Tips Membahas Keuangan dengan Calon Suami/Istri
Bapak saya mantan kepala Kantor Urusan Agama (KUA), jadi dari kecil saya terbiasa melihat
tamu datang ke rumah kami untuk konsultasi dengan bapak saya baikkarena ingin menikah atau sebaliknya, ingin bercerai.
Mungkin saya
nggak tahu detail kasusnya waktu itu *anak kecil nggak boleh ikut campur*, tapi
sedikit banyak saya paham bahwa ternyata orang yang sudah menyatu dalam ikatan
suci pernikahan juga bisa bubaran alias pisah karena berbagai faktor salah
satunya faktor ekonomi.
Selain itu
saya ini juga petugas lapas, tempat dimana orang-orang yang melanggar hukum
diasingkan dari keluarga dan masyarakat. Nah mereka yang melanggar kasus hukum
itu kebanyakan juga faktor ekonomi. Kalau mereka banyak duit pasti nggak
bakalan nyuri, nipu, atau jual narkoba.
Pengecualian untuk koruptor ya, itu mah
rakus aja soalnya udah banyak duit masih juga korupsi 😤.
Berangkat
dari latar belakang tersebut ketika saya kenal dengan mas Agus dulu, ketika kami sepakat saling mengenal untuk menikah, masalah keuangan ini menjadi bahasan
utama.
Baca : Menemukan Teman Hidup
Baca : Menemukan Teman Hidup
“kalau dikatain cewek matre’ gimana? Belum nikah aja udah bahas duit, kan nggak enak”
Duh, bodo
amat deh dikatain matre’ daripada nanti setelah menikah malah sering berantem
gara-gara duit. Serius ya, sudah banyak contoh kasus wanita yang mengira calon
suaminya orang kaya ternyata setelah menikah itu semua masih nyicil dan
cicilannya ngehabisin semua penghasilan satu bulan. Lah terus mau makan pakai
apa coba? Ngutang lagi? Gali lobang tutup lobang terus?
Untuk Pria
juga harus lho bahas keuangan dengan calon istri jadi bisa menilai apakah si
dia bisa bertanggung jawab mengatur keuangan rumah tangga? Bisa mengira-ngira
juga apakah penghasilan bulanan cukup membiayai kebutuhan dan keinginan istri?
Gitu deh ah,
panjang banget mukadimahnya yak hihi maapin. Langsung aja nih tips membahas
keuangan dengan calon suami/istri :
1
“eh mau nanya deh, itu mobil kamu beli sendiri atau dikasih bapak kamu?"
“ Itu sepatu, celana, baju, merk apa?”
“ Jam tangan KW apa ori tuh?”
“ Kalau sempak sukanya beli di mall atau di pasar loak?”
Oh no... jangan ujug-ujug langsung tanya begitu yang ada dia ilfeel 🤢. Coba
buka dengan obrolan lain yang ringan-ringan kayak kabar keluarganya, kabar
kucingnya, kabar tetangganya, basa-basi dulu lah.
Setelahnya baru bilang begini “Maaf sebelumnya ya, kita kan kenal untuk
tujuan menikah. Aku pengen bahas keuangan sama kamu. Tahu kan, kalau rumah
tangga itu nggak Cuma soal cinta. Banyak contoh yang bubar hanya karena nggak
sepaham dalam urusan ekonomi. Jadi lebih baik kita bahas dari sekarang, supaya
setelah nikah kita sudah satu visi misi dalam menyelesaikan masalah terkait
keuangan”
((Visi misi udah kayak calon bupati aje))
Kalimat itu yang saya pakai ke mas Agus dulu, alhamdulillahnya dia
mengerti. Malahan dia bilang makasih saya mau inisiatif duluan ngomongin
masalah itu karena kalau dia orangnya nggak enakan. Nah, kalau sudah diutarakan selanjutnya apa
yang harus ditanyakan? Lanjut ke tips berikutnya.
Untuk saya pribadi, karena saya dan suami satu profesi jadi saya sudah
tahu besaran penghasilannya tapi untuk kamu yang berbeda profesi wajib tanya
berapa sih penghasilan dia perbulan? Kalau dia bukan karyawan yang punya gaji
bulanan alias wiraswasta atau freelancer, tanyakan berapa kisaran (dilihat dari bulan-bulan sebelumnya) penghasilan yang
diperolah dalam sebulan?
