Mesin Waktu
"Kalau punya mesin waktu dan bisa balik ke masa lalu apa yang akan kamu lakukan?"
"Tapi mesin waktu kan nggak ada"
"yaa, seandainya ada?"
"Kenapa berandai sama sesuatu yang nggak nyata sih?"
"Berarti kamu nggak mau memperbaiki kesalahan di masa lalu?berandai aja kamu nggak mau"
Itu sedikit cuplikan percakapan saya dengan seorang teman. Alih-alih berdebat saya mengajaknya untuk berpikir. Nggak ada yang salah dengan imajinasi, namun kembali ke masa lalu untuk memperbaiki kesalahan atau merubah takdir, itu bukan hal yang bijak.
Saya percaya segala sesuatu yang sudah terjadi merupakan ketentuan dari Allah. Saya pun percaya bahwa takdir baik dan buruk bisa kita usahakan sesuai dengan sikap kita, sesuai dengan keputusan yang kita ambil saat itu. Baik buruknya takdir yang kita terima, itu sudah jadi bagian dari hidup kita yang kelak akan jadi cerita.
Lantas, kalau kita nggak punya sesuatu yang kita sesali di masa lalu bagaimana kita akan belajar menjadi manusia yang lebih baik di masa depan? kalau kita nggak pernah ceroboh mengambil keputusan, bagaimana kita belajar untuk berpikir matang sebelum mengambil keputusan untuk masa depan? kalau kita nggak pernah tersakiti di masa lalu, bagaimana cara kita menghargai orang-orang di sekitar kita agar hal yang sama nggak terjadi di masa depan?
Bisa aja ribuan tahun nanti, kalau teknologi semakin canggih mesin waktu itu ada.
Tapi bayangin bagaimana manusia menjadi semena-mena karena merasa bisa mengubah takdir.
Jadi daripada berharap Doraemon itu nyata dan berbaik hati meminjamkan mesin waktunya, lebih baik belajar dari kesalahan masa lalu dan berusaha nggak mengulanginya.
Sepakat?
Get notifications from this blog
Sepakat,, masa lalu cukup dijadikan pelajaran berharga saja,, perbaiki saja masa sekarang untuk masa depan..
ReplyDeleteSepakat pakai bangat.
ReplyDeletesepakat dong, pusing-pusing sama mesin waktu yang tidak ada lebih baik memperbaiki kesalahan masa lalu agar masa depan lebih baik lagi...
ReplyDelete