Suami Takut Istri?
Pasti nggak asing ya sama kalimat judul di atas? Apa lagi sampai ada lagunya lho. Terus biasanya ini juga jadi jokes di kalangan bapak-bapak.
Sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan suami takut istri? Hal seperti apa yang dilakukan oleh para istri sehingga para suami kemudian mendapatkan julukan seperti itu yang seringkali dikonotasikan sebagai bahan ledekan.
Persepsi Tentang Suami yang Takut Istri
Saya pernah tanya sama teman cowok, biasanya kenapa kalau lelaki itu disebut "suami takut istri?" dia jawab biasanya kalau pas lagi nongkrong disuruh pulang cepat atau malah nggak boleh nongkrong sama sekali.
Ada juga yang bilang ketika segala sesuatu di dalam rumah tangganya diatur oleh Istri, padahal suami seharusnya yang bertindak sebagai pemimpin dan pengambil keputusan.
Kemudian ada juga tipikal yang dibilang suami takut istri itu kalau pas di luar dia tebar pesona kesana kemari lagaknya Don Juan. Tapi pas dekat istrinya langsung menciut.
Asumsi Orang yang Nggak Sesuai Dengan Realitanya
Kalau sudah muncul persepsi "suami takut istri" begitu, biasanya yang imagenya jadi jelek ya istrinya. Dibilang galak lah, atau dibilang sok ngatur.
*tarik napas*
Padahal memang bisa jadi suami dilarang nongkrong karena istri butuh bantuan. Baru melahirkan atau punya anak balita, nggak ada anggota keluarga lain yang bisa bantuin, ya wajar marah kalau pas pulang kerja suami malah mau pergi nongkrong.
Kalau suami beralasan butuh "me time" atau "refreshing" bareng teman-temannya, apakah istri juga sudah diberikan waktunya sendiri? Wajar kesal kalau suami bilang butuh me time tapi istrinya istirahat aja susah karena berkutat dengan urusan rumah tangga.
Terus kalau pas lagi nongkrong disuruh pulang cepat ya mungkin istri kangen, anak rewel, atau ada hal yang perlu diurus di rumah.
Memang orang-orang mah cuma bisa komen dan ngeledek yaaa, padahal nggak tahu kisah sebenarnya.
Pengalaman Nggak Enak Tentang "Suami Takut Istri"
Namanya hidup ada aja ya orang yang seenaknya komentar. Jadi, saya pernah dengar kalau suami saya itu dibilang suami yang takut istri.
Awalnya saya kaget dong, lantas instropeksi diri memangnya apa yang saya lakukan sampai dia dibilang begitu?
Saya bahkan ajak suami untuk diskusi. Usut punya usut, ternyata suami dibilang begitu karena katanya jam main suami berkurang sejak menikah.
Sebenarnya wajar aja kan, karena waktu itu beberapa bulan setelah menikah Alhamdulillah saya langsung hamil dan pindah ikut suami. Di tempat ini, saya nggak ada keluarga dan sahabat.
Jadi satu-satunya anggota keluarga dan teman saya ya suami. Bayangkan di masa sulit harus beradaptasi dengan lingkungan dan juga kondisi berbadan dua tentu saya butuh sosok suami.
Begitu juga pas punya anak, namanya anak pertama banyak hal yang saya belum tahu, dan tentu saya butuh dukungan dari suami untuk selalu disamping saya.
Apakah suami saya keberatan? Nggak sama sekali. Tentu dia tahu itu resikonya ketika sudah menikah. Jam bujangannya akan berkurang. Dia juga santai aja tuh bantuin saya ngurusin anak.
Memang ada berantem soal pembagian waktu, tapi ya namanya berumah tangga, berantem gitu sama kayak bumbu kacang dalam pecel nggak sih? *ah, jadi laper*.
Kemudian dari sebelum menikah, saya sudah tanya ke suami apakah tipe yang mau bantuin kerjain istri? Dia jawab iya, karena dia juga biasa lihat bapaknya bantu ibunya.
Apa lagi saya juga kerja kan, jadi sekedar bantu ngejemur pakaian atau bantu belanja ke pasar, suami saya mau-mau aja. Karena saya sendiri juga membantu perekonomian keluarga. Jadi kami merasa ya harus saling mengisi.
Tapi nggak disangka-sangka, ternyata itu penyebab sama beberapa orang suami saya dibilang suami yang takut istri.
Parahnya lagi nih ya, waktu mertua saya datang dan menginap di sini ada sesosok oknum datengin ibu mertua saya. Dia malah ngadu ke ibu mertua, kalau suami saya takut sama saya hanya karena persoalan di atas tadi.
