Idealis Tapi Realistis [book review]
Setiap ibu pasti ingin yang terbaik untuk anaknya, termasuk saya. Setelah punya anak pertama setahun lalu, saya semakin aktif mencari ilmu. Beruntung saya jadi seorang ibu di zaman dimana teknologi sudah semakin canggih. Mau cari informasi apa saja tinggal scroll-scroll and click. Salah satunya yang saya lakukan adalah bergabung di grup-grup ibu-ibu yang punya anak untuk berbagi ilmu seputar menyusui, MPASI, tumbuh kembang, dan sebagainya di media sosial.
Waktu itu saya berharap bisa dapat banyak ilmu dan bisa juga berbagi sedikit ilmu yang saya punya. Nah, suatu hari di grup tentang menyusui ada seorang ibu yang curhat kalau anaknya menyusu dengan cukup "ganas" sehingga kedua putingnya lecet dan berdarah. Dia cerita kalau sementara menunggu putingnya sembuh, dia memberikan ASIP lewat dot. Tapi dia takut kalau keterusan nanti anaknya malah bingung puting. Jadi dia minta pendapat di grup tersebut apa yang harus dia lakukan?
Saya langsung komentar menyarankan sebuah merk dot, karena anak saya pakai dot itu alhamdulillah nggak bingung puting. Sebelum saya beli dot itu saya cari testimoninya pun banyak yang bilang kalau anaknya pakai itu nggak bikin bingput. Jujur waktu itu saya cuma niat untuk membantu. Saya juga busui, tahu banget rasa sakitnya saat anak terlalu aktif menyusui sampai gigi-gigit.
Tapi tahu apa yang saya dapatkan ketika saya ikut berkomentar di grup tersebut?
Ramai-ramai ibu-ibu lain membully bahwa saya memberikan dampak yang buruk karena menyarankan dot. Malah saya disuruh tanggung jawab dan bayarin dokter kalau anak ibu itu sampai bingung puting karena mengikuti saran saya.
Sempat saya balas kalau saya juga tahu kok bahwa dot memang bisa beresiko bikin bingung puting. saya sudah nonton video-video dr.Tiwi di Youtube. Namun saya balik lagi ke keadaan dimana saya sudah mencoba memberikan ASIP ke anak saya pakai media lain selain dot, tapi justru dia susah minumnya. Sedangkan saya harus kerja, daripada saya kepikiran terus jadi saya belikan dot.
Alhamdulillah anaknya mau, nggak bingung puting karena memang saya kasih dot hanya sebatas saya kerja jam 08.00-15.00 WIB selebihnya ya direct breastfeeding.
Cuma tetap aja saya terpojok sama ibu-ibu itu, karena saya memberikan saran nggak sesuai dengan teori yang benar katanya.
Saya jarang nimbrung di grup, sekalinya saya ikut memberi saran dengan niat membantu malah dibully. Saya putuskan langsung keluar dari grup itu. Saya sempat galau berhari-hari. Saya berpikir apakah saya ini ibu yang jahat karena meninggalkan anak untuk bekerja dan akhirnya anak harus minum ASIP dari dot?
Untungnya suami saya support dan menghibur. Semenjak itu saya selektif lagi memilih grup, saya pilih dimana anggotanya tidak gampang memojokkan. Tapi dampak lainnya saya jadi nggak berani bersuara. Saya takut hal yang sama terulang. Bahkan saya dulunya sudah bikin draft blog + video untuk review dot yang nggak bikin Mukhlas bingung puting itu, tapi saya hapus karena takut disalahkan lagi.
Namun seiring berjalannya waktu saya coba untuk memahami bahwa kita boleh idealis tapi realistis. Artinya sebagai ibu memang kita wajib belajar teori-teori parenting, tapi dalam penerapannya ya sesuaikan dengan keadaan.
Contoh dari pengalaman saya, anak nggak mau minum ASIP pakai sendok atau gelas? ya belikan dot daripada nggak ada asupan yang masuk. Pengennya anak makan makanan dengan bahan organik? kalau lagi awal bulan saya belikan. Kalau lagi mepet uangnya, ya pakai bahan biasa. Pengennya anak makan selalu duduk? saya coba biasakan dan selalu sounding tapi kalau dia benar-benar lagi aktif berdiri dan berjalan ya sudah makannya sambil main.
Saya sadar bahwa awal-awal jadi ibu mungkin saya ingin terlihat sempurna. Saya ingin menerapkan teori yang baik dan benar dalam mendidik anak. Tapi pada kenyataannya hidup nggak semulus pipi Song hye kyo.
itu pipi apa gelas kaca, neng? mulus bener. |
Jadi ibu itu memang indah, tapi menjalankannya nggak selalu mudah.
Seringkali kita lihat ibu-ibu di Instagram terlihat sempurna, bikin MPASI rumahan dengan empat bintang, lima bintang udah kayak hotel. Anaknya kalau makan selalu duduk, anaknya nggak pernah nolak makanan, dan hal-hal lain yang bikin kita bergumam dalam hati "kok dia sempurna banget sih? nggak kayak kita yang pontang panting belajar masak, eh pas disuguhin anaknya melengos doang" sakit tapi nggak berdarah.
