Kertas Bercerita
Hai
kawan, duduklah yang manis ketika kau membaca ini. Jika perlu sediakan
secangkir teh melati hangat untuk menemanimu. Ambil bantal terempuk yang kau
punya, sandarkan ke dinding dan ambillah posisi yang paling nyaman karena
cerita ini akan cukup panjang. Ups, jangan khawatir ini tidak akan sepanjang
sinetron-sinetron yang biasa ditonton ibumu.
Sepanjang
aku hidup sudah banyak asin garam dan manis gula yang kurasakan. Kisah sedih
dan bahagia sudah ku lalui. Mungkin kau mengira aku sudah cukup renta karena
sudah banyak mengecap kisah semesta. Kau salah kawan, aku masih cukup muda
untuk bertahan dan menantang dunia. Aku bukannya sombong, tapi memang itulah
diriku. Aku tercipta untuk menjadi bagian dari rekaman sejarah. apa yang tidak
bisa diingatdenganbaik oleh makhlukyang bernamamanusia, dicurahkannya kepadaku.
Nah, betapa aku ini benar-benar istimewa kan?
Sebelum
membahas lebih banyak tentang diriku maukah kau mendengarkan sebuah cerita?
Cerita yang cukup memilukan, kawan. Silahkan ambil sekotak tissue dan letakkan disampingmu karena aku takut sensor otakmu akan
memerintakah kelopak mata mengeluarkan airnya.
Simaklah
dengan baik cerita yang pertama...
“Jika cinta adalah kata, maka kau tentu sajak
terindah yang pernah ada. Jika cinta adalah warna, maka kau adalah sebuah
pelangi. Jika cinta adalah nada, maka kau adalah lagu yang paling merdu.
Sayangnya cinta
adalah mimpi yang terlalu sering dicampakkan realita. Sayangnya cinta terlalu
sibuk berperang dengan logika. Sayangnya cinta terlalu malu dan kemudian
tenggelam dalam ragu.
Mata yang
menawan untuk ditatap, bibir yang menghasilkan senyuman malaikat, aroma tubuh
yang menggoda, sikap ramahmu yang membuatku terpesona, kini sudah habis
ceritanya.
Aku menjelma
menjadi bagian dari dedaunan kering yang selalu ada di setiap angin bertiup.
Aku adalah kesetiaan yang selalu menunggu untuk dibelaskasihani. Aku adalah
rindu yang menjelma menjadi abu.
Selamat tinggal
hati yang terlalu banyak menimbun asa, berbahagialah pemiliknya dengan dia yang
lebih sempurna”
Huhuhu...
hikss *srooot*, setiap kali menceritakan ini aku tidak bisa menahan air yang
mengalir dari mata dan hidungku. Lihatlah tulisan gadis itu begitu indah, aku
yakin itu adalah kalimat yang keluar dari hatinya yang paling tulus. Sayangnya
dia hanya memendam perasaan sendirian, sehingga ketika seseorang yang
dicintainya sudah bersama orang lain maka patahlah sayap-sayap cintanya. Duh,
aku sudah tertular virus puitisnya.
Gadis
itu sudah lama menjadi teman setiaku, segenap perasaannya terhadap lelaki itu
dia curahkan kepadaku. Tapi ternyata sajak patah hati itu adalah cerita
terakhir yang dibaginya kepadaku.
Itu
baru cerita pertama, kawan. Masih banyak cerita-cerita lainnya yang harus kau
baca. Kau boleh meminum seteguk dua teguk teh hangat yang disampingmu itu.
hm... harum melati dari cawan teh itu benar-benar nikmat.
Nah,
sekarang resapi cerita yang kedua
“kalau bukan demi anakku, aku sudah lama
meninggalkan dia. seseorang seperti dia apanya yang harus aku banggakan?
Penghasilannya tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Hobinya main judi dan main perempuan. Kalau bukan karena
mengingat Siska yang masih kecil, aku sudah mau lari dari rumah petak sempit ini.
