Tidak Semua Uang Istri Milik Istri
"Semua uang suami adalah milik istri, semua uang istri tetap milik istri"
Pasti pernah kan ya, mendengar kalimat di atas. Biasanya itu untuk menggambarkan bagaimana posisi keuangan bagi mereka yang sudah menikah, terutama yang dua-duanya punya penghasilan.
Kalimat untuk juga menyatakan bahwa ketika suami punya penghasilan maka sudah selayaknya itu diberikan kepada istri untuk digunakan bagi kebutuhan keluarga dan kebutuhan istri itu sendiri.
Sebaliknya kalau istri punya uang sendiri, maka itu adalah milik istri sepenuhnya. Tidak perlu digunakan pada kepentingan bersama ataupun kepentingan suami.
Secara logika memang ada benarnya, karena suami wajib memberikan nafkah pada keluarganya. Begitupun dengan anjuran agama yang kita yang yakini.
Tapi secara praktiknya, nggak saklek seperti itu.
Nggak Mungkin Tega
Saya pribadi justru kurang sepakat dengan kalimat tersebut. Karena kita menikah pasti dilandasi dengan rasa sayang. Kalau sayang, rasanya nggak ingin orang yang kita kasihi menderita sendirian.
Maksudnya adalah, sekalipun saya juga punya penghasilan maka saya ikhlas uang itu juga digunakan untuk kepentingan bersama dalam keluarga.
Rasanya nggak mungkin untuk tetap diam dan mempertahankan uang pribadi hanya karena suami belum mampu untuk mencukupi semua kebutuhan keluarga.
Apalagi dari sebelum menikah saya sudah tahu bagaimana latar belakang keluarganya, rasanya sudah akan menjadi risiko saya jika menikah nanti.
Lagipula saya juga sadar, bahwa saya dan dia bertemu ketika dewasa. Ada kebaikan dan nilai dari dalam diri dia yang saya suka, dan itu hasil didikan orangtuanya.
Maka sangat wajar kalau suamipun masih harus berbakti pada orangtuanya baik secara mental dan finansial setelah menikah. Karena bakti harus tetap berjalan bahkan ketika salah satu nanti sudah tiada.
Jadi, sulit rasanya menganggap semua uang yang dihasilkan adalah milik saya karena kita adalah keluarga.
Syarat dan Ketentuan Berlaku
Tapi............
Ada tapinya ya.
Syarat dan ketentuan berlaku.
Apa itu?
Pertama, suami harus tetap paham bahwa memberikan nafkah itu wajib. Nafkah yang dimaksud adalah setiap kebutuhan yang mana manusia nggak bisa menjalakan aktivitas dengan baik tanpa hal tersebut (pangan, sandang, papan).
Kedua, value suami sebagai kepala keluarga lebih dari sekedar memberi uang. Tapi ada peran lainnya seperti terlibat dalam pengasuhan, mengurus rumah, menjadi teman baik bagi pasangan, dan juga mengasihi keluarga pasangan seperti keluarganya sendiri.
Ketiga, bantuan istri tidak membuat suami menjadi malas untuk terus berusaha mencukupi kewajiban nafkah keluarga.
Nah dengan begitu maka saya ikhlas menggunakan penghasilan saya untuk digunakan bersama.
Saya juga sering mengingatkan bahwa kewajibannya tetap harus dipenuhi semaksimal mungkin. Tapi dia juga bisa tenang karena saya ada untuk mendukung dan menjadi backup dimasa-masa sulit.
Begitulah dalam rumah tangga, rasanya nggak mungkin egois kalau demi keluarga.
Tapi ini opini dan berdasarkan pengalaman saya pribadi ya. Kalau teman-teman tetap berprinsip uang istri tidak boleh dipakai untuk kebutuhan bersama, ya nggak apa-apa dan nggak salah juga karena kalian yang menjalaninya.
Intinya jalani pengaturan keuangan yang ideal menurut rumah tangga masing-masing.
Pastikan suami tidak melupakan peran utamanya hanya karena ada istri yang siap membantunya.
Get notifications from this blog