Padahal kalau mau berpikir lebih jauh, media sosial itu tidak menyajikan 24 jam kehidupan seseorang dengan sebenarnya. Siapa tahu yang dia pilih untuk diupload yang indah-indah doang. Misal di insta story yang cuma bisa durasi video 15 detik anaknya terlihat makan dengan lahap, kita nggak tahu kan di detik ke 16 anaknya lempar makanan? di detik ke 18 anaknya banting piring ke lantai? di detik ke 22 emaknya ngurut dada sambil mungutin makanan di lantai. *curcol buuuu?*
Makanya saya senang banget pas ketemu buku parenting yang kayaknya "ini mah gue banget, aah akhirnya ada yang samaan. I am not alone". Judul bukunya "Indahnya Susahnya Jadi Ibu". Buku ini ditulis dua mom blogger Indonesia. Mungkin juga sudah ada yang jadi pembaca setia blog mereka, yaitu mba Grace Melia dan mba Annisa Steviani.
Saya sendiri lebih akrab dengan tulisan-tulisan mba Gesi, karena saya suka postingannya yang apa adanya. Kita diajak kayak jadi temennya dia untuk dengarin kisah-kisah hidupnya meski kita belum pernah kenal sebelumnya. Makanya pas lihat di Instagramnya kalau dia bikin buku, saya sudah niat mau beli. Bela-belain deh order online karena disini nggak ada toko buku.
Kesan pertama pas bukunya sampe "covernya cute banget" dengan warna pinky girly. Dari covernya aja sudah bisa ditebak buku ini bukan buku serius yang bikin tegang bacanya. Bikin nggak sabar untuk baca.
Saya lahap habis bukunya cuma dalam sehari. Itupun karena emak-emak disela ngurus anak, kalau nggak mah dua jam harusnya juga bisa kelar. Kesan saya setelah baca? "Thankyou mba Gesi sudah nulis buku ini, hilang sudah rasa bersalah saya yang dulu karena insiden dot itu".
Baru kali ini saya temukan buku parenting yang buka-bukaan tentang gimana keadaan jadi ibu. Mulai dari fase kehamilan sampai memilih daycare anak. Cerita mereka tentu dekat dengan cerita kita, ibu-ibu lainnya yang berusaha terbaik untuk anak namun memang kita nggak bisa sempurna dengan latar belakang dan keadaan masing-masing.
Buku ini ditulis dua orang. Mba Gesi sebagai Stay at home mom, dan mba Anisa sebagai working mom, maka mereka memberikan sudut pandang masing-masing sehingga saling melengkapi.
Buku ini bagus banget untuk yang sudah punya anak, untuk yang baru hamil atau merencanakan kehamilan, untuk yang masih gadis juga bagus untuk menambah wawasan dan nggak kaget menghadapi kenyataan, wkwkw. Untuk yang nggak hobi membacapun, jangan khawatir karena buku ini ditulis dengan bahasa yang ringan dan gaul. Full ilustrasi sehingga nggak bakalan bikin cepat bosan.
Karena saya suka banget buku ini, maka saya mau bagikan dua buku ini untuk pembaca blog DudukPalingDepan. Syaratnya gampang, kok. Yang susah itu nebak anak mau makan apa hari ini.
❤️ Follow Instagram @dudukpalingdepan atau twitter @du2kpalingdepan (pilih salah satu)
❤️ Kasih komentar menarik yang berkaitan dengan postingan ini.
❤️ Jangan lupa Sertakan id IG atau Twitter, jadi bisa saya mention jika menang.
❤️ Berlangsung sampai tanggal 27 Juli 2018
❤️ Pengumuman 28 Juli 2018
CLOSED. PENGUMUMAN SUDAH DILAKUKAN DI INSTAGRAM STORY @DUDUKPALINGDEPAN.
Bagi yang belum menang jangan berkecil hati, tunggu Giveaway berikutnya ya.
Oh ya, yang belum menikah atau laki-lakipun boleh ikut postingan ini ya, siapa tahu mau dihadiahkan ke orang terdekatnya.
***
Pada akhirnya kita harus berdamai dengan diri sendiri bahwa nggak ada manusia yang sempurna. Kita nggak perlu membandingkan kehidupan kita dengan kehidupan orang lain kalau pada akhirnya hanya menimbukan iri hati, bukan motivasi. Kita nggak perlu menyalahkan ibu lain yang prinsip dan gaya parentingnya berbeda. Kita hanya perlu melakukan yang terbaik untuk anak kita, dan saling mendukung ibu lainnya dengan cara yang baik pula.
Salam,
Seorang ibu yang kalau mau bikin MPASI mesti contek resep dari #hashtag di IG.
Get notifications from this blog
Hallo Mbak,
ReplyDeleteSaya ikutan GA nya ya, sudah follow twitter : @du2kpalingdepan
Saya sudah menikah, belum punya anak. Tapi saya pernah tinggal di lingkungan yang membesarkan anak. Kadang melihat cara mereka memperlakukan anak, ada rasa gemes ingin berkomentar 'kok gitu sih?', 'kenapa gak gini?'
Mungkin karena emang hanya melihat saja tanpa terlibat, maka yang keluar hanyalah sifat idealis. Padahal kan ya memang harus realistis juga.
Membaca postingan ini jadi tambah pengen punya Buku "Indahnya Susahnya Jadi Ibu", setidaknya buat belajar jadi ibu yang tidak mudah merasa bersalah hanya karena tidak sejalan dengan ibu-ibu pada umumnya.
Terima kasih :)
@NSMia
Ini saya nyasar ke sini jadi baca urusan ibu-ibu :D
ReplyDeleteTapi terima kasih sudah share, setidaknya jadi tau sedikit tentang dunia ibu-ibu khususnya soal menyusui ini.
Salam
ikutan juga dooong Mbak..
