Polusi dan Perubahan Iklim, Kenali Dampaknya, Kurangi Penyebabnya, Sebarluaskan Informasinya
"Enak ya di sini udaranya bersih, segar, dan sejuk"
Itu ucapan teman saya waktu berkunjung ke tempat tinggal saya di salah satu Kabupaten di Provinsi Jambi. Wajar sih, karena memang disini daerah kecil, arus transportasi nggak sepadat di perkotaan.
Meskipun begitu, Jambi pernah juga lho mengalami kabut asap yang cukup parah khususnya pada tahun 2019. Waktu itu berasa kayak di dunia lain, karena pekatnya kabut. Ketika keluar rumah jarak pandang hanya 50-300 meter.
dok. bang husin |
Bencana kabut asap itu disebabkan kebakaran hutan dan lahan gambut yang mana sifatnya mudah terbakar saat musim kemarau namun juga sulit dipadamkan.
Untunglah kejadian tersebut sudah berlalu.
Seharusnya udara bersih menjadi hak setiap orang dimanapun ia berada. Bukan cuma milik mereka yang tinggal di daerah kecil, di perdesaan yang jauh dengan keramaian dan hiruk pikuk perkotaan.
Namun harus diakui, semakin banyak aktivitas manusia yang bergantung kepada segala macam alat elektronik, bahan bakar, listrik, air, pembabatan lahan, dan lain sebagainya tentu menjadi andil dari perubahan iklim.
Sebelum mengenal lebih jauh penyebab perubahan iklim, saya mau menjelaskan sedikit tentang perbedaan cuaca dan iklim.
Menurut meteorologi (ilmu yang mengkaji peristiwa cuaca), cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu pada jangka waktu yang singkat. Misalnya pada waktu pagi hari, siang hari, sore hari, keadaan cuaca bisa berbeda-beda untuk berbagai daerah dan waktunya.
Sedangkan menurut ilmu yang membahas tentang iklim atau klimatologi, iklim meliputi keadaan pengukuran statistik rata-rata suhu, kelembapan, angin, tekanan atmosfer, curah hujan, dan cuaca dalam suatu wilayah tertentu dalam waktu lama.
Setiap wilayah memiliki iklim yang berbeda-beda, karena dipengaruhi letak astronomis dan kondisi topografinya. Contoh iklim ada iklim tropis, iklim subtropis, iklim sedang, dan iklim dingin.
Negara kita, Indonesia, termasuk negara yang memiliki iklim tropis karena berada di sekitar garis khatulistiwa atau terletak pada garis lintang 23,5° LU – 23,5° LS. Ciri-ciri iklim tropis yakni suhunya berkisar antara 20°C-30°C.
Tapi ngerasa nggak sih, kalau di beberapa daerah di Indonesia seperti di Surabaya, Lampung, Jakarta, Riau, itu suhunya bisa lebih dari 30°C. Bahkan saking panasnya, sering jadi becandaan warganet kalau cuaca yang panas banget ini bisa dipakai buat goreng telur.
Belum lagi polusi udara yang semakin menyelimuti langit dimana kita bernaung di bawahnya. Bagi mereka yang tinggal di kota besar, langit bersih yang cerah dengan awan putih atau langit malam penuh bintang, terasa bagaikan sesuatu yang istimewa karena biasanya tertutup oleh polusi udara.
Penyebab Perubahan Iklim
Perubahan iklim bisa diartikan sebagai perubahan yang signifikan dari unsur iklim dengan parameter suhu udara dan curah hujan dalam periode waktu puluhan hingga jutaan tahun.
Pemanasan global merupakan awal terjadinya perubahan iklim, dimana adanya peningkatan konsentrasi gas rumah kaca yang terdiri dari gas karbondioksida, metana, nitrogen, dan sebagainya. Sehingga membuat konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer semakin meningkat.
Terus apa dong faktor yang menyebabkan meningkatnya gas rumah kaca?
Diantaranya berasal dari polusi industrialisasi, seperti pabrik dan manufaktur yang menggunakan bahan bakar fosil untuk menghasilkan energi untuk membuat berbagai elemen kebutuhan kita seperti semen, besi, baja, elektronik, plastik, pakaian, dan sebagainya.
Pembakaran bahan bakar fosil lainnya yang banyak digunakan tentunya adalah kendaraan bermotor yang kita pakai sehari-hari. Bayangkan dalam satu keluarga saja ada yang memiliki lebih dari dua kendaraan bermotor. Jika dikalikan dengan seluruh penduduk Indonesia, penduduk dunia, tentu emisi atau gas buang yang dihasilkan semakin banyak.
