7 Topik yang Wajib Dibahas Sebelum Menikah
Perasaan cinta juga sering menutup mata kita akan hal-hal yang seharusnya dilihat dengan logika dan dipikir panjang sebelum diputuskan. Seringkali juga ada yang terjebak dalam hubungan yang tidak tahu arahnya kemana.
Misalnya hanya karena kita sudah pacaran bertahun-tahun lamanya, akhirnya mengabaikan bahwa pasangan belum bisa mencukupi kebutuhan pribadinya. Setelah menikah, kebutuhan bertambah, akhirnya malah jadi sumber masalah. Padahal penting banget punya calon suami/istri yang produktif sesuai keahliannya. Bisa baca lebih lanjut di artikel blog mbak Ica tentang cara menjadi produktif.
Kembali pada topik keuangan, penting banget lho membahas topik yang penting dan krusial bersama pasangan sebelum menikah. Jangan cuma fokus pada perasaan, sayang-sayangan, atau pun perhatian-perhatian kecil. Itu perlu juga sih, tapi jangan sampai malah lupa sama pembahasan yang lebih penting.
7 Topik yang Wajib Dibahas Sebelum Menikah
1. Tujuan Menikah
Ibaratnya naik kapal, kalau nakhoda dan awak kapalnya berbeda tujuan tentu bisa berantem. Ketika badai datang, bukannya kerja sama biar kapal nggak hancur diterjang ombak, yang ada malah sibuk menyelamatkan diri sendiri.
Begitu juga menikah, menyamakan tujuan dan visi pernikahan itu penting banget. Jadi ketika diterpa ujian, keduanya tetap berusaha melindungi satu sama lain agar bisa bertahan. Kalau dari awal menikah cuma buat status, faktor umur, atau hanya karena sudah pacaran lama, tapi visinya nggak kuat, ketika ada masalah, bisa jadi satunya mudah menyerah, toh tujuannya ternyata nggak sama.
Misalnya ada orang yang tujuan menikahnya buat dapat keturunan. Apakah keduanya sepakat? Kalau ternyata itu hanya tujuan suami, ketika istri sulit mengandung, yang ada dengan mudahnya dia meninggalkan, karena dia menganggap istri yang sekarang nggak bisa mencapai tujuannya.
Jadi jangan sampai naik kapal bersama orang yang tujuannya nggak sama ya.
2. Agama
Bukan cuma soal seiman, tapi bagaimana standar dan value yang dipegang masing-masing dalam memandang ajaran agamanya. Meski agamanya sama, bisa jadi pandangannya berbeda. Samakan dulu prinsip terhadap ibadah wajib, lalu sunnah. Kalau bedanya jauh dan jomplang, nanti malah jadi pemicu keributan lho.
Namun yang perlu diingat, bahwa pasangan adalah cerminan diri kita. Kalau memang mau yang sholeh banget, ya kita harus jadi sholehah, begitu sebaliknya.
Jujur dan terbuka itu juga penting. Jangan buat pencitraan diri seolah-olah kita adalah orang sholeh/sholehah banget. Tapi setelah menikah, terlihat lah aslinya dan pasangan merasa seolah ditipu mentah-mentah.
Misal, dulu sebelum menikah saya tanya ke calon suami waktu itu gimana solatnya? Bisa ngaji atau nggak? Terus topik-topik lainnya. Syukurnya kami berdua mencoba untuk sejujur mungkin. Jadi ketika sudah menikah kita nggak merasa bahwa masing-masing dulu hanya pencitraan demi memikat lawan jenis.
Namun perlu diperhatikan juga hal-hal prinsip ya. Kalau mau calon suami/istri yang misalnya rajin sholat, carilah yang memang seperti itu dari awal. Jangan sampai kamu merasa "ah nanti dia pasti berubah kalau sudah nikah, pasti jadi rajin ibadah".
Padahal belum tentu. Apalagi soal ibadah ini, kaitannya dengan keimanan individu terhadap Tuhan. Jangan merasa pasti bisa mengubah seseorang. Memotivasi tentu boleh, cuma keinginan berubah balik lagi kepada individunya masing-masing.
3. Keuangan
Wah, ini sih super penting. Jangan memutuskan menikah dulu kalau belum bahas soal keuangan sama calon suami/istri. Karena menurut data, faktor perceraian nomor 2 terbesar di Indonesia adalah faktor ekonomi, dengan 110.909 kasus (sumber: databoks.katadata.co.id tahun 2018).