ReplyDelete*soon follow twit dan IG nya, hp lagi dipake si Kakak niih :D
huaa Mbak, ttg insiden komen itu? duuh klo saya jadi Mbak pasti udah meleleh deehh, kalau gak sih marah dulu, dan pastinya memutuskan untuk keluar group juga daripada baper berkelanjutan, huhuhuh.
Bener banget tuh Mbak, kita boleh idealis tapi harus realistis juga.
gak semua juga yg di teori bisa dipraktekkan, gak semua keinginan kita bisa terlaksana mulus seperti jalan tol, eehh seperti kulit Mbak Korea itu :D
huaaaa, jadi pengen segera bisa baca buku duo Mama Blogger keren inii deh.. udah lama juga ikutin kisah mereka, ideem, belakangan saya mah lebih sering baca blog atau ikutin IG Mbak Gesi :D
*count me in yaaa Mbak, pleaseeee :D
samaan deehh kita, ternyata klo mau buat MPASI nyontek IG dulu, xixiixix
udah follow IG dan Twitnya yaa Mbak
Delete@diahalsa
Lucu amat ya penampilan bukunya mba, keren deh Gesi dan Nisa. Oh iya, tulisan realistis di judul typo say, reaslitis..
ReplyDeletePeluuuk mba.. Hehe
ReplyDeleteKadang mulut yang paling menyeramkan itu memang dari mulut sesama ya mba... Sama-sama ibu, tapi cepat menghakimi, padahal harusnya mah lebih bisa merasa empati.
Saya dulu juga terlalu mikiran pendapat orang, sampai stress sendiri. Dulu anak saya malah enggak menyusu langsung, tapi diperah dan dimasukin ke dot. Karena waktu lahir anak saya masuk NICU dan diawal kelahirannya enggak pernah kenal puting ibu karena pakai alat bantu napas.
Udah usaha mati-matian untuk relaktasi tapi gagal sampai akhirnya saya putuskan untuk tetap ksh ASI lewat dot. Tapi ya gitu, saya udh kenyang saat orang nanya, "Kok anaknya enggak disusui langsung?", "nanti cepet seret loh" dan bla bla bla lainnya. Sempat baper banget sampai akhirnya saya putusin untuk bersikap bodo amat, krn anak saya butuh ibu yang happy bukan ibu yg ngasuh dgn stress. Biar deh orang pada ngomong apa, kn kt yg tau apa yg terbaik untuk anak dan kt jg engga bs bahagiain semua orang. #lah kok saya jadi curhat panjang begini
Pokoknya tetaplah jadi ibu bahagia \(^,^)/
Salam
IG: @Cempaka_noviwijayanti
Bener banget mba, agree dgn idenya. Idealis okay, namun juga kudu realistis. Hidup tiap orang beda2. Tiap rumah tentu kondisinya jg berbeda. Apalagi tiap ibu bisa jd menfhdapi anak2 yg juga berbeda. Jadi tentubga bisa terpaku hanya pada satu teori, kefleksibelan mutlak diperlukan dalam hal2 tertentu.
ReplyDeleteBelajar menjadi diri sendiri. Belajar mengetahui apa yg diperlukan sibuah hati dengan tioenya yg mgkn beda dgn anak lainnya. Jd tidak asal comotvteori ini dan itu.
Hmm, saya ikut jugalah give awaynya. :D. By IG yah mba. Follow back me :)
Waahhhh
ReplyDeleteBagus banget bukunya
Baik secara konten maupun visual tampilan isinya
Errr, maybe nanti kalau udah punya orang terdekat aku kasih tau soal buku ini deh
Good luck buat yang ikutan yahh!
Mba aku ikutan yes done follow IGnya
ReplyDeleteIg aku :@hervayulyanti
Aku merasakan banget yg mb rasakan, dari anak pertama dulu aku sampai coba pake cup feeder, sendok tp hasilnya bnyk asip tumpah sedih banget ga sih klo ikutin teori ga bole pake dot padahal aku pumping penuh perjuangan banget dulu akhirnya krn anaknya jg rewel wes ah ku punya cara sendiri biarkan org bilanh apa krn yg tau kebutuhan anak ya aku sendiri akhirnya dipakein dot deh 😁 alhamdulilah ga ada drama kumbara asip tumpah.
jadi ibu emang susah klo mesti dengerin apa kata orang mba mendingan jd ibu dg gaya parenting sendiri yg kenal anak kita kan kita snediri hehhe
jd penasaran pgn baca buku ini secara kujuga suka baca tulisannya mba gesi
Aku sudah kenyang dengan teori haha. Sama seperti Mbak Enny, awalnya akupun idealis. Tapi pas di lapangan o oh, banyak sekali halang rintang wkwk. Bukan halang rintang sih maksudnya lebih ke keadaan yang ga bisa dipaksakan.
ReplyDeleteMau MPASI niatnya home made, eh gataunya harus instan karena rumah harus direnovasi. Mau ASI sampe 2 tahun nyatanya harus pake dot karena orang2 di sekitar kasian dg aku yg nyusuin dua bayi.
Baca review buku ini aku seneng banget karena memang aku ga sendirian. Jadi ibu ga melulu indah. Tapi juga susah. Karwna ada hal2 yg kita ga bisa prediksikan.
Aku berharap dg buku ini, aku bisa semakin mensyujmen profesiku sbg ibu. Bahwa jadi ibu itu tidak harus sempurna kok. Tapi yg terpenting adalah menjadi ibu yang baik bagi anak-anak kita :)
IG ku: @delinabooks
Waduh ada typo parah haha. Karwna itu karena. Itu mensyujmen maksudnya mensyukuri ya Mbak 🙈
DeleteSaya belum jadi ibu, tapi bergaulnya sama ibu-ibu, hehe.
