Menjual Aset Pertama
Update: Tanahnya sudah terjual.
Ada rasa haru mengingat kondisi finansial saya setelah menikah. Meski penghasilan double dari saya dan suami, pengeluaran tentu lebih banyak dibanding sewaktu kami masih single dulu.
Mungkin karena perlu adaptasi juga ya, susah banget rasanya mengatur keuangan waktu itu. Gaji udah kayak mantan gebetan yang PHP, mampirnya cuma sebentar terus pergi lagi.
Tapi saya nggak mau nyerah, saya banyak belajar tentang pengaturan keuangan keluarga dari baca buku atau nonton video di Youtube. Kalau ada kelas online juga saya ikuti.
Sambil saya mengasah kemampuan, apa lagi yang sekiranya bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah. Alhamdulillah setelah ditekuni ternyata saya bisa menghasilkan uang dari blog dan media sosial.
Baru setelah anak kami lahir saya mulai dapat ritme yang sesuai untuk mengatur pengeluaran dan menambah pemasukan.
Alhamdulillahnya juga saya dapat tawaran pinjaman dari ortu untuk membeli aset berupa tanah. Jadi kami cicil ke papa saya tentunya tanpa bunga dan bisa cicil suka-suka, hihihi.
Perubahan Rencana
Dalam waktu kurang lebih dua tahun saya berhasil melunasi aset pertama kami ini kepada ortu saya. Waktu itu memang diniatkan tanah ini untuk bangun hunian kami karena sebelumnya masih tinggal di rumah dinas.
Namun setelah tanya-tanya ke teman-teman yang sudah duluan bangun rumah dengan luas tanah yang kurang lebih sama dengan tanah kami, ternyata mahal banget.
Rata-rata habis diangka 400jutaan. Aduuuh ngebayanginnnya aja saya udah pening dan berkunang-kunang.
Memang sih bangun rumah itu kan nggak harus sekali jadi tapi bisa dicicil-cicil dulu mulai dari beli bahannya sampai pembangunannya.
Tapi tetap aja hitungan saya butuh waktu yang lama lagi untuk memenuhi semua itu. Padahal saya sudah pengen banget punya rumah sendiri.
Bahkan saya sempat mewek baper mikirin kapan bisa punya hunian sendiri, yang lebih besar sehingga ketika ada keluarga dan kerabat datang bisa pula menginap di tempat kami.
Akhirnya tercetus pikiran kenapa nggak cari rumah second aja? atau mungkin rumah di perumahan?
Saya utarakan itu ke suami, lalu kami berdiskusi dan akhirnya suami setuju dan mulai mencari rekomendasi rumah yang cocok di daerah tempat tinggal kami.
Setelah beberapa minggu mencari Alhamdulillah ketemu yang sesuai, meskipun desainnya desain lama, nggak masalah bagi saya yang penting kondisinya bagus.
Bulan Juli 2020 lalu, saya dan suami akhirnya bisa tinggal di hunian kami sendiri.
Cerita lengkapnya sudah saya tuliskan di "Pengalaman Membeli Rumah Second" ya.
Memutuskan Untuk Menjual Tanah
Nah, tanah yang awalnya diniatkan untuk bangun rumah tentu saya batalkan. Lalu saya dan suami sepakat untuk menjual tanah tersebut. Hasilnya bisa untuk percepatan pelunasan rumah yang sekarang.
Nggak buru-buru juga sih jualnya tapi nggak ada salahnya saya promosikan dari sekarang, karena memang menjual properti juga nggak mudah kan.
Kalau aja mungkin ada pembaca saya orang Jambi yang tertarik dengan tanah ini.
Dijual Tanah di Tebo Tengah, Jambi.
- Tanah bersih dan rata✔️
- Ada sertifikat✔️
- Lokasi strategis✔️
- Cocok untuk bangun hunian atau investasi✔️
- Masih bisa nego✔️
Info lengkap bisa klik disini
Semoga nanti bertemu dengan pemilik baru yang sesuai.
Kedepannya saya berharap rumah yang kami tempati bukan cuma sekedari tempat berteduh namun ada kedamaian dan kebahagian di dalamnya.
Apakah ada teman-teman yang punya pengalaman menjual aset tanah? Bisa kasih saya tips agar cepat terjual di kolom komentar, ya.
Get notifications from this blog
Wah, semangat Mbak. Bisa kebayang betapa bapernya pingin punya rumah sendiri. Saya pun sempat merasakan itu saat 3-4 tahun menjadi kontraktor (pengontrak rumah). Mudah-mudahan segera terealisasi impiannya.
ReplyDeleteSebenarnya kalau saya sih tidak bisa menyebut "rumah second" karena berbeda dengan benda elektronik, rumah tidak mengalami penurunan harga dan bahkan cenderung naik terus harganya. Biasanya juga rumah second sudah mengalami renovasi dan kadang bahkan lebih baik dari rumah aslinya.
Mungkin second dalam hal ini karena sudah pernah ditempat orang lain yah. Tapi kalau karakternya berbeda sekali dengan barang elektronik
Wah, kalau dijadiin lahan pertanian ga bisa ya mba,
ReplyDeleteJadi tambah pengetahuan buat aku yang masih jomblo hehe
ReplyDeleteWah, saya jadi baper. Setua ini, saya belum berpengalaman beli dan jual tanah/rumah. Duuuh. Heu heu heu ...
ReplyDeletewah mantap, asset bisa jadi investasi masa depan jika suatu hari nanti ada kebutuhan mendadak. bisa jadi pelajaran ini
ReplyDelete