It's Okay Not To Be Okay
Minggu lalu saya sakit (flu, batuk, demam) sekaligus dapat menstruasi juga. Saya pikir karena sakit dan haid makanya saya jadi nggak bersemangat melakukan apapun, termasuk untuk nulis. Sempat cerita sama suami, tentang saya yang entah kenapa ngerasa gloomy dan nggak berminat terhadap hal-hal yang biasanya saya sukai. Lagi-lagi suami saya bilang mungkin efek sakit.
Saya sendiri coba memaklumi sampai saya sembuh dan haid sudah selesai, tapi perasaan yang nggak menyenangkan itu tetap ada. Entahlah, rasanya saya sedih padahal nggak ada kejadian yang bikin saya harus bersedih. Saya juga mulai ngerasa diri ini nggak berguna. Perasaan itu saya coba lawan, tapi sulit.
Sampai suatu hari ada yang membuat saya ketrigger dan teringat akan sesuatu dari masa lalu, yang ternyata masih berdampak di masa sekarang. Rasanya kepala saya pusing, perut mual, dan dada sesak. Karena itu masih jam kantor, yang bisa saya lakukan adalah ke kamar mandi dan menangis.
Mungkin ada sekitar 15 menit saya nangis sampai rasanya capek sendiri. Sesak di dada sedikit berkurang dengan mengeluarkan air mata, tapi tetap aja hati belum plong.
Saya akhirnya sadar, saya begini karena ada sesuatu yang mengganjal dan ini sudah lama banget saya rasakan. Tapi saya mencoba mengabaikan dan bilang bahwa saya baik-baik aja.
Saya tahu harusnya saya curhat ke orang terdekat. Saya tahu bahwa "beban" ini harus dibagi. Namun...entah kenapa saya gengsi. Karena selama ini banyak yang menilai hidup saya baik-baik saja, happy-happy saja, dan saya berusaha mempertahankan citra itu di depan orang-orang.
Terlebih saya sering kali jadi tempat curhat orang-orang di sekitar saya. Cerita mereka juga kadang sesuatu yang benar-benar "dalam". Sampai-sampai saya cukup kaget bahwa mereka mempercayai saya untuk bercerita hal tersebut.
Saya juga bukan pemberi saran yang baik. Hanya saja saya tahu bahwa orang-orang itu kadang hanya butuh tempat meluapkan beban yang selama ini ditanggung sendiri. Sejujurnya saya senang bisa menjadi tempat untuk menampung cerita-cerita tersebut.
Masalahnya entah kenapa saya enggan melakukan hal yang sama. Saya merasa bisa jadi masalah saya nggak seberat masalah mereka. Bisa jadi cerita saya cuma nambah-nambahin beban mereka yang sudah berat. Apa pantas saya yang biasa jadi tempat curhat mereka terlihat lemah dengan masalah yang ada?
Yes, I am an overthinker.
Sampai-sampai overthingking itu rasanya makin membuat saya sesak. Saya coba mengalihkannya dengan menulis, tapi tetap rasa itu nggak bisa hilang. Saya takut kalau saya begini terus lama-lama saya akan berpikir bahwa satu-satu cara menghilangkan rasa sakit itu dengan cara meninggalkan dunia.
Saya tahu harusnya saya ke psikolog. Tapi di sini nggak ada psikolog, dan saya pernah coba konsultasi secara online, dan itu nggak memuaskan. Tambah pusing kalau mikirin kemana saya harus cerita.
Akhirnya, saya coba beranikan diri Whatsapp kakak saya.
Kenapa dia? Karena dia termasuk orang yang selama ini suka curhat ke saya, bahkan permasalahan yang paling besar sekalipun. Tapi selama ini saya jarang curhat ke dia, pemikiran takut nambahin beban dia itu selalu muncul. Namun karena saya sudah semakin sesak, maka saya coba cerita sebelum semua terlambat.
Padahal hari itu hari kerja, dan saya tahu dia sibuk. Meski hanya lewat chat WA, ternyata dia masih mau ngeladenin saya. Bahkan pas saya tinggalin hp sebentar, sudah ada lebih lima puluh chat dari dia. Isinya semua memotivasi saya.
Disitu hati saya rasanya seperti dialiri air yang sejuk. Meskipun nasehat dan saran dari kakak saya bukan solusi yang saya inginkan, tapi saya lega ternyata tanggapannya nggak seperti yang selama ini saya khawatirkan. Dari caranya saya tahu kalau dia juga ingin saya jangan patah semangat, terus berusaha, karena dia pernah melewati yang lebih berat. Intinya, saya tahu bahwa dia peduli.