Terus tahu darimana kalau dia jujur tentang penghasilannya? Riset dong
ah. *cielah udah kayak ngerjain skripsi aje*. Maksudnya misal dia seorang karyawan
perusahaan swasta, bisa tanya teman yang juga kerja disana atau googling. Kalau
memang dia pengusaha, usahanya apa? Kamu juga bisa realistislah mengira-mengira
besaran penghasilannya. KKalau ada penghasilan tambahan yang mungkin sifatnya
persesi bukan bulanan, ini ditanyakan juga ya.
Nah ini penting banget, jangan sampai kita sudah senyum-senyum ketika
tahu penghasilan si calon dalam sebulan cukup besar, ternyata punya banyak
cicilan yang bikin pingsan pas lihat tagihannya tiap bulan😩.
Tujuannya setelah tahu besaran cicilan, kita bisa tahu apakah sisanya
cukup untuk kebutuhan keluarga selama sebulan.
Selain cicilan, tanggungan juga harus ditanya. Kalau saya dan Mas Agus
kami sama-sama anak bungsu, jadi nggak ada tanggungan adik yang perlu dibantu.
Orang tua saya masih produktif, orang tua mas Agus sudah tidak produktif. Jadi
tentu ada uang bulanan yang akan dikasih ke orang tua.
Kamu bisa tanya ya, apakah dia punya tanggungan yang dibiayai dari hasil
kerjanya? Walau punya adik tapi ternyata adiknya sudah mandiri ya berarti si
adik bukan termasuk tanggungan. Tapi bisa jadi sepupunya, ponakannya, dll.
Pokoknya kamu sebagai calon suami/istri harus tahu dan jangan sampai ketika
sudah menikah malah membuat suami/istri harus berhenti membantu anggota
keluarganya.
Kalau saya orangnya bisa tahan untuk nggak beli tas, sepatu, baju, atau
keperluan wanita lainnya sampai saya benar-benar butuh alias sudah rusak. Jadi
jarang banget tuh saya beli tas hanya karena suka warna atau modelnya.
Bisa
dibilang saya nggak hobi shopping yang begituan. Tapiiiiiiiiiiiiiii, saya punya
kelemahan terhadap makanan atau jajanan 🍔🍟🍰. Kalap. Setiap hari saya bisa jajan
walau di rumah sudah ada makanan.
Saya bilang hal tersebut ke mas Agus dan dia ternyata malah punya kebiasaan
yang sama. Ampun deh, jadi setelah nikah memang problem boros kami adalah
makanan. Misal budget makan sebulan yang sewajarnya hanya dua juta, bisa jadi
dua kali lipat karena hobi jajan. Sampai sekarang sih kami masih berusaha untuk
menahan nafsu makan (?) supaya bisa nabung tapi ya gitu deh😅.
Setiap orang kebiasaan berbelanjanya bisa beda-beda. Mungkin kamu nggak
suka jajan tapi selalu lapar mata kalau ngelihat tas lucu-lucu di etalase toko.
Ada juga yang mungkin jarang belanja tapi sekalinya belanja kudu barang bermerk
yang satu biji aja sampai puluhan juta.
Jadi khusus kebiasaan berbelanja ini komunikasikan dengan pasangan ya,
apakah dua-duanya mau mengurangi kebiasaan tersebut ketika sudah menikah nanti?
Contohnya adalah “mau tinggal dimana setelah menikah?” kalau di PIM
(Pondok Indah Mertua) berarti nggak perlu bayar uang sewa, mungkin hanya bantu
biaya makan dan listrik. Kalau harus ngontrak, mau kontrakan yang bagaimana dan
berapa budgetnya. Kalau mau beli rumah, apakah lunas atau KPR?
Detail banget yak? Iyalah Bikin rumah makan aja kudu serius apalagi
bangun rumah tangga #eaa
Terus untuk yang perempuan, tanyakan setelah menikah boleh bekerja atau
nggak? Kalau nggak boleh, cukupkah penghasilan suami untuk membiayai semua kebutuhan dan keinginan?