Kalau saja waktu bisa diulang tentu aku tidak akan menerima lamarannya yang
hanya penuh dengan janji palsu. Oh seharusnya aku lebih hati-hati dalam memilih
pasangan seumur hidup.
Tuhan, cukuplah
aku yang menjadi korban yang disia-siakan suami tak bertanggung jawab. Kelak
ketika Siska besar nanti lindungi ia dan berikan ia lelaki yang baik sebagai
pendamping hidupnya. Tuhan, kuatkanlah aku menghadapi hari-hari kedepannya.
Cukuplah kulit tanganku melepuh dan mengelupas terkena air panas akibat amukan
suamiku, cukuplah merah dan perih dipunggungku karena cambukan ikat
pinggangnya, cukuplah balu dipipiku karena tamparannya. Jika memang kau percaya
aku kuat menghadapi ini, maka berikan aku kesabaran tak berbatas.”
Aku
benci sekali dengan lelaki yang semena-mena terhadap perempuan. Apalagi perempuan
itu adalah seseorang yang harusnya ia kasihi dan lindungi. Sangking bencinya,
aku berharap lelaki itu mendapat balasan setimpal. Misalnya saja saat dia
hendak menganiaya istrinya tiba-tiba ada petir besar yang membelah langit dan
dengan tepat menyambar badannya sehingga seketika dia menjadi gosong kehitaman.
Hm.. bisa juga ketika dia sedang berselingkuh, tiba-tiba perempuan yang dia
selingkuhi menjadi lelaki. Aaaaaaaa aku tahu menyumpahi orang lain itu tidak
baik, tapi pantaskah lelaki jahat seperti itu dido’akan kebaikan?
Ingatlah
untuk mencari pasangan hidupmu kelak harus seseorang yang paham benar ajaran
agamanya dan takut akan Tuhan. Dengan begitu dia akan memperlakukanmu dengan
baik dan lembut. Karena ajaran agama manapun tidak akan mengajarkan kekerasan
terhadap orang lain apalagi pasangan hidup. Pilihlah pasangan yang benar-benar
pas untukmu. Yaaah, walaupun biasanya jomblo lapuk jarang ada yang memilih
hahahahaha *kemudian ditimpuk blender*.
Sudah
dua cerita yang aku bagi kepadamu, kawan. Wah sudah banyak tissue berserakan
disampingmu. Memang aku yang menganjurkan untuk menyediakan sekotak tissue
namun jangan terlalu banyak kau gunakan tissue. Kenapa? Ah nanti akan
kujelaskan setelah cerita-ceritaku selesai. Jika nanti ada cerita sedih yang
memaksamu menangis, lap saja dengan ujung-ujung bajumu atau selimutmu.
Berlendir sedikit tak apalah, kau bisa mencucinya esok.
Kali
ini ada cerita dari seorang lelaki tua.
“setiap pagi ku lihat matahari terbit dengan
indahnya. Tak pernah lupa ia menerbitkan pagi dengan cahayanya yang mempesona.
Aku terpukau akan ciptaan-Nya yang luar biasa. Aku menikmati pagi ini dengan
lukisan langit yang bersapukan arakan awan putih. Aku menikmati pagi ini dengan
nyanyian burung-burung yang meski aku tak tahu jenisnya tapi aku menyukai
keindahan sayapnya. Aku menikmati pagi ini dengan tarian dedaunan yang berdansa
ketika angin meniupnya. Aku menikmati pagi ini dengan secangkir teh dan
sepotong roti yang sudah mulai berjamur namun tetap enak rasanya. Sayangnya aku
menikmati setiap keindahan pagi seorang diri.
Apakah sudah
nasibku menjadi bagian siklus kehidupan manusia? Menikmati dunia sendirian di
usia senja. Andai saja Tuhan tak cepat-cepat memanggil istriku, tentu aku tak
akan kesepian meski anak-anaku lebih memilih menetap di kota metropolitan dan
tenggelam dalam kesibukan duniawi.