Apa saja sih yang perlu bahas? Tentu penghasilan masing-masing terutama calon suami sebagai kepala keluarga. Terus apakah dia punya tanggungan (ngasih ortu perbulan, bantu sekolah adik, dll), hobi dia apa? (apakah hobinya menghabiskan banyak uang/nggak?), apa dia punya cicilan? Kalau iya apakah cicilan produktif atau konsumtif? Apakah dia punya tabungan, asuransi, dan investasi?
Baca juga : Tips Membahas Keuangan Dengan Calon Suami
Dari sana, kita bisa menyesuaikan dengan standar hidup kita. Ibaratnya gini kalau sebagai perempuan, dengan penghasilan dan tanggungan yang dia miliki dari sebelum menikah, apakah sisanya masih cukup untuk membiayai istri dan kelak nanti punya anak? Perkirakan sendiri dengan standar hidup kamu.
Misalnya biasa makan tiga kali sehari lauk daging, ayam, ikan, telur, dll. Apakah nanti setelah menjadi tanggungan suami bisa sama seperti itu? Jadi upgrade atau malah downgrade?
Mari kita lebih realistis. Apa lagi yang sifatnya kebutuhan pokok ya. Dulu saya tahu calon suami saya harus ngirim ortunya perbulan, dia punya cicilan, setelah itu saya hitung-hitung untuk kebutuhan pokok setelah menikah masih cukup dengan standar yang nggak beda jauh dengan yang sudah saya jalani selama masih sama ortu.
Untuk keperluan lainnya yang bersifat tersier gimana? Karena saya juga kerja, maka saya merasa untuk kebutuhan yang sifatnya bersenang-senang, bisa pakai penghasilan saya. Saya juga bukan tipe yang kaku, setelah menikah nggak segan saya pakai gaji saya untuk kebutuhan rumah tangga. Asalkan suami juga tetap bertanggung jawab dengan kewajiban utamanya.
Please, jangan atas demi cinta kamu bilang rela mau makan tempe tahu aja setiap hari asal bisa nikah sama do'i. Kalau memang benar-benar sanggup , ya silahkan. Tapi ingat, pernikahan untuk selamanya pastikan kamu bisa nyaman minimal untuk hidup sesuai dengan standar yang sudah diberikan ortumu dari kecil sampai dewasa.
Nggak cuma sampai disitu ya, jangan lupa untuk membahas biaya sebelum dan sesudah menikah. Sebelum artinya biaya persiapan akad dan resepsi. Kemudian membahas siapa yang memegang uang setelah menikah? Istri masih boleh bekerja atau nggak? Kebiasaan keluarga tentang uang (saat hajatan, ulang tahun, ada yang sakit, dll).
Semuanya harus jelas dibicarakan sebelum menikah untuk meminimalisir konflik ekonomi. Sesuaikan juga dengan standar kamu ya. Misalnya bagi saya yang penting penghasilannya cukup, dia orang yang bertanggung jawab, terbuka, dan mau berdiskusi. Saat itu bahkan suami saya nggak punya aset, nggak punya investasi juga. Jadi nggak harus sempurna, kekurangannya bisa kita perbaiki bersama setelah menikah.
4. Karakter Keluarga
Familiar dengan konflik mertua yang suka ikut campur urusan rumah tangga anak dan mantunya? Membandingkan menantu satu dengan menantu lainnya? Atau ipar yang suka komentarin kehidupan rumah tangga saudaranya? Atau orang tua yang terlalu memanjakan anaknya sehingga suami/istri nggak bisa mandiri?
Saya dulu nggak mau banget dapat yang kayak gitu, nggak mau hidup kayak sinetron Indosari atau cerita di cermin lelaki. Namun nggak dipungkuri bahwa ketika menikah kita bukan hanya terikat pada pasangan tapi juga keluarganya. Jadi pembahasan karakter keluarga ini penting banget sebelum menikah.
Ceritakan dengan jujur bagaimana karakter orang tua kita, saudara kandung kita, dan karakter keluarga besar. Apakah selama ini jika ada konflik kalian terbiasa menyelasaikan secara pribadi, atau hanya bersama keluarga inti, atau keluarga besar? Belum lagi tergantung suku/adat masing-masing kan.
