Sudahkah Kamu Siap Menikah?
Ceritanya dulu saya mau nikah umur 25 atau paling
telat 28 tahun lah, bukan umur 22 tahun. Alasannya karena mau menikmati masa
muda, apalagi saya sudah bisa cari uang sendiri di umur 19 tahun. Saya juga
pernah nyoba travelling berdua aja sama sahabat ke Belitung dan Bangka . Duuh
enak rasanya bisa liburan pakai uang sendiri, bebas kesana kemari menikmati
indahnya Negeri ciptaan Allah.
Hanya saja mama saya selalu nasehatin untuk
segera menikah alasannya pamali perempuan kemana-mana sendirian. Kebetulan saya
kerjanya beda kabupaten dengan orang tua jadi kami hanya ketemu saat akhir
minggu. Selebihnya saya bebas pengawasan. Karena kemana-mana sendiri apalagi
kalau kerja jaraknya sejam dari rumah, dan ada shift malam sering bikin orang
tua saya khawatir. Kalau ada suami, orangtua saya bisa lebih tenang katanya.
Awal-awalnya masih saya bantah dengan alasan masih belum
siap, masih mau kuliah , dan masih mau nunggu Oppa Lee Min Ho putus dengan Suzy
#eh.
*bilang aja belum punya calon*
Hihi itu juga sih cuma memang saya aja belum minat, ada
yang dekat saya anggap sebagai TTM aja gitu. Karena dulu saya punya banyak teman,
kegiatan di komunitas, urusan kerjaan, bikin saya ngerasa nggak pernah jadi
jomblo ngenes *masak siiih*.
Tapi mama saya nggak nyerah, beliau nasehatin saya
terus dengan ditambah lagi beliau bilang mumpung mama papa masih ada umur,
masih sehat, dan mereka akan tetap sayang meski saya nanti sudah menikah. Huhu,
ini rada mellow sih dan bikin saya akhirnya memikirkan nasehat
mama.
Dipikir-pikir, meski mengaku masih ingin bebas waktu
itu saya juga sering ngerasa ada yang "kosong". Padahal ya
hari hari saya diisi dengan kerja, ikut komunitas ini itu, jalan sama
teman-teman, tapi sampai rumah rasanya hampa. Perasaan yang nggak ada tujuan
untuk pulang ke rumah itu ngapain selain tidur-tiduran.
Saya juga ngerasa tujuan hidup saya kurang jelas.
Misalnya saya pengen lanjut kuliah tapi nggak ada motivasi kuat untuk lulus.
Saya mau travelling sering sering tapi nyari teman yang cocok waktunya nggak
segampang itu.
Intinya tujuan hidup saya waktu itu masih samar-samar.
Gaji saya pun habis setiap bulannya tanpa ada tabungan
cuma untuk keperluan nggak penting kayak makan, jajan, nongkrong, beli baju,
dan barang barang nggak penting lainnya.
Kalau ketertarikan sama lawan jenis tentu ada, malah
ketertarikan yang kadang bikin menghayal "kalau aku nikah sama dia
jadinya gimana yaaa" wkwkw ini baru namanya jones. Fiuuh.
Akhirnya saya sadar, saya sebenarnya sudah ingin
menikah.
Masalahnya ada dua,
Pertama, apa saya sudah siap? Saya kan harusnya
menyiapkan diri untuk menjadi istri dan ibu yang baik.
Kedua, calonnya siapa woi? Lebih tepatnya, yang mau
nikahin saya siapaaaa? *teriak di toa masjid*
Saya mulai pelan pelan aja, dan nggak langsung bilang
ke ortu kalau saya sudah ada keinginan untuk nikah. Sebelum saya merasa bekal
saya cukup, dan ada calon yang bisa dikenalkan saya nggak mau bilang-bilang.
Jadi tiap ditanya keluarga tetap jawabnya masih belum siap.
Diam diam saya mulai suka baca buku, artikel, tentang
persiapan pernikahan, menjadi istri, mendidik anak, terutama dalam cara agama
Islam. Saya juga jadi sering mendengarkan ceramah dengan tema serupa.
Saya sukanya dengar ceramah dari ustad Khalid
Bassalamah di youtube ada banyak video beliau, search aja. Di mobil, di
rumah,saya putar berulang-ulang biar tambah yakin.
Dari ceramah beliau saya tahu makna dari ayat yang artinya perempuan
baik-baik akan dapat laki-laki yang baik pula (QS.AN-NUR:26). Sebelum menikah kita harus
memperbaiki diri untuk dapat pendamping yang baik.
Nah selain memperbaiki diri, bukan aib bagi perempuan
untuk mengajak menikah laki - laki yang baik menurutnya.
Jadi kesimpulannya tanya hati kamu dan jawab dengan
jujur "apa benar saya sudah ingin menikah"?
Kalau memang keinginan kamu saat ini fokus untuk
menyelesaikan study dan kamu sangup melaluinya
"sendiri" berarti nggak perlu baper saat sahabat kamu ngasih undangan
pernikahan.
Namun secara umum nih yaa, wanita mana yang nggak suka
perhatian khusus? Wanita mana yang nggak ingin punya lelaki spesial dalam
hidupnya untuk menemani dalam suka dan duka? Dari kecil aja kita sudah sering
main ibu-ibuan, menunjukkan secara naluri kita pasti ingin jadi ibu suatu hari
nanti.
Nah kalau kamu sudah jujur dengan diri sendiri dan
menemukan jawabannya, tinggal mempersiapkan diri agar datang orang yang tepat
diwaktu yang tepat pula.
Penting untuk kamu ketahui, mempersiapkan pernikahan
itu bukan cuma modal materi ya tapi mental dan pengetahuan. Jangan dikira
pernikahan itu isinya cuma cinta dan sayang-sayangan aja. Dalam pernikahan
tentu ada konflik, siapkah kita menyikapinya? Ibarat naik kapal, suami nahkoda
dan istri ABKnya. Ada masa laut tenang, ada masa ombak kencang datang dan
menghempas kapal, kalau ABK dan Nahkoda nggak bisa kerja sama dengan baik
bisa-bisa kapal tenggelam. Do you get the point? :)
Pokoknya menikah itu memang kudu siap luar dalam.
Karena kita nggak bisa memutuskan untuk pisah hanya karena ada beberapa hal
yang ternyata nggak sesuai ekspetasi kita saat sebelum menikah.
Get notifications from this blog