Review Film Mariposa : Kocak dan Menggemaskan
Senang banget bisa nonton film Indonesia yang benar-benar dikemas dengan baik. Cerita yang bagus dan menyenangkan, adegan yang lucu, hingga pemain yang memang benar-benar serius mendalami karakternya.
Pada dasarnya film bagus nggak selamanya harus berat dan bikin kepikiran setelah nonton, yang ringan dan bikin happy juga layak diapresiasi. Sama halnya dengan review film Frozen 2 yang dibahas di blognya mbak Mia, dibaca juga ya.
Eits, sebelum saya melanjutkan review film Mariposa, saya mau bilang dulu kalau saya nonton ini sebelum ada imbauan dari pemerintah setempat (Jambi) untuk social distancing.
Lagi pula saya lihat di IG resmi Falcon (PH yang produksi film ini) ada pengumuman bahwa Mariposa penayangannya dihentikan sementara, dan akan ditayangkan lagi kalau situasi sudah membaik.
Nah, semoga review dari saya bisa bikin jadi ingin nonton setelah boleh beraktifitas biasa lagi nantinya.
Oke balik lagi ke Mariposa. Awalnya saya tahu film ini akan dibuat karena saya ngikutin Angga Yunanda dan Adhisty Zara di Instagram. Saya jatuh cinta sama kedua aktor muda tersebut karena film #DuaGarisBiru. Chemistry mereka sebagai pasangan dalam film, bikin saya penasaran nonton lagi film yang mereka mainkan berikutnya.
Ternyata Mariposa itu sendiri diangkat dari Novel karya Luluk HF yang awalnya populer di Wattpad. Karena kepo, saya cari dan baca novelnya. Ceritanya memang abege banget, tentang cewek ceria yang naksir cowok cool. Banyak bagian yang bikin saya mengernyitkan dahi karena geli, maklum mungkin memang bukan umurnya lagi nikmatin cerita kayak begitu.
Judul "Mariposa" itu sendiri artinya kupu-kupu dalam bahasa Spanyol. Ada quotes dari buku dan film ini yaitu "kamu itu kayak kupu-kupu, terkejar tapi nggak tergapai". Menggambarkan tokoh Acha yang berusaha meraih cintanya Iqbal.
Judul "Mariposa" itu sendiri artinya kupu-kupu dalam bahasa Spanyol. Ada quotes dari buku dan film ini yaitu "kamu itu kayak kupu-kupu, terkejar tapi nggak tergapai". Menggambarkan tokoh Acha yang berusaha meraih cintanya Iqbal.
Tapi, saya akui karakter Iqbal dan Acha yang diciptakan penulisnya bikin nempel diingatan pembaca. Dialog dan tek-tokan antar tokohnya juga dapat banget. Jadi saya tetap memutuskan mau nonton filmnya.
Pas trailer filmnya keluar, saya jadi makin nggak sabar karena kelihatannya filmnya dibuat berbeda dari novel tanpa mengurangi inti cerita kisah cinta Iqbal (Angga Yunanda) dan Acha (Adhisty Zara).
Setelah nonton pun, saya merasa harus kasih apresiasi tinggi untuk penulis skenarionya, pemain, dan seluruh tim yang mengemas cerita yang ringan menjadi tontonan layak yang menghibur.
Sinopsis Film Mariposa
Berawal dari kisah Acha, anak pindahan di sekolah Arwana yang yang naksir dengan Iqbal sejak pandangan pertama katanya. Iqbal dan Acha ini sama-sama anak yang pintar dan berprestasi.
Bedanya Iqbal bersifat dingin, kaku, tujuan hidupnya adalah belajar dan dapat beasiswa di Universitas incarannya. Sedangkan Acha anaknya ceria banget, tujuan hidupnya adalah belajar dan dapatin hati Iqbal.
