6 Tips Untuk Meminimalisir Konflik Keuangan Dengan Pasangan
source : shutterstock |
Kalau teman-teman follow instagram saya @dudukpalingdepan mungkin sudah pernah membaca bahasan yang pernah saya bagikan di IG Story. Namun karena IG story spacenya terbatas, ada yang menyarankan untuk ditulis juga di blog.
Alasan saya mengangkat topik ini, karena memang membahas keuangan itu termasuk hal yang masih sensitif. Uang memang bisa membuat orang bahagia, tapi sebaliknya juga bisa membuat orang menderita.
Membahas keuangan dengan pasangan, khususnya pasangan suami istri juga mengingatkan dengan masa kecil saya. Jadi, papa saya itu pernah menjabat sebagai Kepala KUA (Kantor Urusan Agama). Sehingga hampir setiap hari ada tamu ke rumah kami, untuk konsultasi pernikahan atau perceraian.
Meski waktu itu saya belum paham sepenuhnya, setidaknya saya jadi tahu bahwa dua insan yang sudah disatukan dalam ikatan pernikahan juga bisa dipisahkan dengan perceraian.
Makin besar saya makin tahu bahwa salah satu penyebab konflik rumah tangga adalah masalah ekonomi. Apalagi ketika saya sekarang sudah berumah tangga, saya akui bahwa unsur ekonomi memang sangat penting dalam keharmonisan rumah tangga.
Pernah waktu hamil saya nangis karena tabungan masih sedikit, takut nggak bisa beliin perlengkapan untuk anak. Parah banget sih waktu itu juga ilmu finansial belum banyak. Tapi meski begitu masuk tahun keempat pernikahan saya dan suami belum pernah bertengkar hanya karena masalah uang. Selisih paham ada, tapi nggak pernah jadi prahara banget gitu.
Itu karena dari sebelum menikah saya sudah membahas keuangan dengan calon suami, pernah juga ditulis di blog ini. Setelah menikahpun, saya bahas lagi, bahas terus malah. Saya berusaha banget bahwa masalah uang nggak boleh jadi pemicu pertengkaran dalam rumah tangga.
Hal yang perlu diperhatikan sebelum membahas topik keuangan dengan pasangan, pastikan pasangan dalam kondisi baik. Nggak lagi capek atau banyak pikiran. Bisa juga ajak ngeteh dulu sambil makan camilan, atau ngobrolnya di cafe/resto. Kalau suami istri bisa juga ngomonginnya after sex :D.
Hal yang perlu diperhatikan sebelum membahas topik keuangan dengan pasangan, pastikan pasangan dalam kondisi baik. Nggak lagi capek atau banyak pikiran. Bisa juga ajak ngeteh dulu sambil makan camilan, atau ngobrolnya di cafe/resto. Kalau suami istri bisa juga ngomonginnya after sex :D.
Panjang amat ya ceu mukadimahnya. Lanjut yuk poin-poin pembahasan keuangan apa saja yang perlu dibahas bareng pasangan.
source : Unsplash |
1. Miliki Catatan Pengeluaran
Ketika suami menanyakan berapa sisa uang kami, dan saya jawab sekian angka, lalu dia reaksinya kaget karena merasa harusnya lebih banyak maka saya akan segera mengeluarkan jurus andalan. Yaitu, memperlihatkan CATATAN PENGELUARAN.
Ya, saya terbiasa menulis catatan pengeluaran. Minimal di note smartphone, kalau lagi rajin di Excel. Tapi baru-baru ini saya download Excel di hp jadi mindahin ke PC lebih gampang.
Dengan adanya senjata ini, pasangan nggak bisa langsung menuduh bahwa kita boros. Karena bisa jadi ada pengeluaran besar memang yang dia sendiri lupa. Contoh : Amplop ekstra pada musim kondangan, reparasi kulkas, iuran kantor, dll.
Bisa juga catatan ini menjadi evaluasi jika memang ada pos-pos yang boros sehingga berdua pasangan kita bisa memilih bagian mana yang harus dipangkas atau dihemat. Perlu diingat, jangan hanya meminta pasangan berhemat tapi keduanya HARUS SAMA-SAMA MAU berhemat. Jadi adil, bukan?
2. Tentukan Siapa yang Memegang Uang
Kalau ini sebenarnya tergantung kesepakatan bersama. Boleh istri yang full megang, atau sebaliknya suami yang pegang. Bisa juga dibagi dua. Saya malah pernah mencoba ketiganya. Karena waktu itu sempat pusing sendiri ngatur keuangan, jadi nyuruh suami deh yang megang dan ngatur, siapa tahu bisa jadi lebih hemat.