Kemudian adanya penggundulan hutan untuk penggunaan lahan kebutuhan properti, pertanian, dan perkebunan sebagai aktivitas manusia. Belum lagi jika pembukaan lahannya menggunakan cara pembakaran.
Sebenarnya untuk yang ini nggak bisa dipungkiri ya, semakin bertambahnya jumlah populasi manusia tentu kebutuhan akan pangan, sandang, dan papan juga bertambah. Itulah kenapa pemerintah membuat regulasi untuk mengatur batas dan tata cara penggunaan lahan.
Hanya saja ulah oknum kadang hanya mementingkan potensi ekonomi tanpa memikirkan dampak lingkungan. Sehingga adanya penggundulan hutan besar-besaran tanpa diimbangi dengan tindakan untuk menanggulangi dampak yang akan datang.
Selanjutnya penggunaan gas chlorofluorocarbon (cfc) yang terdapat pada lemari pendingin dan pendingin ruangan juga menjadi penyebab meningkatnya efek gas rumah kaca.
Memang seperti paradoks, ketika banyak dari kita yang menggunakan pendingin ruangan karena perubahan iklim sehingga membuat suhu menjadi naik, sedangkan menggunakan alat tersebut secara berlebihan justru dapat merusak lapisan ozon.
Pada akhirnya semua pihak harus menyadari bahwa selimut polusi membuat bumi semakin panas dan menyebabkan perubahan iklim.
Dampak dari Perubahan Iklim
Peningkatan suhu dari waktu ke waktu tentu menimbulkan dampak yang bisa kita rasakan. Diantaranya adalah kenaikan tinggi air laut sehingga mengurangi wilayah pantai, meningkatnya suhu di beberapa daerah, terjadinya hujan ekstrim yang menyebabkan banjir dan tanah longsor.
Selain itu juga dapat menyebabkan meningkatkan wabah penyebaran penyakit. Masih jelas di benak kita tentang virus Covid-19 yang mengubah dan mengambil banyak hal dalam hidup kita pada dua tahun terakhir ini.
Virus Covid awalnya menumpang inang pada hewan (kelelawar). Namun karena hewan tersebut banyak kehilangan habitat tempat tinggalnya dan juga diburu untuk diperjualbelikan bahkan dikonsumsi, menyebabkan virus tersebut mencari inang baru yaitu pada tubuh manusia.
Bukan hanya pada manusia, perubahan iklim juga dapat menimbulkan berbagai penyakit pada tanaman, kekeringan yang panjang, dan mencairnya es di kutub.
Kalau ini terus berlanjut tentu makhluk hidup yang biasa hidup di daerah tersebut lama kelamaan akan punah karena nggak mampu beradaptasi dengan suhu yang terus meningkat.
Dampak perubahan iklim lainnya yang bisa kita rasakan adalah menurunnya kualitas dan kuantitas air. Padahal air adalah salah satu sumber kehidupan. Kalau beberapa jam saja air PDAM mati, kita sudah kelimpungan. Bagaimana kalau suatu hari nanti air menjadi barang langka atau harus ditebus dengan harga yang sangat mahal.
Beberapa Cara Untuk Menghadapi dan Membatasi Perubahan Iklim
Dari penjelasan di atas jadi tahu kan kalau penyebab perubahan iklim berasal dari aktivitas manusia dan dampak buruknya pun kita pula yang merasakan.
Tulisan ini ada juga mengajak untuk #MudaMudiBumi agar lebih menyadari betapa pentingnya isu lingkungan perubahan iklim.
Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk menghadapi dan membatasi perubahan iklim. Nggak usah mikir jauh-jauh harus punya kekuasaan dan jabatan dulu, tapi kita bisa mulai dari hal-hal kecil, sebagai berikut.
Mengurangi Penggunaan Bahan Bakar Fosil
Momentun naiknya harga BBM bisa kita jadikan juga untuk mulai membatasai penggunaan bahan bakar fosil dengan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.
Meskipun ini juga harus diimbangi dengan peran pemerintah menyediakan transportasi umum yang layak, nyaman, dan aman bagi penggunanya.
Kalau belum bisa naik kendaraan umum, bisa dengan menggunakan kendaraan pribadi bersamaan dengan anggota keluarga atau teman yang searah jadi bisa lebih hemat bahan bakar kan.
Kalau hal ini dilakukan banyak orang secara rutin dan berkala, pasti akan ada dampak besar yang baik #TeamUpForImpact.
