Gentala Arasy, Wisata di Kota Jambi yang Penuh Kenangan
Sama seperti halnya kenangan istimewa mbak Citra, bloger Traveler yang bercerita tentang 5 hal menyenangkan saat liburan di pulau Bintan.
Nah, balik lagi ke cerita tempat wisata Gentala Arasy, saya akan mulai dari sejarahnya dahulu.
Sejarah Gentala Arasy
Dulu sebelum dibangun menara dan jembatan pedestrian Gentala Arasy, kawasan tersebut dinamakan kawasan Tanggo Radjo. Mungkin karena lokasi bertepatan di depan rumah dinas gubernur Prov.Jambi, dan dulu pemimpin Jambi adalah raja.
Kawasan ini juga menghadap ke sungai terpanjang di pulau Sumatera, yaitu Sungai Batang Hari (800km), dan bersebrangan dengan kecamatan sebrang kota Jambi.
Dari dulu kawasan Tanggo Radjo memang dijadikan tempat wisata, hanya saja warga nggak terlalu antusias. Karena di sana hanya bisa duduk-duduk sambil menikmati es tebu dan jagung bakar.
Sampai pada kepemimpinan bapak Hasan Basri Agus, tercetuslah ide pembangunan menara dan jembatan pedestrian Gentala Arasy di kawasan Tanggo Radjo. Pembangunan dimulai dari tahun angggaran 2012-2014, dan akhirnya diresmikan pada tanggal 28 maret 2015 oleh presiden Jusuf Kalla.
Semenjak ada Gentala Arasy, kawasan Tanggo Radjo menjadi lebih hidup karena banyaknya wisatawan yang datang baik dari dalam maupun luar provinsi Jambi. Bahkan turis mancanegara pun berdatangan untuk melihat megah dan uniknya menara dan jembatan kebanggaan Jambi ini.
Arti Nama Gentala Arasy
Nama mengandung sebuah arti, begitu juga dengan Gentala Arasy. yang dipenggal dari 3 suku kata yaitu GENTA(suara) TALA (Keselarasan) ARASY (Memancar ke langit) yang dapat disimpulkan sebagai bunyi yang selaras dan memancar ke langit.
Pada menaranya ada bunyi lonceng yang akan selalu berbunyi saat masuknya 5 waktu solat fardhu umat muslim dan selaras terkoneksi pada masjid agung Jambi "Al-falah" untuk mengumandangkan adzan.
Selain itu Gentala Arasy juga merupakan akronim dari GENah TAnah LAhir Abdurahman SaYoeti. Genah dalam bahasa Jambi berarti tempat. Sedangkan Abdurahman Sayoeti merupakan nama gubernur provinsi Jambi periode 1989-1999.
Bentuk dan Fungsi Bangunan Menara dan Jembatan Pedestrian Gentala Arasy
Jembatan yang juga disebut sebagai titian Arasy panjangnya kurang lebih 500 meter dan lebarnya 4,5 meter. Jembatan ini menghubungkan antara tepian Tanggo Radjo (Kecamatan Pasar Kota Jambi) dengan Kecamatan Sebrang Kota Jambi.
Sesuai namanya, jembatan ini hanya untuk pejalan kaki saja. Lumayan lho jalan kaki di sini bolak balik dari ujung ke ujung, sekalian olahraga dan bikin betis kencang, hahaha.
Jadi dulu sebelum ada jembatan ini, kalau mau ke Sebrang kota Jambi itu lewat jalur daratnya memutar jauh melewati Jembatan Aurduri I. Sedangkan kalalu lewat sungai, pakai jasa ketek (perahu) yang berbayar 3-5ribu. Nah dengan adanya jembatan ini jadi bisa menyebrang dengan jalan kaki.
Bentuk jembatan ini kalau dilihat dari atas meliuk seperti huruf S, dan dua tiang pancang menjulang yang menambah kemegahan jembatan.
Pada ujung jembatan ada menara setinggi 80 meter. Menara ini bukan hanya sekedar menara tetapi terdapat museum di bawahnya yang berisikan peninggalan bersejarah terkait jejak masuknya ajaran agama Islam di Jambi.
Di dalam museum banyak benda yang berhubungan dengan sejarah Islam di Jambi seperti Alqur'an besar, Alqur'an lama, uang-uang logam kuno, jubah, sorban, sabuk, keris, profil tokoh-tokoh ulama besar, dan masih banyak lagi.
Kenangan di Gentala Arasy
Dari sebelum dibangun Gentala Arasy, saya sudah suka berkunjung ke kawasan Tanggo Radjo. Entah sekedar hunting foto senja (cielah, kayak anak indie aje), atau ngobrol sama teman-teman sambil minum es tebu dan makan jagung bakar.
Makanya saya tahu banget perbedaan suasana sebelum dan sesudah dibangunnya Gentala Arasy. Senang banget melihat banyaknya pengunjung, sehingga Jambi lebih dikenal, dan ekonomi masyarakat sekitar menjadi lebih hidup karena banyak pedagang yang berjualan makanan dan merchandise oleh-oleh khas Jambi.