Eh ternyata malah lebih boros, wkwkwk. Kita coba bagi dua, malah nggak jelas pengeluarannya kemana aja karena suami tipe yang nggak suka catat pengeluaran. Akhirnya balik lagi ke saya sampai sekarang.
Intinya sih pilih yang paling teliti diantara kalian jadi uangnya jelas larinya kemana. Suami tetap berikan uang pegangan, atau dia bisa minta kapapun perlu.
3. Terbuka Soal Pinjam-Meminjam Uang
Teman suami: "Eh, bisa pinjam uang dulu nggak? Sejumlah XXXX. Bulan depan gue balikin?"
Suami: "Gue tanya bini gue dulu ya"
Kira-kita begitulah percakapan suami dan temannya. Terserah sih temannya itu mau menilai suami saya tipe yang takut istri atau apalah. Tapi saya dan suami memang sudah membahas ini dan sepakat jika ada yang ingin meminjam uang kami harus saling bilang dulu.
Tujuannya apa? agar pasangan bisa mengingatkan. Misal ada teman mau pinjam uang, baru bisa kembalikan pertengahan bulan depan. Padahal awal bulan depan akan ada pembayaran yang cukup besar.
Bayangkan kalau suami main pinjemin tanpa bilang-bilang. Pas kita butuh bayar, eh uangnya nggak ada. Ditagihpun belum bisa karena perjanjiannya tengah bulan. Wah, bisa jadi prahara suami tidur di ruang tamu deh.
Sebaliknya begitu juga jika dari kami ada yang ingin meminjam uang kepada teman atau saudara, harus diskusi dulu. Resikonya apa? bisa bayar atau nggak? ada barang yang bisa dijaminkan atau nggak? dengan begini, hasil dan resikonya akan ditanggung bersama.
Lain cerita kalau misalnya suami main pinjam aja ke bank atau rentenir. Istri nggak tahu apa-apa. Eh pas gagal bayar istri juga ikut diteror debt collector. Ampuuun puyeng nggak tuh.
Menurut kami, bukan soal izin boleh nggak bolehnya, tapi soal keterbukaan satu sama lain. Sehingga kalau terjadi apa-apa, tidak ada yang menyalahkan namun justru saling menguatkan karena diawal keputusan diambil sesuai kesepakatan bersama.
4. Adil Terhadap Keluarga Masing-Masing
Meski sudah berumah tangga, jangan lupa bahwa baik suami dan istri masing-masing masih berstatus sebagai anak. Namanya anak ya sudah kewajibannya berbakti, salah satunya dengan memberikan uang bulanan. Apalagi untuk yang jadi sandwich generation, mau nggak mau membiayai dua keluarga.
Ini juga sering jadi konflik kalau suami/istri merasa pasangannya tidak adil dalam berbakti kepada orang tuanya. Misal suami ngasih orang tuanya perbulan 1 juta rupiah, sedangkan orang tua istri hanya 500ribu.
Penting banget untuk duduk berdua membahas ini dengan kepala dingin. Pahami bahwa konsep adil bukan berarti harus sama besaran angkanya. Coba lihat dan pahami dulu kondisi latar belakang keluarga masing-masing.
Contoh : Orang tua suami saya, bapak hanya petani yang nggak punya lahan sendiri dan sudah tidak produktif karena usia. Sedangkan ibu, sebagai ibu rumah tangga. Sedangkan orang tua saya, papa adalah pensiunan PNS, Mama masih PNS aktif.
Dari latar belakang keluarga tersebut mana yang lebih perlu dibantu? jelas keluarga suami, kan? jadi kami sepakat memberikan uang bulanan kepada bapak dan ibu. Sedangkan untuk pihak keluarga saya, yang saya bantu adalah saudara papa yang memang nggak punya suami dan anak. Besarannya setengah dari yang diberikan kepada bapak/ibu karena kan hanya untuk satu orang.
Selain itu saya juga bilang ke suami bahwa dalam keluarga inti saya ada budaya memberikan kado ketika berulang tahun, hari ibu, dan juga hari pernikahan mama papa. Karena tidak tiap bulan kami memberikan uang, maka ketika mama dan papa saya ulang tahun hadiahnya cukup besar. Suami setuju dan memaklumi itu meski di keluarganya tidak ada budaya serupa.
See? Adil itu bukan berarti harus mendapatkan perlakuan yang sama persis namun berimbang sesuai kesepakatan bersama. Jangan sesekali juga melarang pasangan tanpa alasan yang jelas untuk memberikan orang tuanya uang/hadiah, perlu diingat bahwa suami/istri yang kita cintai sekarang ada berkat orang tuanya juga.