Terapkan 3R dalam Kehidupan Sehari-hari
Reduce, Reuse, Recycle (3R) bisa kita lakukan dalam keseharian kita yang membantu menjaga lingkungan untuk membatasi perubahan iklim lho.
Reduce (mengurangi) pemakaian alat-alat elektronik sehingga bisa menghemat energi listrik. Selain itu kita juga bisa mengurangi kebiasaan belanja barang yang nggak dibutuhkan dan akhirnya hanya menumpuk di rumah.
Reuse (menggunakan kembali) produk yang dapat dipakai lebih dari sekali. Misalnya kantong plastik. Selain mengganti dengan kantong/tas kain, kantong plastik yang ada tetap bisa kita pakai secara berulang-ulang kok, sambil pelan-pelan benar-benar beralih dari plastik ke bahan yang lebih ramah lingkungan.
Saya belanja ke pasar masih bawa kantong kain dan kantong plastik. Sampai-sampai penjual di pasar senyum-senyum karena saya bawa kantong sendiri. Ya, karena disini masih terbiasa orang-orang belanja cukup bawa dompet, karena kantong plastik disediakan gratis dan nggak terbatas oleh penjualnya.
Recycle (mendaur ulang) barang-barang yang sudah nggak kita gunakan, tapi masih bisa bermanfaat dengan sedikit usaha. Misalnya membuat keset dari kain perca, bekas ember pecah jadi pot tanaman, cangkang telur dan kulit bawang merah jadi pupuk, dan masih banyak lagi.
Tips dan inspirasi mendaur ulang ini juga sudah banyak lho bertebaran di internet baik berupa artikel ataupun video. Jadi kita tinggal mengikuti saja. Walaupun ini memang butuh niat ya, karena sayapun ngerasain kayaknya lebih mudah membuang dibanding repot-repot mendaur ulang.
Nah, solusinya sekarang banyak bank sampah yang menampung barang-barang yang nggak kita pakai dan mereka yang mendaur ulangnya untuk menjadi produk bernilai guna dan bernilai jual.
Memanfaatkan Lahan Pekarangan Rumah
Meskipun nggak luas-luas amat, tapi perkarangan rumah bisa kita manfaatkan untuk menanam pohon atau tanaman yang memberikan kesan asri dan akarnya dapat membantu penyerapan air hujan.
Saya jadi ingat ketika belum punya rumah, salah satu rumah impian saya adalah yang halamannya ada pohon buah. Selain meneduhkan, buahnya bisa dipanen juga. Alhamdulillahnya kesampaian beli rumah yang pemilik lamanya sudah menanam pohon mangga dan pohon duku.
Kalau halaman rumah teman-teman nggak memuat menanam pohon juga nggak apa-apa karena masih banyak tanaman menyejukkan lainnya yang bisa ditanam dengan laham terbatas.
Mengedukasi dan Menyebarluaskan Informasi Tentang Isu Perubahan Iklim
Kadang bukannya nggak peduli dengan isu lingkungan, bisa jadi ada yang memang nggak tahu dan belum paham seberapa besar dampak perubahan iklim bagi kelangsungan hidup manusia.
Makanya penting banget gerakan edukasi dan menyebarluaskan informasi tentang isu perubahan iklim ini.
Nggak harus tulisan panjang seperti di blog ini, bisa juga dengan membagikan informasi dan infografis singkat di media sosial kita masing-masing.
Jangan lupa juga ajak orang terdekat, minimal orang-orang di dalam rumah kita. Ajak untuk berama-sama menghemat pemakaian energi listrik di rumah, bijak menggunakan barang, dan meminimalisir sampah rumah tangga terutama yang berasal dari makanan.
"Memangnya hal-hal kecil tersebut ngaruh?"
Kesannya memang sepele, tapi balik lagi kalau hal-hal kecil ini dilakukan oleh banyak orang, berkala, dan rutin, tentu akan memberikan dampak besar. Manfaatnya mungkin nggak langsung bisa dirasakan, tapi akan terasa nanti oleh anak cucu kita yang masih akan melanjutkan hidup di muka bumi ini.
Selain hal kecil tentu ada hal-hal besar yang perlu dilakukan sebagai salah satu solusi untuk mengatasi polusi dan perubahan iklim. Yaitu dengan cara pelestarian hutan.
Kita semua tahu betapa pentingnya hutan untuk kelestarian hidup manusia dan lingkungannya. Karena hutan berfungsi menyerap Karbondioksida, salah satu gas rumah kaca yang utama dan jumlahnya sangat besar. Menjaga kelestarian hutan adalah bentuk tindakan mengurangi pemanasan global.