ReplyDeleteCari ilmu-ilmu parenting sih penting banget, apalagi praktekkin ilmunya. Tapi namanya realita yaa tidak selamanya sesuai dgn ekspektasi. Saat itulah realistis lebih penting dr sekedar menjadi idealis. Saya sih percaya seorang ibu pasti tau yg terbaik utk anaknya. Meski ada aplikasi ilmu parenting yg "menyimpang" dr teorinya, selama baik utk anak kita, ada dukungan dr orang yg berpengalaman ya monggo dilakukan. Sing penting sang ibu jangan nyerah untuk cari ilmu, tanya sana sini sama buibu senior, juga tanya ke ahlinya, lalu konsisten menerapkan ilmu tsb. Kl mentok dan gak sesuai kondisi ya cari alternatifnya. Sing penting jangan patah semangat :)
Salam semangat dari calon ibu,
@ns_dessy
Buku yang menarik Untuk dapat tambah wawasan tentang bagaimana cara mendidik anak secara tegas, Meski terkadang setiap orang tua sudah punya pamungkas dalam hal mendidik sangat anak...😄😄
ReplyDeleteteori dan praktek memang tidaklah mudah, kita harus bisa menjadikan diri melakukan peran dan tugas yang sebaik baiknya. walau terkadang banyak hambatan yang menghalanginya. maju terus dalam mendidik anak dan jangan baper
ReplyDeleteAku ikutan yaa
ReplyDeleteIg : @ayanapunya
Twitter @ayanapunya
Aku juga pas awal lahiran ngotot ngasih asi ke anak pakai sendok sampai berantem sama suami. Akhirnya demi kewarasan aku nyerah pakai dot dan alhamdulillah anaknya nggak bingung puting malah umur setahun udah ogah pakai dot dia. Kalau menurutku ikut grup asi dan mpasi itu pas belum punya anak memang asyik dan bisa nambah ilmu. Cuma pas anaknya sudah lahir kita dihadapkan sama berbagai kenyataan yang tak sesuai teori. Puting datarlah, keluarga nggak mendukung, plus keharusan untuk menjaga kewarasan setelah jadi ibu. Bagi mereka yang bisa survive dan sukses menjalankan teori sih bagus tapi ya jangan juga dibully ibu yang akhirnya memilih realistis kan ya. Makanya aku sekarang juga berusaha menjudge ibu-ibu yang pilihannya beda sama aku. Btw annisast ini blogger favorit aku. Dia bahasannya ringan banget dan cocok sama aku. Artikel dia yang manajemen asip tanpa kejar tayang membantu banget kemarin buat aku pas masih jadi pumping mom.
Semangat ya mba cantik.. gausah dihiraukan apa kata emak2 yang kurang mengerti keadaan kita, karena setiap orang punya keadaan tersendiri yang mengharuskan tindakan yang tidak sama dengan yang lain alias kondisional.. yang penting kita niat baik demi anak ya.. dan realistis,, karena kadang orang bisa membully tapi tidak bisa mengaca diri.. semangat y mba
ReplyDeleteSaya mau berkomentar apa ya, bingung juga. Karena saya lelaki dan belum menikah. Mau memberi komentar tukut salah dan akhirnya kena buly deh. Nanti dikira sok tahu hehehe
ReplyDeleteMakanya saya tidak mau ikut-iktuan grup WA, karena mereka-mereka pada dasarnya sudah pintar-pintar.
Ya itu saja komentar saya, semoga saya jadi pemenangnya.
aku udah ngepoin buku ini sejak kapan hari, pingin banget punya tapi di tempat ku sama, gak ada toko buku :( peluk mb eni, aku yang baru sebulan jadi ibu aja udah pernah jadi korban mom-shaming macem itu, sampai akhirnya aku yg sebelum jadi ibu rajin banget join grup WA sana sini seputar parenting,ASI/MPASI dan tumbuh kembang anak akhirnya undur diri dari beberapa grup WA satu persatu. Rasanya di jaman sosmed kayak gini menjalani peran sebagai ibu jadi hal yang complicated, disatu sisi kita terbantu dengan informasi yg terbuka luas, mau cari resep MPASI tinggal buka hashtag di ig, mau cari apapun tinggal browsing, tapi disisi lain impact nya kita seringkali gak bisa nahan diri untuk gak nge-judge orang yg punya parenting style yang berbeda, karna keterbukaan informasi di era sosmed gini juga ngebikin style parenting tiap-tiap orang yg dulunya merupakan hal yg privasi banget sekarang jadi sangat terlihat, ya itu dampak buruknya bakalan jadi pressure yg ga jarang bikin kita depresi kalo kita ga kuat sama komentar orang2. Aku di minggu2 pertama jadi ibu bahkan sempat baby blues, bukan karna bayi nya rewel, bukan karna ASI gak keluar tapi karna aku ngerasa gak bisa jadi ibu yg baik karna sering banget diprotes oleh ibu lain dalam beberapa hal , misal soal pemakaian bedong, sarung tangan endebre endebre. Sampe aku bikin postingan khusus di insta story untuk klarifikasi soal hal2 yg diprotes sama mereka itu, dan at the end baru tersadar "lha ngapain gue cape-cape klarifikasi ke orang2 soal style parenting gue sendiri ya? ini anak, ya anak gw, keluarga gw, dia mau komen apa juga ga ngaruh. Lucinta luna yang dianggep sebagian orang perusak moral bangsa aja cuek, ga rempong klarifikasi" hmm begitu deh, sampe akhirnya aku memutuskan me-relase semua itu, berdamai dengan komentar orang2 dan mencoba percaya sama diri dan insting sendiri. Trust your body, trust your baby.. let your baby lead the parenting...