5. Terbuka Tentang Tabungan Investasi
Kalau kalian follow @jouska mungkin sudah sering ya baca kisah nyata orang-orang yang silau dengan janji keuntungan investasi bodong. Menghibahkan seluruh hartanya dengan harapan akan beranak berlipat ganda. Pasangan nggak perlu tahu, yang penting nanti nikmati hasilnya.
Tapi juga namanya investasi bodong, yang didapat ya cuma kerugian. Setelah uang habis baru deh pasangan dan keluarga tahu. Kebayang dong jadi keributan seperti apa?
Penting banget untuk selalu terbuka dengan pasangan, bahkan ketika kamu ditawarkan investasi yang menggiurkan. Sehingga pasangan juga tahu apa produknya, resikonya, dan hal-hal yang berkaitan. Pastikan juga investasi itu pakai uang nganggur, bukan tabungan dana darurat atau tabungan pendidikan anak.
Boleh banget kok punya cita-cita membahagiakan keluarga dengan materi, tapi pastikan caranya jangan sampai justru membuat mereka menderita.
6. Jangan Merasa Superior Jika Penghasilan Lebih Besar
Suatu hari seorang rekan kerja pria pernah bilang seperti ini "Enny mah enak, kerja juga jadi kalian penghasilannya berdua (dengan suami). Sedangkan saya sendirian nanggung semuanya".
Jujur saya kurang suka dengan pernyataan seperti itu. Seolah-olah istri yang memilih menjadi ibu rumah tangga tidak ada andil dalam pendapatan rezeki keluarga. Tahu nggak bahwa Allah SWT sudah menjamin kehidupan semua makhluk hidup?
Bisa jadi naiknya gaji atau ramainya usaha, itu adalah berkah dari istri meski dia nggak turut bekerja. Lagi pula coba pikir, istri yang bekerja juga pengeluarannya lebih besar karena harus menitipkan anak ke daycare atau sewa jasa pengasuh. Belum lagi jarang masak karena nggak sempat (ini curhat).
Sebaliknya bagi istri yang kebetulan juga bekerja dan penghasilannya lebih besar, jangan pernah kehilangan rasa menghargai terhadap suami. Meski dibeli dengan uang sendiri, selalu bilang dan lapor ke suami ketika mau membeli sesuatu. Bukan soal izin boleh nggak bolehnya, tapi soal keterbukaan dan saling menghargai.
Intinya dalam rumah tangga jangan pernah merasa PALING tapi harus SALING. Saling menyayangi, saling menghargai.
***
Panjang juga ya, padahal pas dibahas di IG nggak sepanjang ini. Tapi itulah yang mau saya sampaikan. Karena saya resah banget kalau ada orang sekitar yang rumah tangganya harus retak atau berakhir karena masalah ekonomi karena dari awal tidak pernah secara gamblang didiskusikan bersama.
Saya ngomongin ini bukan karena finansial saya baik-baik saja. Awal menikah juga terseok-seok, malah nangis sendiri sering banget deh. Tapi karena memang hal-hal di atas sudah saya bahas sama suami jadi nggak sampai bertengkar.
Kata orang bijak uang itua dalah alat. Tinggal kita pilih mau menjadikannya alat yang MEMBAHAGIAKAN atau MENGHANCURKAN.
Semoga bermanfaat tulisan kali ini. Kalau ada yang mau sharing terkait pembahasan keuangan dengan pasangan, boleh di kolom komentar ya.
Get notifications from this blog
Kando dak biso banyak lagi koment, soalnya dindo sudah pengalaman dan faham csk harus mengatur dan mengatasi masalah keuangan, biar dak konflik. Yo dak...? :)
ReplyDeleteTapi...kalau tigo caro diatas maseh dak akur, sini kando yang atur bae,,,,gek kando kasih jatah per-wong 1 Jt/bln, sisonya ditabung, hahahah.....
dak cukup woi kalau cuman sejuta, wwkwkwk.
DeleteSetuju dan suka banget sama kata-katanya Mbak. Kalau sudah berumah tangga itu saling bukan paling hehe
ReplyDeleteThanks sharingnya mbaakk, aku masih berantakan banget soal finansial. Semoga abis baca ini lebih bijak lagi dalan hal keuangan.
ReplyDeleteMemang harus trial and error sih mbak, saya baru tahun ketiga ini agak mendingan.