Ada banyak kenangan saya di sini. Pernah kumpul komunitas sosial untuk bahas program, pernah juga sama gebetan di sini makan jagung bakar, terus lewat pengamen. Terus saya pinjam gitar pengamennya dan suruh gebetan mainin lagu karena memang do'i seorang gitaris.
Saya juga pernah lagi galau berat dan memutuskan ke tempat ini sendirian di malam hari. Pikiran saya kacau banget waktu itu dan saya belum bisa cerita ke siapa pun. Jadi saya ke Gentala Arasy, menyusuri jembatan sambil melihat orang-orang yang datang berfoto ria, tertawa, sementara hati kondisi hati saya sebaliknya.
Saya berdiri di tepi jembatan, memandang kerlip lampu di sebrang, lalu menoleh ke bawah memandang sungai yang gelap dengan arusnya yang tenang. Eits, tapi saya nggak ada pikiran bunuh diri kok.
Kemudian saya nyamperin abang jual bakso tusuk, dan memesan segelas es tebu. Saya makan pelan-pelan sambil mikir. Suasana di Gentala Arasy malam itu lumayan membuat hati saya sedikit tenang, dan mulai bisa berpikir jernih. Setelah bakso tusuk dan es tebunya habis, saya sudah bisa mengambil keputusan akan masalah yang sebelumnya membuat saya bingung.
Setelah masa-masa galau itu, ada lagi kejadian yang membuat kenangan indah tercipta sekaligus kenangan lucu sih menurut saya.
Jadi waktu membahas rencana pernikahan dengan mas Agus, hal penting yang harus saya sampaikan adalah besaran biaya yang diperlukan untuk acara pernikahan kami. Cukup besar nilainya, tapi itu sudah hitung-hitungan saya bersama orang tua.
Karena ngomongin uang termasuk hal sensitif, jadi cara saya adalah ngajak mas Agus makan, terus jalan di jembatan Pedestrian Arasy. Sepanjang jalan ngomongin yang lain-lain dulu, yang indah-indah lah. Nah sampai di depan menara, ada tempat duduk-duduknya, baru deh saya utarakan pokok pembicaraan.
Lega banget setelah disampaikan, dan mas Agus bilang akan berusaha semampunya untuk mendekati angka yang dimaksud. Pas saya sampaikan ke ortu pun, malah dibilang bakal support setengahnya. Alhamdulillah, jadi deh kawin eh nikah.
Beberapa tahun kemudian saya ke Gentala Arasy bersama suami dan anak. Rasanya pengen cerita deh sama anak kalau tempat ini jadi saksi mama dan babanya ngobrolin rencana pernikahan. Tapi sayangnya masih bocah jadi belum ngerti. Ntar kalau udah dewasa baca aja ya blog ini, Nak.
Nah, semoga cerita saya ini bisa membuat teman-teman tertarik berkunjung ke Gentala Arasy ya. Pokoknya kalau ke kota Jambi, tempat ini harus disambangi. Akses kendaraan banyak, ada angkot, ojol, taksi.
Karena letaknya di wilayah pasar Jambi, maka teman-teman bisa sekalian ke Mall WTC Batang Hari, pasar tradisional terbesar yaitu Angso Duo yang juga terkenal dengan pasar BJnya (baju dan barang bekas), dekat juga dengan masjid seribu tiang, dan kuliner enak di depan Xaverius Jambi.
Terakhir, kalian punya kenangan istimewa akan satu tempat wisata juga nggak? Cerita di kolom komentar ya.
Get notifications from this blog
Bagus banget namanya, Gentala Arasy, artinya juga bagus banget, suara selaras yang memancar ke langit 😍
ReplyDeleteIya mbak, bangga deh Jambi ada bangunan yang ikonik ini.
DeleteSenang banget pastinya ya, kak. Karena tempat tinggal ada tempat wisata sejarah yang keren gini. Jadi tertarik buat ubek-ubek Bekasi sambil nyari tempat wisata edukasi yang asik. Btw, aku ngikik pas bagian minjem gitar sama pengamen, huhuhu ditemani jagung bakar pula.
ReplyDeleteHahaha itu masa lalu yang gimana gitu.
DeleteBanyak dibangun jembatan keren ya skrg ini.. hampir merata di seluruh provinsi..sy tuh takjub kalau lihat jembatan yg mengubungkan daratan baik ditengah laut maupun sungai...kebayang waktu bikinnya pasti penuh perjuangan karena pasti kena angin , arus, ombak..dan kalau sdh jadi bisa bermanfaat buat penyebrangan orang bnyk..keren bngt..jmn sy kecil cuma pernah liat jembatan Ampera Palembang aja kak..itupun udah ga berfungsi lagi naik turun jembatannya hehe..
ReplyDeleteIyaaa salut nih untuk arsitek dan seluruh pekerjanya.
