Belajar Dari Mereka
Setiap anak nggak bisa memilih dari rahim
siapa mereka dilahirkan. Kita juga nggak bisa memilih latar belakang keluarga
kita. Tuhan sudah menentukan takdirnya tepat saat kita keluar dari rahim ibu,
menangis kencang sebagai tanda permulaan hidup kita di dunia. Yah, kita bisa
nggak bisa memilih rupa dan status sosial orang tua kita. Bagaimanapun, yang
Allah berikan tentulah yang terbaik.
Aku pribadi bersyukur banget lahir sebagai
anak ibu Nur dan pak Syarif, dari kecil aku nggak pernah kekurangan kasih sayang,
mungkin mereka bukan orangtua yang kaya raya tapi aku nggak pernah merasakan
kelaparan hanya karena di dapur nggak ada makanan dan nggak ada uang untuk
sekedar membeli beras. Pendidikanku, mainan, kendaraan, semua dapat mereka
penuhi.
Dulu aku pikir semua anak di dunia sama
sepertiku, punya orangtua yang baik, hidup berkecukupan. Sampai semakin aku
besar, aku tahu ternyata nggak semua anak itu sama. Ada yang lahir dan besar tanpa
bisa melihat ibunya, atau ayahnya, atau
bahkan kehilangan keduanya. Ada yang lahir tanpa bantuan dokter/bidan, dan
tergeletak di tempat sampah. Baru kutahu, merekalah yang disebut anak yatim
piatu.
Panti asuhan adalah rumah untuk mereka.
Pertama kali aku berkunjung ke panti asuhan (2011), ada perasaan aneh yang
menyusup di dalam hati. “kok bisa sih mereka hidup seperti itu?” mereka harus
berbagi banyak hal. Kamar tidur, pakaian, makanan, buku, mainan. Semua hal yang
di rumah kumiliki sendiri tanpa berbagi dengan saudaraku karena dia juga punya
miliknya sendiri. Dan pertanyaan yang lebih menggangguku “bagaimana bisa mereka
tumbuh tanpa orang tua?” orangtua yang membelai rambut anaknya sebelum tidur,
orangtua yang menggendong anak dipunggungnya, orangtua yang menghibur ketika
kita sedih atau sakit, orangtua yang membujuk ketika kita merajuk, orangtua
yang selalu ada kapanpun kita membutuhkannya.
Pulang dari panti asuhan, aku sempet nangis. Aku
nggak bisa ngebayangin kalau harus hidup seperti mereka. Tanpa orangtua. Aku
yang selalu suka dipelukan papa, aku yang selalu suka dibelai rambutnya oleh
mama, aku yang menggantungkan banyak hal kepada mereka. Tuhan Maha tahu, dia
memberiku orangtua yang utuh karena aku nggak sekuat anak-anak di panti yang
masih bisa menikmati hidupnya dengan riang meski tanpa orangtua.
Sejak itu aku memutuskan bergabung dengan
komunitas sosial di Jambi, nggak banyak yang bisa aku bagi kecuali waktu untuk
bermain bersama mereka. Aku ikut kegiatan sosial bukanlah karena aku punya jiwa sosial yang tinggi,
tapi karena aku butuh sesuatu untuk merendahkan hati yang sering meninggi.
Berkecukupan harta dan kasih sayang
membuatku sering lupa bersyukur. Dengan melihat anak-anak di panti, aku
kemudian sadar bahwa setiap masalah yang aku punya harusnya nggak membuatku
lemah. Karena aku punya orangtua untuk mengadu, sahabat untuk berbagi, uang
untuk membeli apapun yang membuatku senang. Sedangkan mereka, meski kekurangan
hal tersebut namun tetap bisa menjalani hidup dengan ikhlas.
Sering banget malu sendiri ketika ngegalauin
mantan hal yang sebenarnya nggak penting. Bersama anak-anak panti
itulah aku berasa ketampar. “heloooow Ein, diphpin gebetan aja galau. Padahal
lo punya banyak hal yang harus disyukuri. Mau kalau semua yang lo punya diambil
lagi sama Allah?” hiyyy nggak mau!!
Manusiawi kalau kita sering tinggi hati
disaat Allah kasih banyak kenikmatan di dalam hidup. Sebelum Tuhan murka karena
kita sombong padahal itu semua hanyalah titipan, carilah sesuatu yang bisa
merendahkan hati. Berkunjunglah ke panti asuhan, bergabunglah dengan komunitas
sosial. Beda lho sensasinya dengan sekedar kamu menyumbangkan nominal rupiah
dengan kamu datang sendiri ke panti dan bermain bersama mereka.
Naaaaaaaah, untuk itu bagi kalian yang baca
tulisan ini ada acara seru yang bisa kamu ikuti untuk merasakan sensasi
senangnya berbagi bersama anak yatim/piatu/dhuafa di bulan ramadhan ini.
InsyaAllah ada buka bersama 100 orang anak tanggal 4 Juli 2015 di Perpustakaan
kota Jambi. Acara ini digagas oleh komunitas-komunitas anak muda Jambi. Info
lengkapnya ada di bawah ini :
“untuk yang berdomisili di luar Jambi gimana
dong?”
Kalian tetap bisa donasi melalui transfer ke
no rekening yang tertera diatas. Setiap update kegiatan mulai dari pengumpulan
donasi, kegiatan berlangsung, dan laporan akan diupdate di instagram
@beplus_jambi. InshaAllah berkah dan amanah.
Kalau kalian bisa baca tulisan ini, berarti
kalian punya gadget yang canggih. Kalau mampu beli gadget, masak sedekah yang
nilainya hanya sekian persen dari harga gadget kalian nggak mampu? #maksa
Oh ya, by the way... aku pribadi juga menampung sedekah
lho,
sedekah perhatian dari kamu.
#eaaa #tetepmodus #bye
sedekah perhatian dari kamu.
#eaaa #tetepmodus #bye
Get notifications from this blog
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬
ReplyDeleteTulisan yang bagus. :)
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