Deletebisa jadi bahan pembelajaran untuk tidak terjadi konflik dalam rumah tangga, apalagi untuk pasangan baru, boleh nich artikelnya
ReplyDeletebetul sekali mas, semoga nggak ada konflik terkait keungan.
DeleteSoal nomer 3 saya pernah ujug-ujug minjemin uang ke temen karena ngerasa "deket" tanpa ijin suami dulu. ternyata suami agak gak srek untuk minjemin ke dia dan bener aja... dari akhir 2017 sampai tulisan ini saya buat, ybs belum membayar kewajibannya :") kapok aku gak ijin suami dulu huhuh
ReplyDeleteNah kan keterbukaan itu sangat penting. ^_^
DeletePaling suka kata "Intinya dalam rumah tangga jangan pernah merasa PALING tapi harus SALING. Saling menyayangi, saling menghargai"
ReplyDeletePadahal saya belum nikah, tapi bisa buat pelajaran ntar kalau udah nikah he..he.. Harus diinget-inget nih.😊
Kok saya jadi pengen nikah ya...
Wkwk😂
Justru kalau belum nikah wajib cari ilmunya dulu, jadi pas nikah dramanya bisa diminimalisir deh.
Deletepas baru2 nikah, suami tuh yg megang keuangan... tp aku ttp boleh megang gajiku sendiri. kalo itu mah udh kesepakatan di awal, uang gajiku, 100% utk keperluanku dan ga boleh di pakai untuk rumah tangga, krn itu tugas pak suami. dia sendiri yg bilang gitu, ya sudaaaah, aku mah seneng ;p.
ReplyDeletetp ternyata pak suami boros, dan dia suka ga enakan kalo dimintain pinjem duit ama temen. makanya udh berapa tahun ini aku yg pegang uang gaji dia 100%. walopun sepertinya, untuk bulan depan, aku pgn setengah2, krn ternyata pusing jg ngatur duitnya kalo anak udh mulai sekolah wwwkwkwkwk... makanya drpd aku stress sendiri, mending dibagi 2 ama pak suami ;p
Boleh mbak, dimana nyamannya aja sih. Iya rata-rata pria kayak gitu ya, suka gaenakan sama temen soal duit.
DeleteKalau sudah menikah itu memang uang adalah hal yg sensitif dlm rumah tangga, apalagi kalau ribut soal uang,duh :"( ke 6 tips di atas bermanfaat bgt buat RT saya thanks infonya ya mba :)
ReplyDeletesama-sama mbak, smeoga bermanfaat yaa
Deletesemoga bisa segera punya keluarga dan bisa menggunakan tips dari ibu
ReplyDeleteNggak apa-apa mas, perbanyak ilmunya dulu ntar tinggal praktek.
DeleteGw mau komen belum pengalaman, tapi kok gatel gak komen.
ReplyDeleteYa gw keep aja lah, buat pengetahuan gw besok kalo udah nikah.
Waah setuju banget Mbak. Saya juga selalu mencatat pengeluaran , kami pun terbuka banget soal keuangan. Termasuk jika ada teman atau saudara yang meminjam pasti tanya pasangannya masing-masing dulu. Meskipun kelihatannya biasa, namun terbuka soal keuangan dengan pasangan ini termasuk salah satu kunci menjaga keharmonisan keluarga.
ReplyDeleteterima kasih, saya belajar hal baru lagi hari ini.
ReplyDeleteKalo di rumah, urusan uang jadi tanggung jawab berdua. Walaupun aktualnya yang take lead itu istri. Soalnya bahaya kalau uang, saya yang pegang.
ReplyDeleteNgumpul kagak, amblas iya.
Saya memang masih perlu belajar banyak buat ngatur keuangan. Soalnya ya ga fair juga kalau sekedar terima bongkokan dari istri tanpa berusaha care untuk tahu kondisi keuangan kami saat ini.
Hsi mba salam kenal ya dariku 😁 tips ato cara ngatur keuangannya oke bingits deh... Emg namanya uang itu kadang rada sensitif yahh.. Gampang baperan.. Tp mudah"an sih solusi di atas bisa diterapkan dlm kehidupan ku sehari"..mkasih yo mbaak artikelnya.. 🙏🙏
ReplyDeleteBermanfaat banget tulisannya Mbak dan yaampun semua yang ditulis bener, sambil manggut2 saya bacanya :D
ReplyDeletePoin 1 noted banget nih buat saya yg gak rajin mencatat pengeluaran. Suka nya semangat di hari-hari awal bulan saja hahaha.