DeletePernah kesini bareng kawan, sekarang beliau sudah berpulang....
ReplyDeletepaling suka ke seberang jalan kaki, baliknya naik ketek
djangki.wordpress.com
Bener mas. Soalnya mayan juga itu setengah km. Mana anak minta gendong. Double pegel. Hahaha
DeleteWkwkwkw...pegelnya kombo...
DeleteKayaknya saya tergolong jarang ke gentala, kalo siang panas, kalo malam paling beli es tebu di ancol
djangki.wordpress.com
Jambi memang pesat banget kemajuannya kak. Bahkan saat 2009 ada seorang teman yang ngomong "saya kalo mau buka usaha akan menargetkan Jambi, bakal bagus banget kemajuannya"
ReplyDeleteDan sekarang akhirnya tau kalo lagi ngembangin radio di sana.
Gentala Arasy. Suatu saat saya akan ke sana.. Aamiin
Iya mbak Alhamdulillah. Kalau dulu mupeng sama kota lain yang ada franschise makanan enak. Sekarang di kota Jambi serba ada. 😁
DeleteDak nyangko nian kalau Gentala Arasy ternyata jadi saksi bisu " Meeting Keuangan " mami papinya Mukhlas dizaman dulu.#Nostalgia nih yeee...hahaha.🙏🙏🙏😆😆😆😊😊😂
ReplyDeleteNah itu lah kando, akan selalu terkenang. Hahahai
DeleteGentala Arasy ini indah banget ya kak, biaya masuk ke museumnya pun super duper murah. Andai banyak museum yang dibuka buat wisata edukasi begini ya kak
ReplyDeleteDi Jambi ada tiga museum semua tiket masuknya murah meriah emang mbak :D. Lain kali saya tulis ulasan dua museum lainnya ya
DeleteBagus bangetttt namanya Gentala Arasy. Saya malah kepikiran ini bagus banget buat nama anak. Hihihi
ReplyDeleteBener juga ya. Tapi saya belum pernah dengar nih nama anak orang Jambi "Gentala Arasy" :D
DeleteJadi Gentala Arasy ini punya kesan tersendiri bagi Mbak Enny ya. Desain jembatan beberapa tahun belakangan memang kerap dibuat dengan lampu-lampu, pasalnya jembatan sekarang justru jadi tempat tongkrongan terutama bagi yang muda-muda
ReplyDeleteIya tempatnya enak buat ngedate sekaligus menggalau
DeleteWoww ada sejarahnya ya ternyata Gentala Arsy ini, tempat ngobrolnya mama dan baba yaa, hehe... makasih mbak, jadi tau tentang menara dan jembatan pedestrian Gentala Arasy ini. Meski udah bolak-balik lewat Jambi tp malah belum pernah lewat jembatan ini.
ReplyDeleteAyo mbak mampir ke Gentala Arasy kalau ke Jambi lagi :D
DeleteAku belum pernah ke Jambi tapi membaca artikel ini membawa aku melayang ke jambi lho... Untung ya pembangunan pesat, jadi dari satu tempat ke tempat lain tidak lagi harus menggunakan jalur memutar
ReplyDeleteNah iya mbak, dengan adanya jembatan ini pun kecamatan sebrang kota Jambi sebagai sentra batik jadi lebih ramai :D
Deletewah serunya jalan-jalan ke jambi. lagi pandemi begini liatin postingan jalan-jalan orang-orang sudah ikutan seneng, haha, berasa ada di sana juga. makasih sharingnya mba
ReplyDeleteJembatan ini aman dan nyaman berarti ya, Mbak. Saya paling suka nih tempat jalan yang tetep ngasih privasi kalo lagi jalan sendiri. Tempat wisata berkesan buat saya di Candi Prambanan Magelang dan Museum Antonio Blanco di Ubud 😁
ReplyDeleteitu serius harga tiket masuknya segitu, kok murah sekali badahal tempatnya sangat bagus dan bersejarah tempatnya
ReplyDeleteMasya Allah cakep bener sih tempatnya
ReplyDeleteBelum pernah ke Jambi sih, jadi mulai mempertimbangkan liburan ke Jambi nih kalau tempatnya cakep gini
Aku pwngen megang al-quran besarnya.
ReplyDeleteSerem aku Mbak baca bagian galaunya tapi pergi sendirian di atas sungai gitu. Alhamdulillah sekarang udah gak galau lagi ya.
Kenanganku di tempat wisata yang selalu terkesan adalah, "digigit kuda" hikz hikz...
aku kira jembatannya lebar, mayan juga ya kalo joging bolak balik di jembatan ini
ReplyDeletengeliat fotonya, dari suasananya kalo males dengan lampu lampu cantik seperti itu, trus duduk duduk aja di tepian sungai, udah hepi banget ya rasanya
Salfok sama jembatan. Indah banget di liat pas matahari terbenam gitu. Suami aku suka banget ke tempat wisata bersejarah kaya gini.
ReplyDelete