ReplyDeleteinstagram : @rizkaedmanda
Assalamualaikum Warrohmatullohi Wabarokatuh
ReplyDeleteMbaak, ini sepertinya Allah mentakdirkan aku sampai ke akunnya mbak Enny yaa karena kmarin2 aku udah follow mbak annisast dan kepengen punya bukunya yg sering dia share, baguus. Pengeen tp namanya mak2 punya prioritas lain kebutuhan hidup anak2nya jd Alhamdulillah banget kalau bisa dapet gratis dr mbak hehee. Smoga takdir Allah jg yaa hihi bisa menang GAnya.
Memang yaa sudah terlalu banyak teori2 parenting berseliweran di medsos, ini harus begini, itu ga boleh begitu, sampe pusing sendiri krn kok susaah mau diterapin ke anak sendiri. Kayak kisah mbak, awalnya aku pengen idealis, anak ga boleh dikasih dot, pakek sendok atau cup feeder aja, tp yg ada itu asip bekelecer kmana2, anak jd dikit minum susu klo mamanya kerja. Yah akhirnya dikasih dot, Alhamdulillah skrg bisa dr dua sumber direct sm botol. Anak sehat ibu senang orang rumah ga susah haha. Memang smua liat kondisi ya mbak, krn smua anak pun beda2, ga semua teori bisa diterapin dgn mudah.
Kayak quotes yg lumayan jd motivasi aku, "rest easy, real mothers. The very fact that you worry about being a good mom means that you already are one." Yes, we are already good moms.
Jd ga stress harus 100% benar. Cukup brusaha yg terbaik aja. Hihii
Smangat yaa kita mbaak
Ig @meinynastridha
Sudah done follow ig nya mbak
Ohya ig aku private harus di unlock kah atau ga apa?
Dan komennya bener disini kan ya?
(takut salah krn pengen bener dapetin GA bukunya )
Salam mba.
ReplyDeleteBaca cerita kamu dalem hati bilang "gue banget". Ya,kita sama sebagai ibu yang newbie setiap yang terjadi sama anak langsung googling. Aku juga gabung di grup medsos ibu-ibu senasib sepenanggungan dari jaman masih hamil dulu. Aku setuju banget sama mba. Penting banget sih buat kita cari informasi dari keduanya. Saat kita baca artikel sana sini ada teori ini itu kita pasti pengen terapin juga untuk anak kita, secara idealis yaa karena ingin yang terbaik untuk anak kita. Tapi di satu sisi kita harus realistis. Alhamdulillah aku gabung di grup 'emak-emak' yang terbuka banget,menghargai setiap pendapat, saling kasih masukan,malah kadang ada yang curhat tentang kehidupan rumahtangganya. Dari pengalaman-pengalaman ibu-ibu senasib sepenanggungan itu aku jadi merasa ga sendirian menjalani kehidupan sebagai ibu 'newbie'. Jadi semakin realistis bahwa setiap ibu pasti ingin sempurna, tapi keadaan yang tak sejalan #tsah. Contohnya aku pengen banget lahiran normal,cari info sanasini pada akhirnya aku harus menyerah dengan cara operasi SC. Tapi di sisi lain aku bersyukur banget aku bisa kasih ASI ke anak ku dari awal dia lahir. Sementara banyak ibu-ibu lain bisa lahiran normal tapi ASInya tidak keluar atau anaknya ga mau direct breastfeeding.
Akhirnya kita akan menyadari seperti kata-kata mba "pada akhirnya kita harus berdamai dengan diri sendiri bahwa nggak ada manusia yang sempurna" jadi bisa selalu mensyukuri & menikmati setiap detik jadi seorang ibu.
Salam,
IG: @faufauziaa
Saya ibu yang melahirkan 3 anak, semua natural, semua room in, semua ASI sampai 2 tahun, MPASI homemade sampai 18 bulan, lalu lanjut fresh milk. Apakah karena saya idealis? apakah saya tidak realistis? Yang jelas alhamdulillah semuanya karena saya diberi banyak kemudahan. Plus karena saya gak pernah ikutan grup maupun milis ibu2, yang mainstream sekalipun :)
ReplyDeleteSebenarnya jadi ibu jaman sekarang itu enak, dibandignkan aku dulu karena bisa dengan mudah berkomunikasi dengan sesamanya untuk berbagi suka duka. Tapi banyak yang tidak mesyukuri keuntungan itu dan malah menjadikannya sebagai ladang pembullyan. Banyak yang tidak mau mengakui bahwa keadaan tiap ibu itu berbeda dan menjadikan kesempurnaan dirinya sebagai ukuran. Pertemanan terbatas seperti Icha & Gessi seringkali lebih kondusif & produktif karena saling menerima kekurangan masing2.
ReplyDeleteAssalamu'alaikum Mba.. saya Amel, punya 1 anak boy 2 yo.. IG: @nurameliasari89
ReplyDeleteSaya sudah ngincer buku Kak Icha dan Mba Gesi, tapi ya itu, di kota saya ga ada toko buku, dan karena banyak pengeluaran, keinginan untuk beli online buku ini harus ditangguhkan.. T.T Jadi saya ikutan giveaway ini ya Mba.. oy, saya sudah follow IG nya mba.. :)
Sama banget mba, perasaan sebagai ibu yang gagal atau mungkin jahat, pernah juga hinggap di hati saya. Padahal saya IRT biasa. Namun tetap banyak keterbatasan dalam mengasuh anak saya.