Apalagi kalau punya anak nanti.
Saya setelah menikah, dua bulan pertama masih tinggal di rumah orang tua. Bulan
berikutnya saya pindah ikut suami dan kami dapat rumah dinas. Lumayan nggak
bayar uang sewa tapi tetap bayar listrik dan air.
Karena saya tahu hal ini dari awal jadi suka duka selama di rumah dinas
sempit ini saya jalanin aja, sembari nabung untuk bikin rumah sendiri *doain
yaaaak* 🙏.
Nggak perlu tahu detail nominalnya, tapi tanyalah apakah punya tabungan?
Dan digunakan untuk apa? Apa untuk biaya pernikahan? DP rumah setelah menikah?
Honeymoon? DP kendaraan? Tabungan rencana punya anak?
Jangan kayak saya dan mas Agus, tabungan habis untuk acara pernikahan.
Jadi setelah menikah kami nggak punya tabungan sama sekali, haha kacau deh 😰.
Semoga tujuh
tips di atas membantu bagi kamu yang akan menikah, jangan sampai terbuai cinta
jadi mengabaikan kondisi keuangan calon pasangan. Khawatirnya setelah menikah,
baru tahu kondisi keuangan pasangan yang buruk dan membuat terjadinya perang
dunia lempar piring dan gelas *kan sayang piringnya*.
Dengan
mengetahui kondisi keuangan calon pasangan membuat kita bisa membayangkan akan
seperti gaya hidup kita nanti setelah menikah dengannya.
Apakah kita siap untuk
tidak bergaya mewah seperti ketika masih tinggal dengan orang tua? Apakah kita
siap untuk membantu suami mencukupi kebutuhan keluarga? Apakah kita siap menerima
keadaan suami kalau suatu hari nanti dia di-PHK? Siap mensupport suami yang
penghasilannya nggak tentu setiap bulan? Kalau memang kita nggak siap, nggak
ada salahnya jujur dan mundur. Kejam?
Lebih baik blak-blak-an di awal daripada nanti setelah berumah tangga yang ada
ribut mulu karena duit.
Saya pribadi
karena sudah bicara tentang keuangan dengan mas Agus sebelum menikah, membuat
saya bisa cepat beradaptasi ketika ada masalah keuangan di keluarga. Saya
berusaha untuk nggak meminta barang-barang di luar kemampuan suami, kalau pun
ada tetap saya utarakan ke suami tapi bukan maksa harus ada saat itu juga. Saya
juga kerja, jadi bisa usaha sendiri untuk memenuhi kebutuhan pribadi.
So, semoga tips ini bisa membantu untuk kalian yang akan segera menikah 💑. Belum ada jodohnya ? cari woi!!
eh, tapi saya juga bisa sih jadi mak comblang*.
*tarifnya pakai dollar 🤑
Get notifications from this blog
Belum ada jodohnya mbaaa :D tapi tips kucatet aja deh, siapa tahu besok-besok nemu jodoh 😂
ReplyDeleteNah masalahnya belum nemu jodonya Mba, kalo ada mah ada pastinya di siapin Allah. Cari woi! 😂
ReplyDeleteTapi tipsnya oke Mba, sambil dihayati lho aku bacanya haha
Walau bikin sungkan, menanyakan rencana calon setelah menikah terkait keuangan dapat mengukur visinya sampai mana ya mba... kalau memang Jodoh kita, ya kitanya harus mempersiapkan diri untuk menyesuaikan...
ReplyDeleteMemang lebih baik jelas diawal sih tapi nggak harus dalam bentuk bertanya biar nggak kelihatan matre walaupun penting banget nih. Ketika ngobrol biasa atau berinteraksi akan ketauan kok kira2nya. Misal dia kantor A, kita bisa kira2 kekuatan ekonominya walaupun tidak persis nominalnya. Susahnya memang betul seperti diatas tsb kalau kerjanya freelance. Ada yg freelance nggak ada kantor atau toko seperti online marketer atau developer tapi bisa punya rumah & mobil. Ada yg kelihatannya hadir terus di acara2 mentereng spt buzzer tp penghasilannya tidak pasti. Kalau sdh akrab dg keluarganya juga bisa kelihatan ketergantungan satu dg lainnya. Seperti waktu aku msh pacaran dulu dg suamiku, krn sdh kenal dg keluarganya, aku tau kalau mau berangkat ngapeli aku, dia dikasih uang saku sama bapaknya wkwkwkk, jadi kusimpulkan dia belum siap menikah krn secara ekonomi dia belum mandiri, harus menunggu bbrp kemudian.