Acha melakukan banyak gerakan agresif untuk bisa dekat dan dapatin hati Iqbal. Walaupun sudah dinasehatin berkali-kali oleh sahabatnya Amanda, untuk lebih santai dan nggak agresif. Tapi tetap saja Acha pantang menyerah.
Dalam perjalanan mengejar cinta, ada masanya Iqbal goyah dan mulai menunjukkan sikap tertarik. Tapi omongan ayahnya selalu terngiang, bahwa dia harus fokus belajar dan mengejar beasiswa. Pergaulan saja dibatasin, apalagi cinta-cintaan, sama sekali nggak boleh.
Konflik cinta bertepuk sebelah tangan, dan konflik orang tua yang terlalu menekan anak, menjadi fokus utama di film ini. Bagaimana cara mereka menyelesaikannya dan akhir cerita yang didapat? Wajib ditonton nanti ya kalau sudah tayang lagi di bioskop atau di aplikasi streaming legal.
Iya Cha, tahu... emang sakit rasanya :') |
Review Film Mariposa
Banyak Adegan yang Nggak Disangka Bikin Ngakak
Menurut saya yang bikin film ini beda dari film drama remaja picisan atau cerita remaja di FTV adalah karena dikemas dengan baik. Banyak banget adegan dan dialog yang memancing tawa penonton. Jokesnya pun receh, tapi karena timingnya tepat jadi bisa pecah banget.
Kalau kalian suka film komedi romantis thailand, nah menurut saya vibesnya sama. Dimana kita bisa ketawa dengan adegan dan dialog receh yang nggak selalu dibawakan pemeran utama, tapi juga ada dari pemain pendukung.
Baca juga :
Terus ada jokes “kue keju belanda” yang nyambung antar pemain dan walaupun dibawakan empat kali oleh empat pemainnya, justru malah tambah bikin ngakak. Duh kalau saya ceritain nanti malah jadi spoiler banget.
Belum lagi ada karakter Ryan (Abun Sungkar) dan Glen (Junior Roberts) yang memang pembawaanya kocak dan mencuri perhatian pula di film ini.
Akting Pemain dan Gambar yang Bagus
Selain banyak banget part yang bikin ngakak, akting pemainnya juga bagus dan kelihatan banget mereka tu serius bermain dalam film ini. Mulai dari Acha yang periang, Iqbal yang dingin, Amanda yang galak, Juna yang serius, Sampai dua sahabat Iqbal yaitu Rian dan Glen yang kocak. Selain itu peran mamanya Acha yang periang dan supportif, serta papanya Iqbal yang galak dan diktaktor, juga memberikan warna di film ini.
Mirip adegan Dilan? Emang. Tapi ini justru parodinya, hahaha. |
Chemistry Zara dan Angga memang nggak perlu diragukan lagi, mau film yang ceritanya berat kayak DGB maupun cinta-cintaan anak SMA kayak Mariposa ini, mereka bisa memerankannya dengan baik. Centilnya Acha dapat banget diperankan Zara, kakunya Iqbal juga bagus walaupun di adegan ending vibesnya “Bima” masih melekat.
Untuk pengambilan gambarnya mata akan dimanjakan dengan sinematografi yang apik. Warna dari gambarnya juga ceria banget, dominan biru dan pink yang bikin kesan remajanya dapet banget.
Ada Pesan Parenting Dalam Film Mariposa
Walau pun ini film remaja, tapi bagus juga kok ditonton orang tua karena ada pesan parenting yang bisa kita dapatkan.
Misalnya kisah Iqbal yang selalu ditekan ayahnya untuk dapat nilai bagus di semua bidang. Bagi ayahnya nilai bagus itu belum cukup, anaknya harus dapat nilai "sempurna". Belum lagi ayahnya berperan dalam menentukan masa depan anaknya dan nggak mau mendengar apa yang jadi keinginan anaknya.
Pasti banyak yang relate dengan masalah itu. Banyak dari kita yang harus ikut kemauan orang tua karena menurut mereka hal itu baik tanpa memperdulikan apakah anak merasa senang dan nyaman dengan hal tersebut.