Jika burung saja
akan kembali pulang ke sangkarnya ketika senja tiba, kenapa anak-anakku tidak?
Mungkin mereka lupa membawa catatan penting didalamhati mereka tentang siapa
yang merawat dan membesarkannya. Mungkin mereka lupa sosok renta ini dulu yang
tak kenal lelah siang dan malam mencari rupiah hanya untuk mewujudkan cita-cita
mereka. Kini mereka telah lupa, atau hati mereka telah beku.
Seperti
hangatnya mentari pagi yang ku rasakan, aku berharap kehangatannya juga akan
mencairkan kebekuan hati anak-anaku.”
Kejaaaaaaaaaaam!!!
(kalau teriakanku ini dibarengi dengan bunyi petir dan kemudian turun hujan
deras pasti akan jadi lebih dramatis). Itukah potret balas jasa dari anak
kepada orangtuanya? tega sekali membiarkan orangtua sendirian di usia senjanya,
padahal sewaktu mereka kecil dan belum bisa apa-apa orangtualah yang membantu
mereka, mengajarkan mereka banyak hal, dan rela melakukan apapun hanya untuk
memenuhi kebutuhan den keinginan anak-anaknya.
Semoga
kau tidak termasuk anak yang durhaka seperti itu ya, kawan. Orangtua adalah
jalan menuju surga. Kalau kau ingin tiket menuju surga, ya berbaktilah kepada
orangtuamu. Hehehe, omonganku sudah seperti seorang motivator ya. Bukankah di
awal tadi sudah ku bilang bahwa aku sudah banyak merasakan asin garam dan manis
gula kehidupan? Itulah yang membuatku menjadi lebih bijak. Ditambah dengan
menonton program “Mario Teguh Golden Ways” setiap minggu.
Sudah
tiga cerita yang ku bagi kepadamu. Sekarang biarkan aku beristirahat dan
mengambil nafas. Aku tidak terbiasa bercerita karena aku biasanya menampung
cerita. Tapi biarlah kali ini demi kau, kawan yang teristimewa maka aku akan
meluangkan waktu dari jadwalku yang padat untuk berbagi cerita. Aku memang
bukan artis, tapi jadwalku lebih padat daripada jadwal konser Syahrini.
Sudah
siap membaca cerita selanjutnya?
“ini sudah hari keempat aku ditempat
pengungsian. Aku sudah tidak nyaman berada disini. Dari hari pertama saja aku
sudah merasa risih disini. Aku tidak terbiasa menempati satu tenda
beramai-ramai apalagi dengan orang yang tak kukenal. Selain sempit, iyuuuuh bau
mereka bermacam-macam. Malam pertama aku tak bisa tidur karena kepanasan dan
kepalaku pusing. Aku mual dan memuntahkan isi perutku yang hanya berisi air
karena memang belum ada makanan yang masuk ke peruku seharian. Aku mengeluh
kepada mama, tapi mama tidak menjawab keluhanku dan hanya memberikanku
ketenangan dengan sebuah pelukan.
Aku membenci
tempat ini. apa-apa harus berdesak-desakan dan berebutan. Apalagi ketika datang
jatah bantuan makanan dari entah-siapa-yang-menyumbang maka mereka semua
berkerubung dan setengah berteriak seolah-olah takut jika tidak kebagian
makanan maka mereka akan mati saat itu juga.
Hari ini aku
diberikan sebuah buku tulis dan pensil dari kakak-kakak yang menyebut diri
mereka sebagai relawan. Aku lebih memilih duduk di pojokan tenda daripada ikut
bermain bersama anak-anak pengungsi lain. Meskipun kuperhatikan dari sini
sepertinya mereka seru sekali menikmati permainan yang dibawakan kakak-kakak
relawan itu. Ah,tapi ada hal yang lebih penting yang harus kutulis.