Akhirnya saya sadar, bahwa nggak apa-apa untuk mengaku bahwa saya sedang nggak baik-baik saja. Nggak apa-apa untuk cerita bahwa saya punya masalah, karena saya juga manusia biasa.
Sedih, kecewa, marah, itu juga bagian dari perasaan. Sama halnya dengan senang, suka, dan bahagia. Semuanya harus dibagikan, ke orang-orang terdekat yang kita sayangi, yang kita percaya.
Kadang kalau lagi dirundung masalah, kita merasa lemah dan rapuh. Kita butuh orang lain yang mungkin nggak bisa membantu kita berdiri, tapi dia bisa meyakinkan kita bahwa kita mampu bangkit lagi.
Sekarang saya sudah jauh lebih baik, sudah semangat lagi untuk nulis dan berkarya.
Kalau teman-teman pernah ngalamin juga hal yang sama kayak saya, ceritain dong di kolom komentar gimana cara kalian melaluinya.
Get notifications from this blog
Hidup itu berputar mbak. Gak ada yang diatas terus atau di bawah terus. Yange nak terus mah cuma di cinderella...
ReplyDelete(ini nggak jadi disubmit buat lomba idunda id itu?)
ReplyDeleteoverthinking emang masalah utama saat mau menceritakan masalah sih. Terlebih saat tahu atau ngalami respon org yg kita ceritain malah menghakimi. Saya juga mengalami itu, beberapa kali saya menceritakan apa yg jaid beban pikiran saya, eh, malah saya yang disalah2kan. Pernah juga cerita yang disitu saya jadi korban, saya hanya duduk diam, terus orang lain datang dan iseng otak atik barang di sekitarnta (kabel skring/stop kontak), terus ruska. listriknya gak ngalir. saya ceritain klo karna itu saya nggak ajdi nerusin apa yg dikerjakan karena laptop gak nyala kalo gak dicolokin. ama bilang, saya kesel ama org itu. eh, tetap saya yang disalahin. punya pikiran buruk, negatif, org itu gasengaja. kan jadi males buat cerita apa-apa lagi. yaudah selanjutnya pendem aja.
untuk ngubah persepsi ini, kudu bertemu ama org yg bener2 mau mendengarkan kita sih, kalo pun di cerita itu kitanya salah, kitanya yg khilaf, paling tidak dia tahu kalo saat itu harusnya dihibur dulu. kalo udah tenang atau esoknya, boleh dikasi nasihat pengingat. ya walo nggak perlu juga sih, karena pas cerita, kita juga udah tau kalo yg dilakukan sebelumnya itu salah.
sama kayak istri saya,kalodia udah mulaidiem...hal yang saya lakukan biasanya nggak ada masalah dan jadi masalah,berati itu tanda2 dia sedang dapet atau nggak mood nya lagi jelek
ReplyDeleteTerkadang.. adakalah nya kira memang harus menyimpan rapat2 segala unek2 dalam hati, namun adakalah nya kita memang benar2 butuh teman untuk sekedar curhat atau hanya sekedar menumpahkan segala yg ada di dalam hati ini,
ReplyDeleteNamun masalah nya apakah ada teman yg mau merespon segala keluh kesah kita, atau cuma sekedar mendengarkan saja.
Kalau saya juga termasuk orag yg tidak pernah curhat ke orang lain, meskipun saya selalu jadi tempat curhat teman....,
Biasa nya saya hanya pergi ke tempat yg sepi yg tidak ada satu orang pun di sana, lalu saya merenung dan berdiam diri sesaat... sambil mengingat dan mengenang kilas balik semua permasalahan yg selama ini tersimpan di hati...., setelah di rasa sudah mentok, baru saya berdiri dan teriak sekuat2 nya seywlah itu pejamkan mata sesaat, dan ulangi beberapa kali....,
Biasa nya saya akan merasakan plong....
Tempat menyendiri biasa nya ke pantai, laut atau ke hutan....
Kebetulan aku juga lagi batuk pilek sekarang huhu, its okay Mbak, terkadang memang ada saatnya kita mellow. Semangat terus ya
ReplyDeleteNah, mbak ini mirip sama saya yang kalau udah kepikiran sesuatu pasti lamaaaa deh dipikirin dan jadi butuh untuk didengarkan. Aku juga jadi tempat sampah teman2 dan aku ternyata ga semudah itu bercerita jika ada masalah apa2 karena ga mudah percaya pada orang lain apalagi sampai bisa menghakimi kita ya. Memang sih kesedihan dan kegundahan lama2 akan sirna step by step. Banyak berdoa kepada Allah sip.