ReplyDeletesampai saat menikah pun kalau ngomongin keuangan bisa menjadi hal yang sangat sensitif :D
ReplyDeleteSuami istri itu memang harus saling terbuka sejak awal
ReplyDeleteBiar gak kayak beli kucing dalam karung
Udah nikah trus nyesel karena gak sesuai ekspektasi
Tapi jadi cewek juga jangan ketinggian maunya demi gengsi. Makan tuh gengsi hehehehe
Kalau di skak tanya gitu pasti ilfil tuh..haha
ReplyDeleteApalagi sampe tanya-tanya sempak :D
Tapi ini bermanfaat nih, meskipun belum ada calonnya. Hatur nuhun, Teh..
Intinya komunikasi ya mbak.. dan satu sama lain mesti saling terbuka :) trims artikel nya mbak, masalah finansial itu memang agak sensitif tapi penting, hehe. salam kenal mbak :)
ReplyDeleteLengkap banget mbk artikelnya, penting banget hal-hal yang beginian dibahas sebelum menikah. Alhamdulillah sebelum saya menikah, perihal diatas sudah di introgasi semua dengan suami. haha
ReplyDeletejadinya pas setelah nikah, nggak shock lagi ngadapin permasalahan keuangan. hihi
Wahhh inspiratif sekali mbak, makasih mbak. Aku emang udah sering ngobrol sama calon suamiku mengenai keuangan, tapi kayaknya ada point yg terlewat yg belum kami bahas hehehe.
ReplyDeletewww.ursula-meta.com
Wah ini penting banget ya mbak, aku mau nikah tapi belum mulai bahas-bahas ginian karena takut canggung padahal krusial banget T_T
ReplyDeleteEntah kenapa saya gampang emosian ktika calon suami sllu memberikan uang kepada kakaknya yg sudah memiliki baby dan istri.
ReplyDeleteDan sering memberikan uang ke keponakan2nya,memberikan pulsa cuma2. Sedangkan dia ga pernah memberikan 1 pun barang untukku. Dan keuangannya selama ini aku yg pegang. Tp tetep saja dia suka diem2 transfer ke saudaranya.
Saya mikirnya nanti jika sudah menikah,persoalan ini yg akan menjadi masalah terbesar dalam rumah tanggaku kelak. Karena kakaknya udah dewasa dan terlalu perhitungan terhadap calon suami saya. Apa yg harus saya lakukan selanjutnya?
Entah kenapa saya gampang emosian ktika calon suami sllu memberikan uang kepada kakaknya yg sudah memiliki baby dan istri.
ReplyDeleteDan sering memberikan uang ke keponakan2nya,memberikan pulsa cuma2. Sedangkan dia ga pernah memberikan 1 pun barang untukku. Dan keuangannya selama ini aku yg pegang. Tp tetep saja dia suka diem2 transfer ke saudaranya.
Saya mikirnya nanti jika sudah menikah,persoalan ini yg akan menjadi masalah terbesar dalam rumah tanggaku kelak. Karena kakaknya udah dewasa dan terlalu perhitungan terhadap calon suami saya. Apa yg harus saya lakukan selanjutnya?
Poin 4 tuh aku banget. Ini yang salah, seharusnya suami paham kalau aku punya tanggungan adik 3 orang. Huhuhu... Suami ngga bisa merasakan, karena dia hanya Punya 1 adik, itupun masih dibiayai total oleh ortunya. Kebetulan ortu dia orang berada.
ReplyDeleteNah, di sini dilema nya kalau ngga dijelaskan sejak awal. hiks.. Mau bahas ini jadi canggung jadinya ke pak suami.
Pelan-pelan aja mbak, atau boleh juga kirim link artikel ini. Semoga nanti ada jalannya ya ^^
Delete