Papa, mama, dan
guru-guru di sekolah selalu bilang bahwa Allah itu maha penyayang dan pengasih.
Tapi kenapa Dia tega mendatangkan musibah banjir di daerah tempat tinggalku? Kulihat
waktu itu ada air dimana-mana, aku memang sangat takut dan hanya memejamkan
mata ketika papa menggendongku untuk segera ikut rombongan evakuasi, tapi aku
sempat melihat bahwa air sudah meninggi bahkan rumahku hanya tinggal terlihat
atapnya saja.
Kata papa, mama,
dan guru-guru di sekolahku kalau kita jadi anak yang baik yang rajin sholat dan
patuh pada orangtua maka Allah akan menyayangi kita dan memberikan apapun yang
kita inginkan. Aku sudah menjadi anak yang baik. Aku rajin belajar dan selalu
dapat rangking di sekolah. Aku juga anak yang tidak pernah membantah mama dan
papa, aku juga selalu rajin menyiram tanaman mama di halaman dan membantu papa mencuci
mobilnya. Aku juga rajin sholat lima waktu, kecuali kalau aku terlalu lelah dan
mengantuk.
Lantas,kenapa
Allah malah memberikan apa-apa yang tidak aku inginkan dan tidak pernah aku
minta?
Allah malah
mendatangkan banjir yang membuatku harus berada di tempat pengungsian yang bau
ini. Tidak hanya itu, banjir ini juga membuatku kehilangan papa. Kata
orang-orang papa ikut terseret arus, meskipun setahuku papa adalah perenang
yang handal. Kalau tahu begitu, tentu aku lebih memilih hanyut terbawa arus
bersama papa.
Allah, aku
memang masih Sekolah Dasar. Tapi aku ingin Kau mendengarkan protes dari anak
kecil ini. Mengapa kau berikan kami musibah banjir? Mengapa Kau mengambil
papaku dan juga orangtua anak-anak yang lain atau sebaliknya, mengapa Kau tega
melihat banyak orangtua kehilangan anak-anaknya?
Beginikah caramu
mengasihi mereka yang sudah menyembahMu?
Tolong berikan
jawaban atas protesku ini.”
Haaaaaaaah,
membaca tulisan anak ini membuatku menghela nafas panjang berkali-kali. Aku
juga cukup sedih dan kaget ketika harus menampung curhat dan sekaligus protes
dari seorang gadis kecil.Protes yang ditulis anak itu adalah reaksi yang wajar
dari seorang anak yang belum mengerti benar kenapa banjir bisa terjadi dan
akhirnya membawa kesedihan dibanyak wajah.
Tahukah
kawan, bahwa musibah banjir terjadi bukan hanya atas kehendak yang maha kuasa,
tapi manusialah yang seolah-olah memintanya. Memang tidak ada makhluk yang
ingin dilanda musibah namun masih sedikit manusia yang menyadari bahwa musibah
datangnya dari tingkah laku mereka yang tidak menjaga lingkungannya.
Banjir
disebabkan oleh terjadinya hujan lokal dan propagasi limpasan dari daerah hulu
pada satu daerah tangkapan. Secara non ilmiah banjir dapat terjadi karena ulah
manusia. Pohon-pohon kini banyak ditebang demi memenuhi kebetuhan manusia untuk
membuka lahan pertanian, membangun perumahan, dan benda-benda yang dibutuhkan
manusia seperti perabotan, tissue,
dan juga aku.
Sebagai
kertas, itulah mengapa aku mengetahui banyak hal dan menampung banyak cerita.
Aku senang ketika bermanfaat bagi kalian, kawan. Aku senang ketika kalian
menorehkan tinta dan menuliskan apa yang kalian tahu dan apa yang kalian
rasakan ditubuhku. Aku merasa hidup meski aku bukan makhluk hidup seutuhnya.