Tentu sifat manusia itu ada dua sisi, ada baiknya ada buruknya. Kalau sekiranya kekurangannya nggak menganggu banget, tentu masih bisa dipertimbangkan. Misal camer bawel, tapi sebatas hal-hal kecil layaknya ortu ke anak ya diwajarin aja, jangan langsung sensi.
Tapi kalau toxic, misal pas kamu mengenalkan diri sudah dikomentarin nggak enak, dibandingkan dengan mantunya yang sudah ada lebih dahulu, atau yang menurut kamu sangat menyakitkan, ya pikir-pikir lagi.
Konflik keluarga ini sebenarnya juga bisa diminimalisir dengan tinggal berjauhan. Tapi balik lagi, apakah pasangan kamu orang yang tegas, dan mampu secara finansial? Kan ada juga tuh yang sebenarnya nggak tahan tinggal sama mertua tapi ya ngontrak juga belum mampu. Alhasil harus menahan sakit hati setiap hari. Ada juga yang mampu tapi ortunya bersikeras jangan pisah rumah karena takut jauh dari cucu.
Selalu masukkan dalam daftar do'a untuk menemukan jodoh yang baik dan keluarganya juga baik.
5. Keturunan
Punya anak bisa jadi impian setiap pasangan suami istri. Masalahnya keturunan ini adalah hak sang Maha Pencipta. Jadi penting banget dibahas dari awal. Misalnya apakah setelah menikah mau langsung berusaha punya anak, atau ditunda dulu? Kalau langsung bagaimana persiapan secara mental dan finansial? Ini ngerawat anak manusia lho soalnya.
Begitu pula dengan kemungkinan buruk seperti kalau belum diberikan keturunan dalam waktu yang lama gimana? Maukah suami istri periksa dan saling support? Soalnya ada suami yang egonya tinggi menganggap istrinya yang mandul, padahal bisa jadi spermanya yang bermasalah.
Bagaimana nanti kalian berdua saling support jika menghadapi pertanyaan "udah hamil belum?" dari keluarga dan kerabat. Bisakah kalian berdua terus berusaha membahagiakan satu sama lain sekalipun ditakdirkan nggak punya anak?
Kejauhan mikirnya? Ya kan nikah memang buat sekali seumur hidup. Kita harus membicarakan kemungkinan terburuk dengan persiapan yang terbaik.
6. Kondisi Kesehatan Fisik dan Mental
Menikah artinya kita siap akan kondisi sehat dan sakit pasangan. Kalau sebelum menikah sudah punya penyakit bawaan apakah pasangan mau menerima dan memberikan semangat, serta merawatnya? Ceritakan juga sakit yang berkaitan dengan mental. Seperti trauma masa kecil yang belum sembuh.
Dengan jujur tentang kondisi kita, akan memberikan bayangan yang semakin jelas kehidupan kita bersama pasangan nanti.
7. Kelebihan dan Kekurangan Masing-Masing
Seperti yang sudah saya tulis di atas, jangan membuat pencitraan diri hanya untuk memikat hati si dia agar mau menikah. Lebih baik jadi diri sendiri, apa adanya. Banggakan kelebihan kamu, dan sampaikan juga kekurangannya.
Bagi saya ganteng/cantik, baik/buruk, mapan/belum mapan, penilaiannya masing-masing bisa berbeda. Semua tergantung selera dan kecocokan.
Kalau memang punya kekurangan jangan terlalu minder, karena manusia pasti juga punya kelebihan. Misal saya dulu jujur aja nggak jago masak, bukan tipe perempuan rajin berbenah. Saya lebih suka kerja, karena didikan ortu pun dari dulu saya harus rajin belajar agar nilainya bisa dipakai modal cari kerja.
Jadi kalau nyari tipe wanita yang siap melayani suami dari ujung kaki sampai ujung rambut, nyiapin makan, minum, baju, rumah rapi, anak wangi, saya langsung bilang di awal kalau saya nggak bisa. Saya maunya pasangan yang bisa berbagi tugas. Karena saya juga kerja, ya berarti suami juga harus membantu urusan rumah.
Ternyata suami saya orangnya santai, nggak perlu segala sesuatu dilayanin banget. Jadi ya ketemu kan cocoknya. Tapi perempuan yang memang sigap melayani segala hal urusan rumah dan anak, jadi suami tinggal nyari uang dan tahu beres aja juga ada lho. Jadi ya balik lagi ke sifat dan karakter masing-masing.