Efek kerasnya orang tua juga bikin karakter Iqbal dalam film ini jadi kaku, cuek, dan kadang nggak peduli sama perasaan orang lain yang ada di sekitarnya.
Berbanding terbalik dengan pola pengasuhan orang tua Acha yang supportif sama apa yang anaknya sukai. Bahkan mamanya Acha adalah tipe ortu yang bisa curhat apa pun dengan anaknya. Acha bahkan nggak sungkan untuk cerita kalau dia suka dengan Iqbal.
Efeknya Acha jadi anak yang pintar namun periang, dan bisa dengan mudahnya mengungkapkan apa yang dia rasakan tanpa rasa tertekan.
Penonton akan bisa melihat dua pola pengasuhan yang berbeda akan membentuk karakter anak yang berbeda pula. Walau dua-duanya sama-sama pintar, tapi yang satunya selalu merasa tertekan dan satunya enjoy banget menjalani pendidikannya.
Dari situ kita bisa mengambil hikmah untuk jangan pernah memaksakan kehendak kita pada anak. Dia bisa saja nurut, tapi mentalnya tertekan dan itu akan mempengaruhi bagaimana dia bersikap kepada orang sekitarnya.
Ah, semoga kita nanti bisa jadi orang tua yang supportif untuk anak-anak kita yaaa.
Drama Anak Sekolah yang Nggak Melulu Bahas Soal Cinta
Saya dan kalian semua pasti pernah nonton film atau sinetron yang berlatar belakang anak sekolah, syutingnya pun di sekolah, memakai seragam sekolah, tapi yang dibahas soal cinta-cintaan melulu.
Nah, di film Mariposa ini yang saya sukai juga adalah dari sisi pelajarannya tetap dibahas yang terlihat dari beberapa adegan dan dialog, bahkan ada penjelasan senyawa kimia tapi dikemas dengan dialog sehingga bisa nambah ilmu sekaligus bikin penonton juga tertawa.
Jadi kerasa banget lho, mereka memang anak SMA yang dunianya belajar, berusaha meraih prestasi, tapi juga merasakan percikan asmara dimasa remaja. Rasanya lebih relate aja dengan dunia nyata.
Senang bisa nonton film seperti itu, dibanding film yang latar belakang anak sekolah tapi berat banget ceritanya.
Ending yang Kurang Memuaskan
Kalau ini sedikit kekurangan dari saya. Endingnya terasa diselesaikan "begitu aja" padahal dari awal sampai pertengahan cerita konflik sudah dibangun dengan apik dan kuat. Padahal saya berharap ending film akan diisi dengan adegan kocak yang bisa membuat penonton menutup film dengan tawa yang pecah. Tapi ternyata endingnya dibikin sweet but a little bit cringe for me *mungkin faktor umur juga kali yeee*.
Tapi kekurangan itu nggak menutup perasaan senang saya setelah keluar dari bioskop. Bagaimana pun juga, senang rasanya bisa nonton film remaja Indonesia yang dikemas dengan baik sehingga bisa bikin gemas sekaligus ngakak.
Film mariposa yang hanya tayang kurang lebih 10 hari (kemudian ditunda karena covid-19) di bioskop seluruh Indonesia, sudah mendapatkan 741.496 penonton. Padahal kalau nggak ada Covid-19, saya yakin film ini bisa tembus lebih dari satu juta penonton.
Semoga Covid-19 cepat berakhir ya, sehingga kita semua bisa beraktifitas seperti biasa lagi dan bisa nonton bioskop lagi.
Update: Sekarang Mariposa bisa ditonton di aplikasi streaming legal, Netflix.
Ada teman-teman yang nonton Mariposa juga? Atau Kalau belum, kalian tertarik nggak sama film drama remaja seperti ini? Cerita di kolom komentar, ya.
Sumber foto : Falcon Pictures
Get notifications from this blog