Memori Tentang Ibu
Kalau sudah ngomongin sosok ibu
rasa-rasanya kita perlu tisu untuk jaga-jaga kalau ada air jatuh dari mata.
Hari ini mamaku ulang tahun yang ke-51 sekaligus ulang tahun pernikahan yang
ke-29 tahun. Karena umur aku sekarang 22 tahun, maka yang aku tulis adalah
memori kilas balik selama 22 tahun menjadi anak beliau.
Waktu kecil aku nggak masuk TK,
mungkin orangtuaku punya alasan tersendiri kenapa nggak memasukan aku ke TK.
Tapi meskipun nggak mengecap pendidikan TK tapi aku merasa masa kecil aku
menyenangkan. Aku ingat mama yang sambil memasak mengajarkan aku lagu “tukang
becak” lengkap dengan gerakannya, dan lagu anak-anak lainnya. Aku ingat mama
mengajarkanku berhitung dengan jari-jarinya sambil berbaring di kasur sebelum
kami tidur. Aku ingat mama juga mengajarkanku huruf-huruf dari iklan-iklan di
majalah atau spanduk-spanduk yang kami lihat sepanjang jalan. Aku ingat tentang
mama yang memangku aku yang ketiduran di angkot lengkap dengan iler berceceran
di pangkuannya. Aku ingat tentang mama yang mengomel namun setelah itu dia pula
yang membujukku untuk makan. Aku ingat tentang mama yang marah kalau aku bolos
madrasah (karena pendidikan agama itu sangat penting). Aku juga selalu suka
masakan mama meskipun di luar sana banyak restoran yang enak, tapi masakan mama
tetap yang terbaik karena aku merasakan cinta di setiap suapannya.
Memori itu membuat aku tumbuh
menjadi sosok yang selalu berusaha ceria meskipun nggak dipungkiri kadang ada
kesedihan yang susah ditutupi. Kenangan-kenangan itu membuat aku tumbuh dengan
hati yang lembut. Untuk semua yang telah mama berikan, aku ucapkan terimakasih.
Ucapan terimakasih tentu saja
nggak akan cukup membalas semua yang telah mama berikan. Memang nggak ada anak
yang mampu membalas dengan setara kasih sayang yang orangtuanya berikan. Tapi
demi rasa syukurku karena Allah menakdirkan aku menjadi anak mama, maka aku
ingin berbakti kepada mama sepanjang hidup aku.
Nggak selamanya kita sependapat,
ada banyak argumen dan adu mulut yang tercipta ketika aku merasa sudut pandang mama
berbeda dengan persepsi yang ku punya. Tapi percayalah ma, aku menyerap semua
itu. Aku selalu berusaha mencari jalan tengah agar aku dapat menyenangkan hati
mama dan tidak mendzolimi diri sendiri.
Aku juga paling suka kalau mama
sudah curhat, rasanya dia menganggapku sebagai sahabat. Kadang aku meledek mama
yang menurutku terlalu berlebihan menanggapi suatu masalah, tapi dibalik itu
aku berdo’a agar Allah mengangkat semua kesedihan mama.
Aku mungkin nggak punya banyak
uang untuk menyenangkan hati mama, tapi aku selalu meluangkan waktu untuk mendo’akan
mama agar Allah menghadiahkan surga atas semua yang mama lakukan sebagai anak,
istri, dan ibu.
Terimakasih untuk jadi ibu
sekaligus sahabat untukku. Terimakasih untuk masakan yang enak itu. Terimakasih
atas kasih sayang mama yang tiada henti.
Selamat ulang tahun, Mama.
Ps : maaf ya ma, belum bisa kasih
menantu.
Get notifications from this blog
ASik nih ya..
ReplyDeleteEmang ngobrol sama emak itu asik. Biarpun kadang suka dicengin kalau lagi curhat.. :)