Poin 3 sdh berusaha dijalankan, penting buat saya apalagi kl kita yang berhutang ke orang lain. Biar kalau sampai gak ada umur, pasangan bisa bantu melunasi hutang tsb :)
Yaa! berapapun finansial yang kita miliki dalam membangun hal rumah tangga tentunya ada solusi serta jalan yang terbaik kalau antara suami dan istri salin terbuka dan jujur.😄😄
ReplyDeleteDan tips diatas bisa dijadikan pedoman bagi yang baru menjalankan mahligai rumah tangga dalam hal keuangan..😄😄
Tipsnya bermanfaat buat bekal karena saya paling gak tertib masalah keuangan, hehe
ReplyDeleteSedih bacanya.
ReplyDeleteSoalnya saya dulu kayak gini, suka mencatat pengeluaran, malah saya bikin buku sendiri, tulis tangan, jadi saya dan suami harus mencatat semua pengeluaran kami, selain kebutuhan pribadi yang sudah disepakati sebelumnya.
Dan ternyata emang bener bermanfaat.
Selain bisa jadi bahan evaluasi, kami borosnya di mana, di mana kami bisa lebih hemat.
Pun juga nggak ada lagi yang namanya boros di satu pihak.
Masalah terjadi, saat saya udah nggak kerja.
Ternyata, semua catatan dll itu berlaku banget kalau ada sumber pemasukan pasti yang mencukupi tiap bulan.
Kalau enggak?
Saya jadi sakit hati liat pengeluaran berbanding pemasukan hahahahaha
Jadi sekarang saya udah malas mencatat, terlebih sekarang pak suami yang megang uang kebutuhan harian, saya cuman megang uang kebutuhan pasti kayak bayar air, listrik dll.
Makanya, yang ke pasar ya paksu.
Enak sih, tapi deg-degan karena paksu boros.
Cuman ya gimana lagi, daripada tambah depresi hiks.
Tapi, saya suka baca ini, jadi berpikir seharusnya justru dengan penghasilan lebih sedikit, saya kudu mencatat lebih detail, biar lebih tahu cara mengendalikan pengeluaran atau memanaj keuangan :)
Saya nih yg sudah merasakan pahit manisnya berantem karena ekonomi wkwkwk.... Kadang suka mikir, duh kenapa tulisan2 semacaam ini baru bermunculan sekarang, ketika pernikahan saya sdh menginjak 15 tahunan😁 tapi tetep bermanfaat sih, mau saya tunjukkan biar dibaca anak2 saya kelak saat sdh waktunya mereka menjalani kehidupan baru yg penuh dinamika... Kehidupan yg sesungguhnya.
ReplyDeleteMakasih sharingnya mbak😘
Aduh pas banget ketemu artikel ini. Emang penting banget masalah uang ini, bisa jadi pemicu pertengkaran. Kalau di keluarga saya, meskipun sempat suami tidak punya penghasilan karena sekolah,saya tetap meminta izin kalau mau beli apa2. Dan waktu dia kasih uang dari seseran, ibarat kata cuma 1000, saya tetap terima karena anggap sebagai nafkah, bilang terima kasih. Tidak menolaknya karena saya ada penghasilan.
ReplyDeleteSoal uang emang sensi tapi harus dibahas agar jelas sejak awal. Sepakat dengan saling bukan paling. Tfs mbaa :) salam kenal
ReplyDeleteKalo aku dan suami saling jujur cuma pin atm ngga perlu saling tau lah soalnya udah saling percaya khannnn, masalah utang bener banget tuh bikin runyam semoga dijauhkan dari utang
ReplyDeleteharsu terbuka kalau amsalah uang kalau gak bisa jd perselisihan berkepanjangan
ReplyDeleteMasalah keuangan dalam rumah tangga itu kalau gak dibicarin baik-baik emang bisa jadi pemantik keributan ya, kak. Komunikasi emang jalan keluarnya
ReplyDeleteYang paling penting keterbukaan satu sama lain dan saling percaya ya mbak. Sejauh ini, itu juga yang saya dan suami coba terapkan. Jadi kalau mau beli apa-apa, dengan uang siapapun itu, pasti bilang.
ReplyDeleteSuami juga begitu. Pengeluaran-pengeluaran di luar yang rutin semacam bayar air dan listrik juga pasti bilang. Jadi tahu kalau ada kebocoran dana itu larinya ke mana. Oh, ke service motor. Oh, bayar pajak kendaraan. Atau yang lain.
Kalau mau merencanakan untuk nambah item di rumah juga kami biasanya diskusi lama sih. Nggak langsung beli gitu. Karna mahal juga kan. Jadi pertimbangannya banyak.
Thank you for sharing mbak