Sekali lagi juga saya mengingatkan jangan coba-coba merasa bisa mengubah sifat pasangan. Kalau dia dari sebelum menikah aja pas marah bisa main tangan, setelah menikah belum tentu berubah.
Jadi benar-benar ketahui kelebihan dan kekurangan calon suami/istri sebelum memutuskan untuk menikah.
***
Itulah 7 Topik yang Wajib Dibahas Sebelum Menikah, semoga bermanfaat untuk teman-teman yang memang sedang berkeinginan menuju ke pernikahan, jenjang serius yang diharapkan satu kali seumur hidup.
Dengan membahas topik di atas, diharapkan kita bisa mengenal orang yang akan menjadi partner hidup kita dan bisa meminimalisir konflik kedepannya.
Semoga bermanfaat.
Get notifications from this blog
Nah, penting nih dibaca buat yg mo nikah. Tahu kan setelah menikah banyak banget hal baru yg butuh penyesuaian2. Setidaknya jika diawal sudah ada pemikiran kek gini kedepannya lebih mudah.
ReplyDeleteSip mb.
Wow ini yang lagi aku cari, agar tidak salah menikah. memang sebelum meningkah kita harus tau visi dan misi menikah dan lain-lainnya. karena agar tidak menyesal setelah menikah, karena setelah menikahmasih banyak hal-hal yang harus di lalui nanti
ReplyDeleteBener kak. Mesti dibicarakan agar nantinya gak merasa tertipu. Apalagi ketujuh bahasan itu agak sensitif ya kak.
ReplyDeleteMemang ya untuk pernikahan itu butuh banyak pertimbangan.. nggak hanya kita tetapi juga mereka harus siap semua... Artikel ini bagus banget jadi panduan
ReplyDeleteMba Enni.. saya ama suami dl ga sempet bahas keuangan hihi... jdnya ngobrolin uang itu pas udah married, btw seru ya kehidupan berumah tangga, benar2 jd dewasa itu setelah menikah deh rasanya
ReplyDeleteIni bener nih, penting banget terutama masalah kesehatan. Jangan sampai kita ga tau apa-apa terus ketularan penyakit. Sama pandangan politik juga sebisa mungkin dijabarin ya, kak. Biar sama-sama adem gitu. Mengingat kalau udah beda pilihan bisa ada yang sampe berantem
ReplyDeletekalau dulu saya ta'aruf hal ini kudu ada di biodata, jadi enak tinggal baca aja deh gimana si calon. cara tau itu bener apa enggak ya harus lanjut ke tahap berikutnya ketemu sama ortunya, kepoin temen-temen dan tetangganya. cari tau bener2 isi dari biodatanya. kalau bener semua ya lanjut. yang paling penting satu visi dan misi sih, biar pas nikah gak berantem bae karena beda visi dan misi itu tadi haha. anyway, thanks infonyaa
ReplyDeleteIni wajib dibaca anak - anak muda yang sudah pengin nikah dan akan nikah. Karena ingin menikah berbeda dengan siap menikah. Kata Abraham Maslow, pernikahan adalah realita kehidupan yang sebenarnya. Sudah siap? 😁
ReplyDeleteAda sebagian pria yang tidak mau ketika diajak bicara soal keuangan. dan kebanyakan wanita juga merasa gak enak diri buat bicarain hal tersebut, sebab tidak sedikit yang akhirnya memilih mundur karena menganggap matre yang memulai membicarakan keuangan duluan. Padahal mah itu sangat penting ya,
ReplyDeleteBanyak memang yang perlu dibahas sebelum menikah ya Mbak, cuma 7 poin ini yang sangat krusial. Nah, kalau sudah dibicarakan, mau gak mau ke depan harus berkomitmen untuk saling menjaga dan memperbaiki diri
ReplyDeleteSetuju banget itu, kak. Harus saling terbuka visi misi dan latar belakang sejak sebelum nikah. Biar gak jadi masalah saat udah nikah
ReplyDeletePenting banget ya membecarakan segala sesuatu sblm menikah jng sampai beli kucing dlm karung hehe
ReplyDeleteterima kasih tipsnya mba, bermanfaat banget nih buat yang mau nikah
ReplyDeletejadi tahu tujuan ke depan mau dibawa ke mana keluarga yang dibangun