Anak saya BB ny kurang dari kurva hijau Mba.. masih normal sih, tapi mefet banget. Kalau orang liat anak saya,"Kok kurus? Padahal pas bayinya gemuk.." saya merasa mereka menyalahkan saya. Dari pihak keluarga bahkan ada yang terang-terangan menyebut saya kurang telaten nyuapin anak.. hhh..
Karena dapat komentar seperti itu, saya berkali-kali tanya ke suami, apakah saya gagal sebagai ibu. Alhamdulillah suami selalu mendukung saya,"Ayah yang paling tahu apa sudah Bunda lakukan untuk Iyas (anak kami), dan Ayah yang akan berada paling depan membela Bunda.." huaaaaa....
(Tapi sayangnya komentar-komentar itu datang kalau suami saya tidak ada..)
Saya berharap banget bisa dapat buku ini. Sepertinya sejak menjadi seorang Ibu, saya selalu merasa rendah diri. Sudah badan tidak terurus, rumah berantakan, anaknya kurus pula..
Semoga dengan membaca buku ini, saya mendapatkan kepercayaan diri saya kembali..
Terimakasih Mba.. :)
1. bookmark
ReplyDelete2. nanti saya datang lagi
sebagai pria, saya seperti salah masuk gerbong kereta yang isinya perempuan semua nih.. LOL
but, my wife is pregnant right know
idk, tapi saya juga mau bukunya.. :D
Sayapun belajar bahkwa menjadi orang tua tidaklah mudah, karena kadang meskipun kasus satu balita dengan kejadian sama belum tentu buisa diatasi oleh saran bunda A karena kasus yang serupa, malah bisa jadi saran dari bunda B bisa dijadikan solusi, memang susah ya bund, tapi emang jadi bunda menyenangkan karena madrasah pertama putra putri kita ada dirtangan bunda sekalian. Meskipun saya belum menikah dan belum punya anak tapi saya selalu memberikan apresiasi kepada semua bunda karena saya sudah merasakan susahnya perjuangan ibu saya. Saya kemaren klebetulan habis dicurhati teman saya yang anaknya nakal katanya, dan nggak sengaja lihat postingan ini, jika saya menang buku itu akan saya kasihkkan ke teman saya semoga bermanfaat, dan bisa belajar dari bunda lain. terima kasih salam sayang untuk bunda semuanya
ReplyDeleteIG: @wennypangestuti
ReplyDeleteSaya baru 1 bulan ini melahirkan putra pertama. Sebagai ibu baru, banyak hal yg belum saya pahami dan perlu banyak belajar belajar dan belajar terkait pengasuhan anak (parenting).
Terkait parenting memang kita mesti bijaksana. Tak jarang banyaknya ilmu dari berbagai sumber membuat ibu baru seperti saya bingung mau menerapkan yang mana, bagaimana, dan dimulai dari mana. Seringkali pula kisah2 pengalaman dari para ibu yang lain menjadi perbandingan satu sama lain. Untuk itu, perlu kebijaksanaan kita menyikapinya dengan tenang dan benar. Kita pahami keadaan kita, apa masalahnya, dan solusi mana yg tepat untuk kita terapkan. Butuh proses dan perjuangan untuk itu.
Adanya giveaway ini dengan hadiah buku berkaitan parenting tentu menjadi 'angin segar' bagi saya untuk menambah wawasan. Semakin banyak belajar, semakin banyak ilmu, semakin paham, insya Allah dipermudah untuk menjadi ibu yg baik bagi anak2 saya. Aamiin.
Saya belum menjadi ibu, tapi tertarik banget sama dunia parenting. Mungkin karena banyak berhubungan dengan wanita di sepanjang siklusnya dan bayi hingga remaja, jadi ya agak menjiwai sedikit hehe.. Banyak banget ketemu sama ibu-ibu yang curhat masalah anaknya, secara teori sih udah paham tapi kalau secara praktiknya saya angkat tangan. Jadi baca buku macam begini, setidaknya saya bisa ngasi pendapat soal harapan vs realita masalah mereka.
ReplyDeleteFYI, saya nggak suka buku yang terlalu kaku. Buku ini eye catching banget, banyak ilustrasi lucu. Bakal betah banget bacanya :)
Twitter @rinicipta
Wah, sama Mba saya juga suka dengan gaya tulisan Mba Gesi dan Mba Anisast.