ReplyDeleteSaya pernah dititik itu juga, Mbak. Tapi entah kenapa saya tidak mau cerita ke siapa². Saya pendam sendiri. Dari situ saya bisa juga tiba² menangis. Dalam hati yang kosong itu saya biasanya lebih khusyuk dalam beribadah, Mbak. Well, memang ibadah khusuk adalah satu hal yang agak sulit saya lakukan selama mempunyai 3 krucils. Iya! Itu Mbak, curhat sebenar² curhat sama Allah dalam gerakan Sholat yang khusuk, bacaan sholat yang dimengerti artinya. Entah setelah itu pasti seperti berlalu saja masalah itu
ReplyDeleteI can feel you mbak. Pun saya rasanya tdak sedang baik-baik saja seacara psikis. Hmmm berdamai dengan diri sendiri masih jd hal terberat dan sedang terus saya lakukan sampai saat ini. It's okay for not being okay, perlahan tp pasti bsa sepenuhnya sembuh ♥️
ReplyDeleteBaca ceritanya mbk enny bikin saya inget sama diri sendiri.
ReplyDeleteSaya juga mengalami hal yang sama, tapi merasa nggak enak cerita sama orang lain karena merasa mungkin curhatan saya nggak berarti.
Tapi sampai sekarang saya malah belum nemu cara buat mengatasinya. Kalau lagi down suka diam aja sendiri, cuma pengen menenangkan pikiran dan nggak peduli sama hal-hal lain di sekitar.
Karena selalu senyum terus di depan orang lain, saya juga merasa nggak enak kalau tiba-tiba murung....
Huft... Ribet kalau bahas ginian, ntar semua uneg-uneg bisa keluar😂
Yang dialami Mbak mirip-mirip dengan aku. Baru aja belakangan ini aku 'terbuka' dengan seorang sahabat sampai nangis sesunggukkan padahal cuma ngobrol lewat WA T_T soalnya udah dipendam lama, aku anggapnya baik-baik saja dan bisa aku lalui sendiri, ternyata aku tetap butuh seseorang untuk mendengarkan dan menasehati. Kalo buatku sendiri, punya seseorang yang bisa diajak 'terbuka' gini penting (selain suami ya), supaya ada yang bisa menguatkan atau mengingatkan kita di saat kita lagi butuh.
ReplyDeleteMudah-mudahan apa yang dilalui Mba sekarang sudah jauh lebih baik ya. Tetap semangat Mba Enny (:
Memang sulit sekali ketika kita sedang ada sesuatu yang menganjal di hati, namun terus di pendam saja, kando jugo sering cak itu. Mau cerita ke Orang lain, jadi malu, khawatir bocor kemana - mana, ngak di ceritakan, yah jadi beban bhatin. Serba salah, coba sesekali serba murah, kan bisa borong banyak, hahahah...apaan sih saya. :)
ReplyDeleteSolusinya ketika Kando ada masalah yang menganjal seperti ini, baca Al - Quran Surah Al Baqarah sebanyak - banyaknya , bila perlu sambil menangis dan sambil mengingat masalah itu. Setelah itu biasanya kando lebih lega.
eeeee....apa sih masalah dindo...? Inbox saja kalau ada yang mau diceritakan...? 100 % Rahasia terjamin aman.
Semoga masalah dan kesehatannya lekas pulih dan tidak terulang lagi.
Setiap orang pasti punya masalah, pertanda Allah sayang dan ga ridho kalo dosa kita dibalas di akhirat aku sih mikirnya gitu lebih baik diuji di dunia yang sementara daripada nanti hihi semangat mba kadang kalo laginga mood lebih baik santuy gausah dipaksa yahhh
ReplyDeleteMbaak, aku sempat mengalami juga waktu lagi nggak baik-baik saja. Huhu. Di satu sisi udah lelah banget, tapi di sisi lain nggak mau kelihatan kalau lagi rapuh.
ReplyDeleteTapi pada akhirnya tetap dilampiasin, sih. Walau harus lewat air mata hahaha.
Its okay not to be okay, karena kita sendiri adalah manusia, bukan robot.
Sehat dan bahagia selalu, Mbak ^^