Saya tahu darimana?
Suami yang cerita, dia diceritain ibunya. Kejadiannya sudah lama karena ibu mertua dan suami sepakat mau jaga perasaan saya sampai baru-baru ini ada momen yang bikin suami akhirnya cerita.
Aduuuh itu saya emosi banget karena nggak habis pikir, oknum itu sampai datengin ibu mertua dan ngomong begitu. Maksudnya apa coba? Biar saya ditegur? Dimarahin?
Sayangnya yang dia lakuin sia-sia karena justru ibu mertua jaga perasaan saya. Karena saya yakin beliau bisa melihat sendiri bagaimana sikap saya dengan suami, anak, dan terhadap beliau.
Kalau masalah suami bantuin kerjaan rumah, lah orang bapak sama ibu mertua saya aja biasa di dapur bareng-bareng. Bapak bersihin ayam, ibu nyiapin bumbu. Kalau ibu kesusahan giling cabe, bapak yang ngulekin.
Jadi di keluarga saya seorang suami bantuin istri untuk urusan dapur atau urusan anak, itu sudah biasa banget.
Eh yang bukan siapa-siapa malah sibuk pengen adu domba.
Ada ya orang begitu, ckckckc. Nggak habis pikir. Saya kasian, hidupnya nggak sebahagia apa?
Bisa jadi dia tumbuh dalam lingkungan yang patriarki, jadi begitu lihat orang lain yang suaminya bisa bantuin istri dia malah kepanasan sendiri.
Pentingnya Komunikasi yang Baik Antar Suami-Istri
Agar nggak terjadi drama suami dilarang punya waktu sendiri, atau beranggapan pasangan terlalu mengatur, yang diperlukan adalah komunikasi yang baik antar suami istri.
Misalnya saya dulu memang minta suami ngurangin jam mainnya saat anak kami masih kecil, kalau sekarang dia mau main kapan aja boleh kok. Soalnya anak saya sudah bisa diajak komunikasi dengan baik. Berbeda ketika bayi saat anak rewel, saya susah menebak apa maunya.
Bahkan akhir-akhir ini pernah suami ngajak saya jalan bareng temennya, saya bilang nggak mau karena ya kalian butuh ngumpul tanpa ada istri kan? Sok aja, silahkan asal jelas kemana dan ngapain.
Begitu juga dengan saya, dia sudah paham kalau saya butuh me time, atau mau pergi sama teman tanpa bawa anak.
Jadi sebaiknya suami istri punya kesepakatan soal itu. Sehingga masing-masing tetap punya "jam main" namun juga nggak mengabaikan keluarga.
Kalau soal istri yang mengatur segalanya, itu juga harus disepakati berdua ya. Namun saya sendiri memang berprinsip istri itu yang memberikan saran, menyemangati, tapi keputusan tetap pada suami karena dia pemimpinnya.
Tapi suami juga jangan jadi semena-mena karena merasa pengambil keputusan, sebelum keputusan itu diambil ya harus dibicarakan dengan istri dan mempertimbangkan segala saran dari istri.
Drama dan pertengkaran dalam rumah tangga memang selalu ada kok. Tapi dengan komunikasi yang baik, semoga hal tersebut bisa diminimalisir.
Menyikapi Orang yang Suka Ngeledek Suami Takut Istri
Kalau cuma inside jokes untuk orang terdekat, okelah ya. Tapi kalau sampai melebar kemana-mana seperti pengalaman saya, rasanya itu sudah keterlaluan.
Sebagai suami, harusnya bisa meluruskan saat diledek seperti itu. Meski nggak harus cerita detail, kan bisa bilang "aku bukan takut istri, tapi menghargai istri".
Sebagai istri, kalau ada yang menganggap image kita jelek karena katanya suka ngatur suami, balikin lagi deh ke suami dan orang terdekat kita. Apa benar begitu? Kalau nggak, ya biarin aja deh tuh orang berkoar mau sampai mana juga.
Karena pada akhirnya kita nggak bisa menutup mulut banyak orang, tapi kita bisa ambil earphone dengerin musik kesukaan dan tetap makan enak pakai uang kita sendiri tanpa perduli omongan mereka.
Hanya saja disaat sudah kelewat batas, misalnya ada yang mengadu domba ke mertua/ortu kita lalu kita ditegur, kita wajib meluruskan agar nggak terjadi salah paham.
Nah, apakah kalian punya persepsi lainnya tentang istilah suami takut istri? Atau punya pengalaman kayak saya juga? Cerita di kolom komentar, ya.
Get notifications from this blog