ReplyDeleteSudah follow ig mba juga ya, ig saya @ernawatililys
Jadi saya sekarang ibu 3 anak, bukan berarti sudah pengalaman dan sempurna. Tetapi ada saja trial error dalam mengurus anak. Karena bagi seorang ibu nggak ada ijazah Mumtaz atau lulus wisuda, setiap anak lahir maka ia akan belajar terus tentang anak yang dibersamai tumbuh kembangnya, anak itu berbeda, tidak sama dan bukan untuk disama-samakan apalagi dibanding-bandingkan. Kayak anak pertama saya juga kena dot, dibully lah. Bikin trauma emaknya akhirnya anak kedua dan ketiga nggak mau diberikan dot lagi. Padahal kondisinya pasti tidak mudah bagi ibu selalu langsung berikan ASI. Ketika anak pertama di rawat, waktu itu baru lahiran anak kedua, mau nggak mau baby ditinggal dahulu dan kena dot. Setelah pindah ruangan VVIP, baru bayi ikut nginap di rumah sakit. Nggak mudah ternyata jadi emak, banyak hal-hal di luar dugaan terjadi, termasuk anak sakit dan harus dirawat, rasanya emak nya ingin belah diri jadi amuba, jagain di rumah sakit dan jagain baby di rumah juga, walau itu ternyata nggak mungkin :)
Halo mbaa Enny saya mau ikutan GAnya Dan sudah follow IG @dudukpalingdepan dengan id @evrisya
ReplyDeleteSaya suka nih sama tulisannya mba Enny, beneran realistis. Memang ya mba kalau mau jadi ibu dan masih jadi ibu baru masih idealis. Ekspektasi tinggi karena kebanyakan melihat parenting yang perfect atau entah itu pencitraan atau bukan ya. Saya ibu dari anak 2,5 tahun. Dari bayi Usia 2 hari dia sudah minum pakai dot. Bukan tanpa alasan, memang karena bentuk fisiologis puting yang kurang memadai. Namun, tetap saya mencoba direct breastfeeding. Pada kenyataannya dia nggak bingung puting. Idelis saya yang lebih kentara adalah penggunaan diaper,yang sesuai teori katanya anak sudah bisa toilet training mulai usia 1,5 tahun. Pengennya ya gitu, tapi apa daya anak saya mengalami speech delay yang buat dia kesulitasn mengutarakan keinginan. Dengan ditambah lagi komentar, bisa lah seharusnya walau pun telat ngomong lepas popok. Saya yang mengalami, orang lain yang mengomentari. Mau ngomong pipis gimana lha ngomong yang lain aja kesulitan. Begitulah kehidupan parenting mba Enny. Idealis saya yang lain adalah saat bayi mulai diberi mpasi saya berkomitmen untuk memberi makanan dengan tekstur yang semakin naik sesuai buku mpasi yang saya baca. Untungnya si bayi bisa naik tekstur per 3 bulan sampai bisa makan nasi diusia 1 tahun. Sedikit memaksa karena terlalu idealis. Akan tetapi, untuk yang mau mpasi please jangan terlalu memaksa teori untuk diterapkan pada anak. Sebab buat anak mau makan itu kebahagiaan. Tidak harus menu full protein diusia 6 bulan kalau tidak yakin dengan kondisi anak. Menggenalkan menu tunggal tidak akan membuat anak kurang gizi jika beragam. Pola asuh idealis lain adalah tidak berbicara"jangan" pada anak. Please tidak semua keadaan bisa diganti menggunakan pengganti kata "jangan". Itu tidaklah mudah. Terlalu idealis, haruslah sesuai realistis. Jika terdesak pasti kita akan memilih diksi "jangan" untuk melarang anak. Pada penerapannya itu sangatlan nggak mudah, demikian Juga pada saya.Mari sama-sama semangat dan nggak perlu terbawa arus untuk nyinyir dengan pola asuh orang tua lain. Semua pola asuh tanggung jawab pribadi, tidak ada benar salah. Tujuan sama-sama memberikan yang terbaik untuk anak. Bukan begitu mba Enny. Salam hangat..��
Halo mbaa Enny saya mau ikutan GAnya Dan sudah follow IG @dudukpalingdepan dengan id @evrisya
ReplyDeleteSaya suka nih sama tulisannya mba Enny, beneran realistis. Memang ya mba kalau mau jadi ibu dan masih jadi ibu baru masih idealis. Ekspektasi tinggi karena kebanyakan melihat parenting yang perfect atau entah itu pencitraan atau bukan ya. Saya ibu dari anak 2,5 tahun. Dari bayi Usia 2 hari dia sudah minum pakai dot. Bukan tanpa alasan, memang karena bentuk fisiologis puting yang kurang memadai. Namun, tetap saya mencoba direct breastfeeding. Pada kenyataannya dia nggak bingung puting. Idelis saya yang lebih kentara adalah penggunaan diaper,yang sesuai teori katanya anak sudah bisa toilet training mulai usia 1,5 tahun. Pengennya ya gitu, tapi apa daya anak saya mengalami speech delay yang buat dia kesulitasn mengutarakan keinginan. Dengan ditambah lagi komentar, bisa lah seharusnya walau pun telat ngomong lepas popok. Saya yang mengalami, orang lain yang mengomentari. Mau ngomong pipis gimana lha ngomong yang lain aja kesulitan. Begitulah kehidupan parenting mba Enny. Idealis saya yang lain adalah saat bayi mulai diberi mpasi saya berkomitmen untuk memberi makanan dengan tekstur yang semakin naik sesuai buku mpasi yang saya baca. Untungnya si bayi bisa naik tekstur per 3 bulan sampai bisa makan nasi diusia 1 tahun. Sedikit memaksa karena terlalu idealis. Akan tetapi, untuk yang mau mpasi please jangan terlalu memaksa teori untuk diterapkan pada anak. Sebab buat anak mau makan itu kebahagiaan. Tidak harus menu full protein diusia 6 bulan kalau tidak yakin dengan kondisi anak. Menggenalkan menu tunggal tidak akan membuat anak kurang gizi jika beragam. Pola asuh idealis lain adalah tidak berbicara"jangan" pada anak. Please tidak semua keadaan bisa diganti menggunakan pengganti kata "jangan". Itu tidaklah mudah. Terlalu idealis, haruslah sesuai realistis. Jika terdesak pasti kita akan memilih diksi "jangan" untuk melarang anak. Pada penerapannya itu sangatlan nggak mudah, demikian Juga pada saya.Mari sama-sama semangat dan nggak perlu terbawa arus untuk nyinyir dengan pola asuh orang tua lain. Semua pola asuh tanggung jawab pribadi, tidak ada benar salah. Tujuan sama-sama memberikan yang terbaik untuk anak. Bukan begitu mba Enny. Salam hangat..😊
OhmyGod.
