mamang. Maksud aku, mamang-mamang yang jualan makanan. 

Jadi di sana makan ya seadanya apa yang ada deh. Eh tapi sering juga aku dikasih makanan sama warga binaan yang dapat besukan. Mereka nggak pernah pelit ngasih meski tanpa diminta. Tapi kadang-kadang kalau laper aku sih yang minta hehe.

Sampai disini dulu deh ceritanya, besok-besok sambung lagi.
*dadah dadah dari balik terali besi*


 


Get notifications from this blog