Tapi
aku sedih ketika aku diperlakukan dengan semena-mena. Aku sedih ketika aku
hanya dijadikan bahan coretan tak berguna, yang belum penuh tubuhku sudah
dirobek, diremas, dan dilempar ke tempat sampah. Aku sedih ketika aku menjadi
bagian dari buku tulis yang sudah kau abaikan padahal masih banyak lembaran
yang belum kau penuhi dengan tulisan. aku sedih ketika kau berfikir bahwa kau
tidak akan pernah kekurangan kertas, kau berfikir bahwa tidak akan ada hal
buruk apapun yang akan terjadi ketika kau boros menggunakanku.
Padahal
aku dilahirkan dari proses yang bahan bakunya adalah sebatang pohon. Tahukah
kau kawan untuk menumbuhkan sebatang pohon yang kokoh membutuhkan waktu yang
tidak sebentar. Semakin banyak aku diciptakan maka semakin banyak pohon-pohon
yang ditebang. Apa lagi begitu banyaknya penebang liar yang hanya berpikir
meraup keuntungan sebesar-besarnyadan tidak melakukan reboisasi (penanaman
kembali) setelah menebang pohon-pohon itu. Ah, seandainya manusia tahu bahwa
pohon sangat berperan penting dalam kelangsungan hidup mereka di masa kini dan
masa yang akan datang.
Pohon
menyerap air hujan dengan akarnya ke dalam tanah, air itu menjadi sumber
makanan untuk pohon tumbuh dan menghasilkan oksigen yang dibutuhkan manusia
untuk hidup. Kalau pohon terus ditebang, tak ada lagi akar kuat yang mampu
menyerap hujan, sehingga air yang tercurah semakin banyak semakin meninggi dan menyebabkan
banjir.
Setelah
kau selesai membaca tulisan ini aku harap kau sadar dan turut menyadarkan
orang-orang disekelilingmu tentang pentingnya menjaga lingkungan. Kalau kalian
memang cinta dengan bumi ini dan takut kehilangan orang-orang yang kalian cintai
seperti yang dialami anak itu maka mulailah peduli dengan lingkunganmu,
terutama terhadap pohon-pohon. Jika kau tak bisa menahan orang-orang yang
berkuasa itu untuk tidak terlalu banyak menebang pohon maka kau bisa memulainya
dari dirimu sendiri.
Seperti
cerita pertama tentang gadis yang memendam cintanya dan kemudian harus menyesal
karena keburu diambil orang, maka belajarlah untuk mengungkapkan cintamu dan
melakukan sesuatu untuk membuktikannya. Ini berlaku tidak hanya untuk sesama
manusia tetapi juga manusia terhadap lingkungannya. Kau bisa menanam satu pohon
di halaman rumahmu, sebagai bukti cintamu terhadap bumi. Lagipula halaman
akanterasateduh dan sejuk, nggak kayak hati para jomblo yang selalu gersang
*kemudian ditimpuk dispenser*.
Jangan
lupa juga cerita kedua yang salah memilih cinta. Eum.... yang ini aku nggak
tahu apa hubungannya sama lingkungan. Oh, mungkin kau harus mencari pasangan
hidup yang mencintai lingkungan. Kalau sama pohon aja dirawatnya dengan baik,
apalagi kamu. hehehehe *maksa*
Cerita
yang ketiga tentang seorang ayah yang ditinggalkan anak-anaknya di usia senja.