ReplyDeletePengalamanmu mirip denganku mba. Pasca lahiran pertengahan tahun 2016 silam, 3 minggu kemudian aku kena cacar air dong. CACAR AIR.
Karena kondisi tersebut, aku terpaksa dipisah sementara sampai virus cacarnya hilang dari tubuh. Si bayi dibawa Mamaku kerumahnya dan aku tetap dirumahku.
Aku, yang keras kepala ini pun saat awal baru melahirkan memutuskan memberikan ASI apapun yang terjadi. Jadi pas cacar itu, aku mati matian pompa tiap dua jam sekali (mengikuti metode para Eping Mom). Dan hasilnya, 2 hari berturut turut panas tubuhku menyentuh angka 40 dercel. Kepala semakin pusing, badan semakin ringsek. Melihat kondisiku, suami menyarankan memberi sufor untuk bayi, tapi kutolak dan malah memarahinya. Tapi dihari berikutnya tubuhku makin ga karuan. Ga istirahat, panas makin tinggi, plus rindu anak karena ga bisa ketemu dan gendong.
Dengan berat hati, kuputuskan untuk menambah sufor sebagai 'tambalan' jika asi yang kupompa tak mencukupi. Awalnya aku merasa bersalah karena sudah memutuskan memberi sufor, tapi kemudian suamiku memberi pengertian bahwa menjadi ibu bukan perkara sesar atau normal, asi atau sufor, MPASI homemade atau instan. Tapi pada perjuangan memberikan yang terbaik untuk anak.
Beruntungnya, aku menemukan grup yang tidak memojokkan hasil keputusan masing-masing anggota. Selama si Ibu tetap menjadi ibu yang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya akan kami dukung.
Jadi ibu itu memang sulit dan tidak mudah. Tapi, butuh penyesuain.untuk setiap kondisi ibu dan anak. Karena teori yang ada, tidak selalau bisa diaplikasikan pada setiap keluarga dan kelahiran. Karena anak lebih membutuhkan ibu yang bahagia. Hehehe.
Happy parenting to all of us,
Salam @denyuliansari
Halo mba..mau ikutan nimbrung yah..
ReplyDelete2tahun yang lalu pas masih awal awal menjadi ibu baru,sempet kebingungan dengan semua ke-idealisme-an seorang newbie Mom gitu..seperti anak gak boleh pake dot,harus pake soft cup feeder,MPAsi harus yang organik dan 4bintang,kalau makan harus sambil duduk,mainan harus yang BPA free aman untuk bayi yang harganya lumayan,baju harus yang merk A dan B supaya nyaman ke bayi,dan endebre endebre lainnya,, Kebanyakan liat Ig selebgrammom yang notabene orkay semua..haha sedangkan kita ini golongan #sobatqismin..hahaaa pusing dong pasti..ditengah kebutuhan rumah tangga lainnya yang semakin menghimpit dan bikin kita menjerit.
Gak sengaja,aku baca blognya annisast tentang "kenapa harus daycare" dan itu langsung ngena banget di aku .langsung aku bacain semua blogpostnya,follow sosmednya,,terus merembet ke gracemelia,haloterong,sama windiland..karena mereka ikrib dan temenan..
Further as,aku menemukan kesamaan diantara mereka yaitu mereka adalah open minded Mom..gak baperan..gak gampang ngejudge orang..dan apa yang mereka tulis itu nyata adanya..sangat masuk akal..
Dari situ aku mulai merubah pola pikirku..mulai mengurangi perfeksionisme dalam mengurus anak. Semua nya disesuaikan dengan kantong,asal tetap nyaman buat anak..stay positif and spread love to other Mom..gak nyinyir ke ibu lain,,dan lain sebagainya..mereka sangat inspiring sekali..
Buku ini udah jadi inceran banget..karena isinya sangat sangat nyata dan realistis logis..gak ngejudge satu sama lain, nggak bikin jadi perfeksionis mother of the world..tapi bikin ibu jadi manusia sebenernya yang boleh ngeluh,boleh salah,boleh lain sebagainya..
Quote of the day : pada dasarnya setiap ibu diciptakan dengan tantangan mengurus anaknya masing masing,,,oyee..
Eh ketinggalan ig saya : 9dyady
ReplyDeleteSiapa tau keberuntungan saya pagi ini..yang lagi pusing mau interview buat kerja tapi bingung anaknya mau titip ke siapa.. Hahahaa maap malah tjurhad..
hahahaha pipi Song Hye Kyo tergelitik sekali dengernya loh... aku udah punya buku ini emang daebakkkk lah, buku parenting terjujur dan ter apa adanya... btw tampilan blog nya ciamik loh skrg <3
ReplyDeleteKalau Masalah ini saya numpang nyimak Mbak, mudah2an bermanfaat, heheh... :)
ReplyDeleteYaaaa udah closed yaa GA nya? Ditunggu GA berikutnya ya mba... semangat breastfeeding!
ReplyDeleteYa ampun mbaaaa, sini saya pukpuk-in hahaha *opsss..
ReplyDeleteJadi kepo itu grup apaan yak? isinya buas-buas amat :D
Saya sudah kenyang nih di bully banyak orang, bukan cuman emak-emak, epak-epak juga.
Saran saya satu, kalau dibully di medsos, cukup lakukan 1 hal.
CUEK IS DA BEST hahaha.
Gak usah dibaca lagi komen-komen yang nyakitin hati itu :D