Kelestarian hutan ini melibatkan banyak pihak mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, pelaku bisnis, masyarakat umum, dan masyarakat adat.
Pemerintah perlu membuat regulasi yang jelas dan tegas yang memihak semua lapisan mulai dari pelaku bisnis, masyarakat umum, dan masyarakat adat yang paling menggantungkan hidupnya dari hasil hutan bahkan tempat tinggal merekapun masih di dalam hutan. Kemudian masyarakat perlu mematuhi dan mengawasi pelaksanaan regulasi tersebut.
Pada hakikatnya kita memang membutuhkan hutan untuk kehidupan kita, maka sudah seharusnya kita menjaga kelestarian hutan. Kita jaga hutan, hutan jaga kita.
Andai Saya Menjadi Pembuat Kebijakan
Memang benar bahwa kita bisa ikut andil dalam menjaga lingkungan dan membatasi perubahan iklim #UntukmuBumiku dengan langkah-langkah kecil.
Akan tetapi andai saya diberikan kesempatan menjadi pembuat kebijakan khususnya kebijakan untuk mengurangi polusi demi mengatasi perubahan iklim, berikut kebijakan yang akan saya buat:
1. Car Free Day on Weekday
Kalau Car Free Day biasanya identik pada akhir pekan, saya ingin membuat kebijakan hari bebas kendaraan pada hari kerja. Tentunya ini akan diterapkan pada pekerja instansi pemerintah maupun swasta.
Para pekerja bisa memilih alternatif berangkat ke kantor dengan menggunakan kendaraan umum, atau dengan sepeda bahkan berjalan kaki jika memungkinkan.
Tentunya kebijakan ini harus diimbangi dengan sarana transportasi kendaraan umum yang memadai, bahkan jika perlu para pekerja dapat menggunakan transportasi umum secara gratis pada hari tersebut.
Harapannya ini akan memaksa masyarakat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan terbiasa menggunakan kendaraan umum. Sehingga kita semua dapat membantu mengurangi #SelimutPolusi.
2. Pelaku Usaha F & B Wajib Memberikan Potongan Harga Untuk Konsumen yang Membawa Wadah Makanan Sendiri
Biasanya kebanyakan dari kita mau melakukan sesuatu jika ada keuntungan yang bisa dirasakan saat itu juga. Kalau sekarang sudah banyak kebijakan membawa kantong belanja sendiri, saya ingin membuat kebijakan membawa wadah makanan sendiri untuk pembelian makanan yang dibawa pulang atau dibungkus.
Pelaku usaha biasanya sudah memasukkan biaya pembungkus ke dalam harga pokok penjualan (HPP). Nah, potongan harga yang diberikan kepada konsumen cukup dengan mengurangi biaya pembungkus tersebut.
Harapannya dengan pancingan potongan harga, masyarakat jadi terbiasa dan menormalisasi membawa wadah sendiri saat ingin membeli makanan yang akan dibawa pulang.
3. Meniadakan Minuman Kemasan Pada Event-Event Besar
Ada hal yang membuat saya miris ketika perayaan kemerdekaan negara kita setiap tahunnya dengan perayaan upacara bendera dan pawai kemerdekaan.
Setelah acara selesai, lapangan penuh dengan sampah plastik. Lantas apakah sebenarnya makna merdeka? Apa hanya terbatas pada fakta bahwa sudah nggak ada negara lain yang menjajah kita? Padahal merdeka artinya bukan hanya terbebas, tapi juga menjaga. Menjaga lingkungan termasuk bagian dari upaya menjaga kemerdekaan.
Dengan kebiajakan meniadakan minuman kemasan pada event-event besar, harapannya akan meminimalisir sampah kemasan dan sisa air yang terbuang begitu saja.
Sebagai gantinya, penyelenggara harus menyiapkan air-air minum dalam kemasan galon yang dapat diminum dan diisi ulang oleh tamu dan peserta yang hadir dengan menyediakan gelas atau membawa wadah minuman sendiri.
Kenali Dampaknya, Kurangi Penyebabnya, Sebarluaskan Informasinya
Yuk sama-sama kita berkolaborasi melakukan apa yang kita bisa sesuai dengan kapasitas yang kita miliki dalam mencegah dan membatasi dampak perubahan iklim. Dengan mengenali dampaknya, kita bisa mengurangi apa yang menjadi penyebabnya.
Terakhir sebarluaskan informasinya agar semakin banyak yang tahu, sadar, paham, dan peduli betapa pentingnya menjaga lingkungan demi kelangsungan hidup generasi kita selanjutnya.
Get notifications from this blog