Sedih ya kalau kita dilupakan dan ditinggal sendirian padahal kita sudah banyak
berkorban. Nah itu tuh yang sering aku rasakan! Pohon udah berkorban untuk ditebang
dan diolah eh pas jadi kertas malah bukannya digunakan dengan baik malah
dicoret-coret sedikit terus ditinggal gitu aja. Sakitnya kayak jomblo ditinggal
pergi sama gebetan yang sudah lama diincar. *sakiiiiiiiit* *maaf ya mblo*
Nggak
mau juga kan kisah kamu sama kayak cerita keempat? Harus kehilangan orang-orang
yang kamu sayangi hanya karena nggak peduli sama lingkungan? Kalau kamunya sudah
sadar dan peduli lingkungan tapi banjir tetap ada? Mungkin kamu harus lebih
giat menularkan kepedulian itu kepada anggota keluarga yang lain, tetangga, pak
RT, pak RW, pak lurah, pak camat, pokoknya semua harus diajak untuk peduli
lingkungan. Kalau perlu kamu jadi duta lingkungan di sekolah atau di kotamu.
Udah cakep, peduli lingkungan lagi. Dijamin status kejombloan kamu akan segera
berakhir.
Aduh,
maaf ya sebagai kertas berpengalaman dan gaul kadang suka susah fokus dan malah
ngebully jomblo. Maaf ya kawan, aku malah berharap kau akan menjomblo lebih
lama agar selalu punya waktu untuk membaca cerita-ceritaku atau menuliskan
cerita ditubuhku. Baiklah, sebelum aku dibakar jomblo-jomblo menahun yang
sensitif ini aku ceritakan kelanjutan dari protes anak kecil itu.
”sekarang aku sudah mulai bisa menyesuaikan
diri di tempat pengungsian. Aku juga mulai menyukai bermain bersama anak-anak
disini. Ini saja aku menulis setelah bermain lompat tali dan kejar tangkap
bersama mereka dan kakak-kakak relawan itu.
Ah iya, aku
ingin berterima kasih kepada kakak relawan yang telah membantu menjawab
protesku kepada Allah beberapa hari yang lalu. Karena bingung surat protes itu
harus kukirimkan lewat mana, aku menitipkannya kepada kak Arya yang
memberikanku buku tulis dan pensil.
Kak Arya membaca
suratku dan mengajakku mengobrol.
Kak Arya bilang,
musibah banjir yang terjadi bukan karena Allah tidak menyayangi dan mengasihi
aku, mama, papa, dan seluruh pengungsi korban banjir. Tapi itu karena Allah
ingin mengajak aku dan yang lainnya berfikir sejenak untuk lebih peduli kepada
lingkungan.Awalnya aku bingung, kemudian kak Arya menjelaskan proses terjadinya
banjir dan aku langsung teringat bahwa apa yang kak Arya bilang sama dengan
yang pernah bu guru ajarkan di sekolah.
Aku jadi malu
dan menyesal karena sudah marah dan protes sama Allah. Padahal memang selama
ini aku juga salah. Aku suka buang sampah sembarangan padahal mama sudah
menyediakan tempat sampah. Aku selalu minta dibelikan buku tulis baru padahal
buku lamaku masih banyak yang isinya belum terpakai. Aku malah membenci pohon
karena menurutku cuma jadi sarang ulat dan semut.
Padahal pohon
banyak kegunaannya dan karena banyak manfaatnya bagi manusia pohon terus
ditebang, sehingga nggak ada lagi akar kuat untuk menampung hujan.Kak Arya,
makasih ya sudah memberikan aku nasehat.
Allah, maafin
aku ya karena udah marah-marah dan protes. Aku tahu Allah sayang sama kami semua
sehingga dikasih teguran. Aku janji setelah ini akan lebih menjaga
lingkungan.Oh ya, tolong jaga papa dan korban lainnya di surga-Mu ya Alah.
Bilang papa, aku akan jaga mama baik-baik disini sampai nanti kita kumpul
sama-sama lagi di surga.
Amiiin.”
Hiks...
hiks... *sroooot*. Tissue mana tissue...
Terimakasih
sudah membaca ceritaku, kawan. Lihatlah cawan teh di sampingmu sudah dingin
pertanda cerita hari ini sudah usai.
*selesai*
Get notifications from this blog